Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Bikin Kampung Lalat, Hasilnya Mulai Terasa, Siswa Dapatkan Beasiswa

Budidaya lalat tentara hitam sebagai solusi mengatasi persoalan pengelolaan sampah di Banyumas.

Editor:
kompas.com
Warga membudidayakan lalat tentara hitam Grumbul Larangan, Desa Sokawera, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah 

Hasil dari budi daya sebagian dapat digunakan untuk membayar iuran jaminan sosial ketenagakerjaan di di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan.

“Ini bagian gerakan untuk memberikan jaminan sosial bagi pekerja, terutama buruh di sekitar hutan, harapannya warga bisa membayar iuran dari menjual maggot.

"Tidak usah banyak-banyak, kalau setiap rumah bisa menghasilkan maggot 1 kilogram per hari, dalam sebulan bisa dapat Rp 90.000, itu sudah lebih dari cukup untuk membayar iuran BPJS Ketenagakerjaan,” kata Adib.

Nilai ekonomi tinggi

Ketua Pengurus Kampung Lalat Sarbumusi Sutarno mengatakan, selain dua kandang besar, saat ini baru sekitar 23 KK yang sudah melakukan budi daya.

Dalam waktu dekat, jumlahnya akan terus bertambah dan ditargetkan seluruh KK yang berjumlah lebih dari 200 melakukan hal yang sama.

“Belum budi daya semua, sedang disiapkan kandang dengan nampan atas dan bawah yang dibentuk silinder menggunakan kelambu sebagai penutup, setiap rumah ukurannya 150 cm x 60 cm.

"Kalau kandang besar yang sudah ada ukurannya 2,5 meter x 2 meter.

Selain maggot, harga telur lalat rupanya cukup menggiurkan. Dia mengatakan 1 gram telur dijual dengan harga Rp 10.000.

Uang hasil penjualan 50 persen untuk warga, 20 persen disisihkan untuk beasiswa sekolah dan 30 persen lainnya untuk pendamping.

Aksin (40), warga setempat yang membudidayakan lalat tentara hitam mengatakan, baru satu bulan melakukan budi daya dengan kandang berukuran 150 cm x 60 cm.

Ia mengaku baru dua kali memanen telur lalat.

“Saya baru dua kali memanen telurnya, masing-masing 1 gram. Selain dapat menghasilkan uang tambahan, ini sangat membantu untuk mengurai sampah organik.

"Maggotnya juga dapat diolah menjadi pakan ternak ikan dan ayam, di sini banyak sekali yang ternak ikan,” tutur dia.

Sementara itu, pendamping Kampung Lalat Sarbusmi, Akbar mengatakan, dari hasil penelitian para ilmuwan terdapat lebih dari 800 jenis lalat.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved