Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Politik

Mahathir Mohamad Rela Musuhnya Anwar Ibrahim Jadi Pemimpin Daripada Najib Razak yang Korup

Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengungkap alasan sebenarnya dia memilih bekerja sama dengan mantan musuhnya, Anwar Ibrahim.

Editor: Rizali Posumah
AFP/MOHD
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad (kanan) bersama tokoh politik Anwar Ibrahim (tengah) dan Menteri Dalam Negeri Muhyiddin Yassin pada 1 Juni 2018. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengungkap alasan sebenarnya dia memilih bekerja sama dengan mantan musuhnya, Anwar Ibrahim.

Dalam wawancara dengan New Straits Times, seperti dilansir Straits Times Minggu (7/4/2019), Mahathir mengungkap dia ingin mencegah Najib Razak kembali berkuasa.

Mahathir mengatakan, dia memang pernah mengkritik kemampuan Presiden Partai Keadilan Rakyat (PKR) dalam memimpin Malaysia.

 Namun, dia ternyata menemukan bahwa Najib adalah pemimpin yang jauh lebih buruk daripada Anwar.

"Pemimpin terburuk," tegas Mahathir.

Apalagi setelah Najib diduga terlibat skandal korupsi 1Malaysia Development Berhad (1MDB) yang membuat negara asing seperti AS turun tangan menyelidiki. Karena itu, dia pun memutuskan untuk bekerja sama dengan Anwar.

"Bagaimanapun masa lalu dan perkataan kami satu sama lain," tutur dia.

PM berjuluk Dr M itu menjelaskan, dia lebih bisa menerima jika Anwar yang menjadi pemimpin Malaysia daripada melihat Najib kembali menang.

Mahathir berkata meski hubungan di masa lalu sempat memburuk, kerjasamanya dengan Anwar jauh lebih penting untuk mencegah Najib melenggang.

"Saya tahu jika kami tidak bekerja bersama, maka Najib bakal kembali jadi perdana menteri. Jelas bencana bagi negara ini," ujarnya.

Perdana menteri berusia 93 tahun itu melanjutkan, kini dia juga mulai memercayai kemampuan Anwar melalui koalisi Pakatan Harapan.

Sebabnya setelah meninggalkan Organisasi Nasional Malay Bersatu (UMNO), Anwar bisa menyatukan Partai Islam Malaysia (PAS) hingga Partai Aksi Demokratik (DAP).

"Faktanya, dia adalah otak pembentukan Pakatan. Tentu dulunya Pakatan hancur karena tidak bersatu. Namun setelah kami bergabung, kami bisa bekerja lebih dekat," papar dia.

Mahathir juga mengomentari kemungkinan Pakatan pecah jika dia mengundurkan diri sebagai PM, memenuhi janji politik yang dia tawarkan kepada Anwar.

Dia menyatakan yakin dengan kemampuan Anwar mempertahankan Pakatan. Terlebih dia mendapat dukungan dari sang istri, Wan Azizah Wan Ismail.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved