News Entertaiment
25 Tahun Kematian, Surat Kurt Kobain sebelum Ditemukan Overdosis Narkoba, "For Boddah"
Sejarah Hari Ini, 25 tahun lalu tepatnya 5 April 1994 , dunia kehilangan seorang musisi bertalenta bernama Kurt Cobain.
Karena masalah minuman keras ini, Kurt Cobain dimasukkan ke panti rehabilitasi pada 30 Maret 1994.
Malam 1 April 1994, Kurt Cobain keluar untuk merokok dan kemudian kabur dari panti tersebut dengan memanjat pagar.
Ia kemudian pergi ke Seattle dan menghilang.
3 April 1994, istrinya menghubungi seorang penyidik swasta bernama Tom Grant, dan menyewanya untuk menemukan Kurt Cobain.
8 April 1994, jenazah Kurt Cobain ditemukan di sebuah ruangan di atas garasi rumahnya di Lake Washington oleh pegawai Veca Electric bernama Gary Smith.
Otopsi kemudian memperkirakan Kurt Cobain tewas pada 5 April 1994.
Sebuah surat bunuh diri ditemukan di saku jaketnya.
Baca: Pelaku Pembunuhan Guru Honorer Diduga Kuat Orang Dekat dan Sangat Dikenal Korban
Berikut Surat yang ditulis Kurt sebelum ditemukan tewas.

Untuk Boddah
Berbicara dari lidah seorang bodoh yang berpengalaman, yang jelas lebih suka dikebiri, hai bocah yang suka mengomel (Boddah). Tulisan ini semestinya cukup mudah dipahami.
Semua peringatan dari perjalanan 'punk rock 101' selama bertahun-tahun, sejak perkenalan pertamaku dengan, jika bisa dikatakan, dunia penuh kebebasan dan sambutan hangat dari komunitasmu (Boddah) telah terbukti sangat benar adanya.
Aku belum merasakan kegembiraan dari mendengarkan serta menciptakan musik, membaca dan menulis musik, sejak bertahun-tahun lamanya.
Tak ada kata yang bisa mengungkapkan rasa bersalahku. Misalnya ketika kami (Nirvana) berada di belakang panggung dan lampu-lampu telah dipadamkan, dan deru teriakan penonton yang menggila dimulai.
Itu tidak mempengaruhiku seperti yang terjadi pada Freddie Mercury, yang tampaknya menyukai dan menikmati kekaguman penonton, sesuatu yang membuatku kagum dan iri.
Faktanya adalah, aku tak bisa membohongi kalian, tak seorang pun dari kalian. Jelasnya, itu tak adil bagi kalian dan bagiku. Kejahatan paling parah yang bisa kupikirkan adalah 'merampok' orang dengan kepalsuan dan berpura-pura seolah aku sedang menikmatinya.
Kadang aku merasa, seolah aku harus memencet tombol absen dulu sebelum aku bisa melarikan diri dari panggung.