Kasus Pembunuhan
GEMPAR Berita Mayat Guru Tanpa Kepala, Teringat Aksi Mutilasi Ali Kalora di Poso, Ini 5 Faktanya
Heboh kasus mutilasi jenazah tanpa kepala di Blitar yang menimpa korban guru honorer masih terus jadi berita viral yang menyedot perhatian masyarakyat
TRIBUNMANADO.CO.ID - Heboh kasus mutilasi jenazah tanpa kepala di Blitar yang menimpa korban guru honorer Budi Hartanto masih terus jadi berita viral yang menyedot perhatian masyarakat.
Ada apa kasus mutilasi sadis mirip terjadi pada kasus mayat tanpa kepala di blitar menimpa guru honorer Budi Hartanto terus terjadi?
Sebelum kasus mayat tanpa kepala di Blitar menimpa Budi Hartanto terjadi, Januari 2019 lalu mencuat berita menghebohkan sadisnya pimpinan teroris Poso Ali Kalora yang membunuh warga sipil sampai tega secara sadis memutilasi mayat korbannya hingga terpisah kepala dan badan.
Terpisah pula anggota-anggota tubuh lain dari badannya.

Baca: Update Kasus Mutilasi Guru Honorer asal Kediri, Motif LGBT hingga Indikasi Pembunuh Berkelompok
Ya, Ali Kalora tak kalah sadis dengan pembunuh guru honorer asal Kediri yang dimutilasi hingga badan terpisah dari kepala.
Seperti diketahui, kontak tembak aparat kepolisian dengan kelompok teroris Poso pimpinan Ali Kalora terjadi pada 31 Desember 2018.
Nama Ali Kalora tengah ramai diperbincangkan di dunia maya.
Sosok Ali Kalora yang kontroversional menjadi perbincangan banyak pihak lantaran ia disebut-sebut sebagai pemimpin kelompok teroris Poso.
Bahkan Ali Kalora dikatakan sebagai orang paling dicari di Parigi Muotong, Sulawesi Tengah.
Ali Kalora yang merupakan 'Bos' kelompok teroris Poso kini diburu oleh Tim Satgas Tinombala.
Tak hanya Satgas Tinombala, bahkan Brimob juga dikerahkan untuk memburu Ali Kalora.
TribunStyle.com mengutip GridHot.ID yang menghimpun dari berbagai sumber, berikut 5 fakta Ali Kalora, pimpinan teroris Poso yang tega memutilasi warga Toraja hingga jadi orang paling diburu Satgas Tinombala.
1. Tega Memutilasi Warga Toraja
Dikutip dari Tribun Timur, Ronal Batua alias Anang (39), adalah seorang warga sipil korban mutilasi di kawasan Desa Salubanga, Sausu, Parigi Moutong, Sulteng.
Jenazah Ronal Batua alias Anang (39) korban mutilasi di Desa Salubanga, Kecamatan Sausu, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, dievakuasi ke kampung halamannya, Senin (31/12/2018).
Jenazah diangkut menuju kampung halamannya di Kampung Marrang, Kelurahan Tampo, Kecamatan Mengkendek, Tana Toraja, Sulsel, menggunakan mobil ambulans milik Puskesmas Desa Sausu Taliabo sekitar pukul 16.30 wita.
Jenazah diantar menuju kampung halaman ditemani oleh Kepala Desa Salubanga, Herman Ruruk.
Korban yang akrab disapa Anang itu, kesehariannya bekerja sebagai penambang emas tradisional di Desa Salubanga.
Jenazah Ronal Batua alias Anang, korban mutilasi kelompok teroris Poso pimpinan Ali Kalora
Sebelumnya, Anang ditemukan dalam kondisi mengenaskan.
Kepala dan badanya ditemukan terpisah berjarak puluhan meter.
Saksi bernama Acok yang merupakan warga Dusun Salubose, turun menuju Kecamatan Sausu untuk menjual coklat.
Namun saat melintasi Dusun Salubose, tepatnya di atas jembatan kayu, saksi melihat kepala manusia tanpa badan yang disimpan tepat di atas jembatan tersebut.
Awalnya, saksi menyangka hanya kepala boneka yang sengaja disimpan di atas jembatan untuk menakuti warga.
Setelah memeriksanya, saksi merasa kaget karena banyak darah di sekitar kepala tersebut.
Karena merasa takut, saksi mengurungkan niat ke Sausu dan langsung kembali ke Dusun Manggal Api, Desa Salubanga, untuk melaporkan kejadian itu kepada warga.
Setelah mendapatkan laporan dari warga Desa Salubanga bernama Oge, personel Polsek Sausu langsung menuju ke lokasi ditemukannya potongan kepala tersebut.
Dilansir Kompas.com, Polri menduga pelaku pembunuhan dan mutilasi terhadap penambang emas tersebut adalah kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora.
Kelompok tersebut sebelumnya dipimpin Santoso yang tewas setelah baku tembak dengan polisi beberapa tahun silam.
Ali Kalora disebut polisi pengganti Santoso.
“Pelaku adalah kelompok DPO (Daftar Pencarian Orang) MIT Poso yang dipimpin Ali Kalora cs,” kata Kepala Penerangan Masyarakat Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (31/12/2018).
Dedi mengatakan, korban RB ditemukan tewas dengan kepala dan tubuh terpisah.
Kepala korban ditemukan di sebuah jembatan di Salubose, Desa Salubanga, pada Minggu (30/12/2018).
“Petugas melakukan pengecekan, koordinasi dengan kepala desa, ternyata benar diketemukan, mohon maaf, sebuah kepala diletakan di atas jembatan. Petugas berhasil mengidentifikasi korban atas nama RB alias A (34). Yang bersangkutan pekerja di ladang sekitar desa tersebut,” kata Dedi.
Setelah mengevakuasi kepala korban, Polisi melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) sekaligus mencoba menemukan bagian badan korban tersebut.
Polisi akhirnya menemukan tubuh korban agak jauh dari lokasi ditemukannya kepala.
2. Menembak 2 Anggota Polisi
Dua anggota polisi tertembak di Desa Salubanga, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Senin (31/12/2018).
Penembak diduga dilakukan Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora.
Diketahui identitas anggota tertembak yakni Bripka Andrew Maha Putra dan Bripda Baso.
Keduanya tengah membawa jenazah Ronal Batua alias Anang (39), warga sipil korban mutilasi di kawasan Desa Salubanga, Sausu, Parigi Moutong, Sulteng.
Penembakan dilakukan saat salah seorang petugas hendak menyingkirkan kayu dan ranting pohon yang menghalangi jalan.
Kontak tembak aparat dengan kelompok teroris tak terhindarkan sehingga Bripka Andrew dan Bripda Baso terluka.
Baso yang membonceng Bripka Andrew turun membersihkan ranting tersebut guna membuka akses jalan.
Saat itulah, serangan datang dari kelompok yang diduga teroris.
“Setelah Bripda Baso turun dari kendaraan langsung di tembak dari arah belakang kiri (posisi ketinggian) dan mengenai bahu sebelah kiri dan bokong,” tutur Dedi.
Melihat temannya ditembaki, Bripka Andrew berupaya memberikan perlawanan dengan tembakan balasan.
Namun Bripka Andrew terlebih dulu terkena tembakan di bagian punggung sebelah kiri atas, dan punggung sebelah kanan serta kaki kanan hingga mengalami patah tulang.
Lebih lanjut, kata Dedi, polisi melawan dengan menembak balasan ke arah punggung gunung dan lereng gunung. Polisi berupaya mengejar pelaku penembakan.
“Teman-teman yang di belakang kurang lebih 15 orang turun juga langsung melakukan pengejaran dan penembakan. Para pelaku melarikan diri ke atas gunung,” tutur Dedi.
Setelah selama kurang lebih 30 menit bertahan di lokasi, tim dapat mengevakuasi dua anggota yang terkena tembakan dan langsung menuju Puskesmas Sausu untuk mendapatkan pertolongan pertama.
Dua polisi yang terluka akibat terkena tembakan saat kontak senjata dengan kelompok MIT masih dirawat di RS Bhayangkara Palu.
Dilaporkan Kompas TV, Rabu (2/1/2019), setelah operasi pengangkatan proyektil, kondisi Bripda Baso dan Bripka Andrew mulai membaik.
Baca: Ini Kisah Hidup Dewi Gedoan Karyawati Spa yang Dibunuh Pria Beristri, Telaten Bekerja hingga Mahir
Saat ini keduanya telah dipindahkan ke ruang perawatan RS Bhayangkara Palu.
3. Pimpinan Teroris Poso Pengganti Santoso
Ali Kalora alias Ali Ahmad merupakan pemimpin Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
Ali lahir di Kalora, Poso Pesisir Utara, Poso, Sulawesi Tengah.
Tribun Timur via Handover
Ali Kalora
Nama 'Kalora' di namanya, diambil dari wilayah tempatnya dilahirkan, sehingga nama Ali Kalora seringkali digunakan di media massa.
Pada 18 Juli 2016, setelah kematian Santoso, Ali Kalora diduga menggantikan posisi Santoso sebagai pemimpin di kelompok MIT bersama dengan Basri.
Setelah Basri ditangkap Satgas Tinombala, Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian menetapkan Ali Kalora adalah target utama dari Operasi Tinombala.
4. Istrinya Ditangkap Saat Hamil 8 Bulan
Ali Kalora memiliki seorang istri yang bernama Tini Susantika, alias Umi Farel.
Perempuan ini ditangkap Satgas Tinombala dalam keadaan hamil delapan bulan.
Istri Ali Kalora ditangkap di daerah Poso Kota, Sulawesi Tengah, 11 Oktober 2016 lalu.
5. Orang Paling Diburu Satgas Tinombala
Tim Satgas Tinombala dibantu Brimob masih mengejar kelompok teroris Poso pimpinan Ali Kalora.
Polisi mengimbau agar sisa anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso, Sulawesi Tengah, pimpinan Ali Kalora tersebut menyerahkan diri.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo mengatakan, Polri melalui Satuan Tugas (Satgas) Tinombala Polda Sulawesi Tengah masih mengejar tujuh anggota MIT.
“Mereka (Kelompok MIT) yang aktif di hutan dan terus dikejar oleh Satgas dan diimbau untuk menyerahkan diri,” kata Dedi dikutip dari Kompas.com, Rabu (2/1/2019).
Ketujuh orang itu adalah Ali Kalora alias Ali Ahmad, Qatar alias Farel, Abu Alim, Kholid, M Faisal alis Namnung, Nae alias Galuh, dan Basir alias Romzi.
Dedi mengatakan untuk melakukan operasi penegakan hukum terhadap kelompok MIT, polisi mengerahkan dua satuan setingkat peleton (SST) atau 120 personel Brimob.
Pasukan ini akan membantu Polres Parigi Moutong. “Penegakan hukum saat ini Satgas berupaya laksanakan upaya paksa, berupa penangkapan, setelah itu baru proses sidik sampai pelimpahan BAP ke Jaksa Penuntut Umum (JPU),” ujar Dedi.
Dedi mengungkapkan bahwa saat ini polisi telah menguasai lokasi tempat penembakan dua anggota polisi setelah baku tembak dengan kelompok itu.
Dalam pengejaran itu polisi menemukan beberapa barang bukti di lokasi.
Barang atau benda yang diamankan di antaranya tiga bom lontong, satu teropong siang, tiga sendok makan, tiga toples plastik kecil berisikan sembilan biji buah kurma dicampur kue, dua amunisi aktif kaliber 5,56.
Selain itu tujuh selongsong amunisi kaliber 5,56, satu baju kaos berkerah, satu sebo warna hitam, tiga botol air mineral, dan empat jeriken kosong isi dua liter.
Polisi juga menemukan satu sepeda motor Suzuki 250 cc milik korban Bripka Andrew yang berboncengan dengan Bripda Baso.
Operasi Tinombala sendiri adalah operasi yang dilancarkan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) pada tahun 2016 di wilayah Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Operasi ini melibatkan satuan Brimob, Kostrad, Marinir, Raider, dan Kopassus yang tergabung dalam Satgas Tinombala.
Menurut TNI dan Polri, Operasi Tinombala berhasil membatasi ruang gerak kelompok Santoso dan membuat mereka berada dalam kondisi "terjepit dan kelaparan".
Pada tanggal 18 Juli 2016, Santoso alias Abu Wardah tewas ditembak oleh Satuan Tugas Operasi Tinombala setelah terjadinya baku tembak di wilayah desa Tambarana
Baca: Fakta Baru Kasus Penemuan Jasad Tanpa Kepala, Pesan Bergurau dari Korban hingga Tangisan Histeris
Tautan: http://style.tribunnews.com/amp/2019/04/05/heboh-mayat-tanpa-kepala-di-blitar-mengulang-mutilasi-oleh-ali-kalora-teroris-poso-ini-5-faktanya?page=2&_ga=2.36871392.1753652202.1553310449-594135971.1546426530