Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Wakil Ketua BPN Akui Ada Fenomena Hijrah Suara yang Terjadi kepada Prabowo-Sandi

Rizaldi mengatakan bahwa BPN Prabowo-Sandi merasakan bahwa memang ada fenomena migrasi suara yang terjadi.

Editor: Rhendi Umar
antara
Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto (kiri) dan Sandiaga Uno (kanan) menyapa pendukung saat akan menyampaikan pidato kebangsaan di Jakarta Convention Center, Jakarta, Senin (14/1/2019). Prabowo-Sandiaga menyampaikan pidato kebangsaan dengan tema "Indonesia Menang" yang merupakan tagline visi dan misinya. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Menyikapi hasil rilis sejumlah lembaga survei, Badan Pemenangan Nasional (BPN) menanggapi dengan senyuman. BPN berdalih bahwa mereka memiliki data survei interal yang reperesentatif dan valid, hasilnya sangat menggembirakan.

“Karenanya kami di BPN sering senyum-senyum sendiri kalo melihat hasil survei yang dirilis belakangan ini,” ujar wakil BPN, Rizaldi dalam diskusi public bertema ‘Migrasi Suara Pilpres 2019, Hasil Survei vs Realitas’, di Gado-Gado Boplo, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (24/3).

Hadir dalam diskusi Prof. Firman Noor, Kepala Pusat Penelitian Plitik LIPI, Ramdansyah Direktur Rumah Dmeokrasi, Asiyah Putri peneliti.

Rizaldi mengatakan bahwa BPN Prabowo-Sandi merasakan bahwa memang ada fenomena migrasi suara yang terjadi.

"Fenomena ini lebih spesifik kami sebut sebagai “hijrah suara," ujar

Istilah “hijrah” digunakan karena artinya adalah perpindahan dari yang tidak baik menuju ke yang lebih baik. Fenomena hijrah suara ini dapat dirasakan dari kegiatan-kegiatan kampanye paslon maupun timses.

Setiap kegiatan kunjungan yang dilakukan oleh capres maupun cawapres dimanapun selalu membludak. Animo masyarakat menyambut capres maupun cawapres 02 begitu luar biasa.

Kegiatan yang diadakan di dalam gedung dihadiri massa pendukung yang meluber ke halaman gedung hingga ke jalan-jalan. Jarak yang hanya puluhan meter harus ditempuh oleh mobil capres 02 selama 30 menit hingga satu jam karena “kepungan” ribuan pendukung yang ingin sekedar menyapa dan bersalaman dengan pemimpin mereka.

 Baca: Mengaku Sebagai Pilot Garuda, Pria Ini Diringkus Polisi, Identitasnya Lengkap

Pemandangan lautan massa pendukung 02 ini seolah menjadi pemandangan “monoton” yang selalu terjadi pada setiap kegiatan kampanye paslon 02. Kasarnya, tanpa dilaksanakan survei pun memang terasa ada fenomena hijrah suara.

Sebagai sebuah badan pemenangan, BPN Prabowo-Sandi mempunyai mekanisme survei internal. Survei dilaksanakan secara berkala untuk mengetahui progres dan efektivitas kampanye.

"Survei internal ini terbatas dan tidak dipublikasikan keluar. Karena itulah, ketika membaca hasil-hasil survei yang dipublikasikan, tentu kami dapat membandingkan hasil-hasil survei tersebut dengan hasil survei internal BPN,"katanya.

Selanjutnya, kata dia, Prabowo bahkan pernah menyatakan dalam pidatonya bahwa survei internal lebih valid daripada survei-survei yang dirilis oleh lembaga-lembaga survei. Dari beberapa kali pilkada terakhir, memang seringkali hasil perhitungan suara berbeda jauh dengan hasil survei yang dirilis hanya beberapa hari sebelumnya.

Ramdansyah dalam kesempatan diskusi tersebut juga menjelaskan dan memaparkan temuan surveinya menurutnya Lembaga survei Rumah Demokrasi, sepanjang 19 Februari - 1 Maret 2019, melakukan survei nasional dengan metode wawancara tatap muka langsung dengan melibatkan sampel responden sebanyak 1.067 responden, yang tersebar secara proporsional di 34 Provinsi di Indonesia.

Hasil survei ini menunjukkan bahwa elektabilitas Prabowo-Sandi lebih unggul atas Jokowi-Maruf Amin, dengan selisih sekitar 5% dan saat dilakukan survei masih banyak undecided voters, yaitu sebanyak 14,25%.

Baca: Ini Pesan Jokowi Kepada Pengguna MRT Jakarta yang Baru Diresmikan

Baca: Jokowi Mengusung Kegembiraan Dalam Setiap Kampanye, Tanpa Narasi Pesimis

Prof  Firman Noor, Kepala Penelitian Politik LIPI mengatakan bahwa adanya kecurigaan publik dari pelaksana survei, yang dianggap tercampur dengan berbagai kepentingan. Sehingga sebuah penelitian ideal yang harusnya terbebas dengan nilai-nilai kepentingan, kerap disebut sebagai bebas nilai (value free), menjadi tercemar.

Padahal adanya objektifitas dan menjadi bebas nilai itulah sesungguhnya sebuah survei itu akan mendapatkan bentuk terbaiknya. Sebaliknya manakala intervensi terhadap proses itu demikian massif, termasuk intervensi politik, maka kerap hasil yang diberikan jauh dari kenyataan dan menyebabkan hasil survei menjadi tidak kredibel dan tidak mengungkap kenyataan yang sesungguhnya.

Survei yang sarat kepentingan itu hasilnya tak jarang menjadi jauh dari kenyataan. Survei semacam ini dapat saja berperan untuk mempengaruhi opini dan menjadi bagian dari uapaya menciptakan efek band wagon. Namun tetap saja hal itu jauh dari realita yang sesungguhnya.

Persoalan lain yang menyebabkan sebuah survei dianggap tidak mampu menangkap realitas secara tepat adalah kelemahan metodologis dan proses pengambilan data. Juga jumlah responden yang diragukan tingkat keterwakilannya selain margin of error yang kerap tinggi.

"Selain itu instrumen penelitian kerap menjadi penyebab pokok sehinga tidak cukup canggih untuk benar-benar dapat menangkap aspirasi masyarakat dan menjadi rujukan sebuah analisis yang valid," katanya.(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul BPN Merasakan Memang ada Fenomena Migrasi Suara yang Terjadi

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved