Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Ramyadjie Menyamar Jadi Perempuan saat Bobol ATM

Tersangka kasus dugaan Skimming, Ramyadjie Priambodo menyamar sebagai perempuan saat melakukan aksinya. Pria yang disebut

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
kompas.com
Begini penampakan Ramyadjie Priambodo saat membobol ATM. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Tersangka kasus dugaan Skimming, Ramyadjie Priambodo menyamar sebagai perempuan saat melakukan aksinya. Pria yang disebut sebagai kerabat jauh Prabowo Subianto ini selalu menggunakan kerudung untuk menutupi wajahnya saat membobol ATM.

"Ada handphone, ada masker ada juga, dan ada juga kerudung seperti hijab. Dia menggunakannya saat mengambil ATM di bilangan di daerah Tangerang Selatan dan Jakarta Selatan," ujar Argo.

Hijab tersebut digunakan untuk menyamarkan identitasnya saat tertangkap kamera CCTV. Dirinya mencoba mengelabui petugas dengan penyamaran ini. "Dia menggunakan itu berhijab kemudian kayak perempuan sehingga kalau dilihat dari CCTV seperti perempuan," ujar Argo.

Ramyadjie Priambodo juga telah melakukan aksinya sebanyak puluhan kali sebelum akhirnya diringkus oleh jajaran Polda Metro Jaya. "Setelah kita ungkap, semua bahwa pelaku ini sudah 50-an kali narik-narik ATM (tindak pidana skimming)," ujar Argo.

Hal tersebut diketahui setelah polisi melalukan pemeriksaan terhadap Ramyadjie. Ramyadjie sendiri diciduk pada 26 Februari lalu di apartemen yang berada di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan.

Dalam aksinya, pria yang disebut kerabat jauh Prabowo Subianto ini hanya beraksi seorang diri. Pelaku sendiri sudah ditahan atas perbuatannya. "(Pelaku) cuma RP. Sudah ditahan dari tanggal 26," tutur Argo.

Akibat perbuatannya, bank swasta yang menjadi korbannya mengalami kerugian mencapai Rp300 juta. Dari tangan pelaku, ada beberapa barang bukti yang disita, seperti satu masker, laptop, ponsel, sampai peralatan skimming.

Simpan Mesin ATM di Rumah

Lebih jauh Argo menjelaskan, Ramyadjie juga menyimpan mesin ATM di rumahnya. Mesin ATM ia simpan untuk dipelajari dan mencari kelemahannya.

Mesin ATM tersebut ditemukan di dalam kamar Ramyadjie pada saat penggeledahan pada 26 Februari 2019. Mesin ATM itu dalam keadaan mati.

"Mesin ATM offline," ujar Argo.

Ramyadjie mengungkapkan bahwa mesin ATM itu dibelinya dari seseorang. Polisi saat ini masih mendalami keterangan Ramyadjie soal pembelian mesin ATM itu. "Katanya beli. Beli di mana belum ngaku," tutur Argo. Selain mendalami soal mesin ATM, polisi tengah mencari tahu dari mana Ramyadjie mendapatkan data-data untuk melakukan skimming. Polisi juga masih mencari tahu soal kemungkinan dia pelaku solo atau terorganisasi.

Sementara itu Anggota Badan Komunikasi DPP Gerindra Andre Rosiade mengakui bahwa Ramyadjie pernah terdaftar sebagai anggota partai karena berkiprah di organisasi sayap partai, yaitu Tunas Indonesia Raya (Tidar). Tetapi Ramyadjie bukan kader aktif.

"Setiap anggota Tidar otomatis anggota Partai Gerindra. Karena kan Tidar sayap partai. Tapi, menurut informasi, yang bersangkutan tidak aktif lagi di partai," kata Andre.

Direktur Advokasi dan Hukum Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Sufmi Dasco Ahmad mengungkapkan bahwa kasus pembobolan ATM itu tidak dilakukan oleh keponakan Prabowo. Meski begitu, Dasco mengaku ada hubungan kerabat antara Prabowo dengan Ramyadjie.

"Kami ralat bahwa yang bersangkutan bukanlah keponakan Pak Prabowo, dia adalah kerabat jauh," ujar Dasco.

"Kalau kerabat dekat pasti pakai nama Djojohadikusumo begitu loh. Jadi saya keberatan kalau itu dikabarkan keponakan Pak Prabowo," kata Dasco yang juga Wakil Ketua Umum Partai Gerindra.

Dasco juga membantah bahwa uang hasil pembobolan ATM yang dilakukan RP mengalir untuk dana kampanye Prabowo. Dasco menegaskan bahwa Partai Gerindra tidak ada hubungannya dengan pembobolan ATM itu.

"Kami enggak ada hubungannya dengan masalah pembobolan itu, apalagi dananya buat partai, enggak bener itu. Atas isu-isu itu kami akan laporkan ke kepolisian," ujar Dasco.

Menurut Dasco, pihaknya mempercayakan kepada kepolisian yang menangani kasus pembobolan ATM yang dilakukan RP. "Silakan pihak kepolisian memproses secara hukum. Kami dari Partai Gerindra maupun Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi sangat keberatan dengan berita-berita seolah-olah ini ada berita dengan Partai Gerindra," ujar Dasco. Tak hanya itu, Dasco juga mengatakan bahwa pihak Partai Gerindra akan melaporkan pihak-pihak yang menyebarluaskan kabar yang belum pasti kebenarannya ini kepada kepolisian.

Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf meminta pihak kepolisian menelusuri aliran dana hasil kejahatan milik Ramyadjie Priambodo bermuara. TKN mengira ada aliran dana yang digunakan dalam kampanye paslon nomor urut 02 Prabowo-Sandi. Hal itu didasarkan pada keterkaitan Ramyadjie Priambodo yang pernah berposisi sebagai bendahara salah satu organisasi sayap Partai Gerindra, yakni Tunas Indonesia Raya (Tidar).

"Polisi perlu mendalami apakah ada aliran dana hasil kejahatan Ramyadjie yang digunakan dalam kampanye Prabowo-Sandi? Kita tunggu hasil pendalaman kepolisian," kata Anggota TKN Jokowi-Ma'ruf, Inas N Zubir.

Tidak Pengaruhi Elektabilitas

Terpisah, Pengamat Politik Center for Strategic International Studies (CSIS), Philip J. Vermonte mengatakan kasus skimming yang melibatkan Ramyadjie tidak akan mempengaruhi elektabilitas calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto. Menurutnya, hal-hal tersebut justru akan menguatkan keyakinan para pemilihnya, bahwa ada pihak-pihak yang ingin memperburuk citra kandidat yang dipilih mereka, dengan cara yang kurang baik.

Philip menambahkan, para pemilih dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, telah yakin dengan pilihan kandidat yang akan dipilihnya. "Kalau soal pelaku skimming, yang ada hubungan kekerabatan dengan pak Prabowo, mungkin sepanjang itu tidak dibuktikan terkait langsung dengan kampanye dan lain-lain, menurut saya itu juga tidak akan berpengaruh.

Karena pada prinsipnya, pemilih hari ini dalam pemilihan presiden sudah punya determinasi dia mau memilih capres yang mana gitu. Sehingga hal itu mungkin tidak akan mempengaruhi, malah mungkin menguatkan pandangan bahwa (pihak) calon yang lain berusaha melemahkan calonnya dia," kata Philip J Vermonte.

"Namun, bila kasus tersebut terbukti berkaitan dengan pembiayaan ongkos politik selama Pemilu 2019 berlangsung sebelum hari pencoblosan, maka perolehan suara akan cenderung berkurang," tambah Philip. (Tribun Network/fah/fik/nis/len/wly)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved