Jobfield and Experience
Cerita Seorang Perawat Indonesia yang Meraup Untung di Negeri Sakura, Gaji Belasan Juta
Menjadi pekerja di luar negeri merupakan pengalaman berharga. Seperti yang dirasakan oleh AW, yang bekerja di Jepang sebagai perawat di rumah sakit.
Namun, AW tak lulus ujian tersebut. Akhirnya dia harus kembali ke Indonesia.
"Kalau enggak lulus enggak bisa lanjut lagi kerja di sana. Visanya cuma empat tahun,” kata AW.
Kendati mendapat penghasilan besar selama di Jepang, AW mengaku belum tertarik kembali bekerja di sana.
Dia masih ingin berkumpul dengan keluarganya di Indonesia.
"Mau menikmati dengan keluarga dulu. Mau asah skill sekalian dulu di sini. Setelah balik dari Jepang belum mau kerja dulu, masih mau santai dulu,” kata dia.
Baca: Pemkot Tomohon Adakan Pelatihan Kuliner dan Suvenir
Suka dan duka
Lalu apa suka dan duka selama bekerja di Jepang?
AW menceritakan suka dukanya kepada Kompas.com saat bekerja sebagai perawat di negeri Sakura itu.
Ia mengaku mendapat pengalaman baru selama bekerja empat tahun di Jepang.
"Enak ya, namanya juga negara maju dapat pengetahuan baru dari segi teknologi, budaya mereka, iklim kerja dan gaji lebih besar," kata AW, perawat yang enggan disebutkan namanya.
AW mengatakan, orang Jepang sangat disiplin dengan waktu.
Saat bekerja, karyawan tak boleh bersantai-santai.
"Kalau masih jam kerja kami enggak boleh santai, tapi pas istirahat kami harus istirahat. Kerjanya delapan jam juga. Lima hari kerja," kata AW.
Selain itu, menjadi perawat di Jepang tak boleh melakukan tindakan medis seperti di Indonesia.
Menurut pria yang pernah bekerja di sebuah rumah sakit di Osaka, Jepang itu hanya dokter yang dibolehkan mengambil tindakan medis.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/manado/foto/bank/originals/kerja-sebagai-perawat.jpg)