Info Kesehatan
Tentang Penyakit Kanker Darah yang Dialami Ani Yudhoyono, Ini Rahasianya
Bagaimana perkembangan Mantan Ibu Negara Ani Yudhoyono yang sedan dirawat di sebuah rumah sakit di Singapura karena kanker darah / leukimia
"Alhamdulillah, akhirnya saya bisa menjenguk Ibu Ani lagi. Senang sekali rasanya mengetahui bahwa Ibu Ani terus optimistis, serta tetap bersemangat untuk melawan dan mengalahkan kanker darah yang dideritanya," tutur Agus Yudhoyono, TribunStyle.com kutip dari Instagram dia, Sabtu 9 Maret 2019 pagi.
Ya, senjata Ani Yudhoyono melawan kanker darah menurut Agus SBY Yudhoyono adalah semangat dan optimismenya yang besar untuk segera sembuh.
Semua demi suami, anak, cucu, menantu dan terlebih buat bangsa dan negara yang masih mengharap usia panjangnya.
Baca: Simpel dan Elegan, 3 Fashion Nagita Slavina Saat Hadiri Acara Resmi, Warganet: Kapan Jelek?
"Terima kasih kepada para sahabat dan seluruh masyarakat yang terus mendoakan agar Ibu Ani diberikan Allah SWT kekuatan, kesabaran, dan pada akhirnya kesembuhan," kata Agus SBY.
"Keep fighting Memo @aniyudhoyono... Stay positive dan stay strong.
Never, ever, ever, give up!" imbuh suami Annisa Pohan ini, menyemangati.
Mengapa Semangat dan Optimisme Jadi Kekuatan Utama Sembuh dari Penyakit? Ini Penjelasannya
Optimisme dan semangat Ani Yudhoyono memang jadi penentu kesembuhan.
Emosi positif dan kualitas kesehatan yang baik sebenarnya saling terkait. Ini karena tubuh dan pikiran saling terhubung.
Tidak jarang, makin stres dan putus asa pasien menghadapi penyakit, justru memperparah sakitnya.
Ilmuwan kesehatan, Descartes pernah punya teori yang kontroversia..
Katanya, tubuh dan pikiran itu terpisah, bekerja sendiri-sendiri.
Namun, pemikiran Descartes terbukti salah!
TribunStyle.com mengutip Kompas.com, sejak 50 tahun terakhir para ilmuwan menemukan bahwa tubuh dan pikiran saling terhubung. Bahkan, keduanya begitu intim dan tak terpisahkan.
Baca: Kepergok Makan Bareng Pulang Umroh, Netizen Ramai Doakan Luna Maya dan Faisal Nasimuddin
Relasi antara tubuh dan pikiran tersebut melahirkan sebuah cabang ilmu eksak baru, yaitu psiko-neuroimunologi (PNI).
Ilmu ini mengeksplorasi hubungan antara pikiran, otak, dan sistem imun tubuh.
Salah satu hasil penelitian PNI dipublikasikan di New England Journal of Medicine pada 1991.