Cerita Kifly, Keluarga Korban Longsor di Lubang Tambang Bakan: Mayat Menumpuk, tak Ada Suara Lagi
Ada 28 orang berhasil divekuasi dan 9 di antaranya sudah meninggal dunia. Hingga kini masih belum diketahui jumlah korban yang masih terjebak dalam
Penulis: Aldi Ponge | Editor: Aldi Ponge
TRIBUNMANADO.CO.ID - Tim gabungan terus melakukan evakuasi korban longsor di Lubang Tambang, Desa Bakan, Kabupaten Bolaang Mongondow ( Bolmong), Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) hingga Jumat (1/3/2019).
Diketahui, longsor di tambang terjadi pada Selasa (26/2/2019) sekitar pukul 21.00 Wita. Korban mencapai puluhan orang yang berada dalam tambang tersebut.
Ada 28 orang berhasil dievakuasi dan 9 di antaranya sudah meninggal dunia pada Jumat (1/3/2019). Hingga kini masih belum diketahui jumlah korban yang masih terjebak dalam lubang tersebut.
Baca: Kisah Tedy Mokodompit, Tertimbun Longsor 41 Jam di Lubang Tambang Bakan, Tewas Setelah Dievakuasi
Baca: Kisah Rusdi Tulong, Korban Longsor di Lubang Tambang Bakan Selama 21 Jam: Saya Terus Berzikir
Kifly (29) Warga Mopusi yang tergabung dalam tim evakuasi menceritakan dia masuk ke dalam lubang untuk mencari keluarganya yang tertimbun longsor selama 3 jam.
"Saya masuk ke lubang itu pada Rabu mulai Pukul 16.00 Wita dan keluar pada Pukul 19.00 Wita. Saya ikut membantu mengevakuasi keluarga saya di dalam. Sampai saat ini ada empat orang keluarga saya yang selamat dan ada satu yang meninggal dunia. Namun, sampai sekarang belum bisa dievakuasi dari dalam lubang," ujar Kifly, kepada kepada tribunmanado.co.id
Kifly mengatakan dia sudah mulai mencium bau amis dari dalam lubang.
"Saya melihat memang sudah banyak sekali mayat di dalam lubang secara kasat mata sekitar 10 mayat," ujar Kifly
Kifly mengaku tak rela dan tak sanggup melihat keadaan mayat di dalam.
"Posisi mayat sudah saling menumpuk. Ada yang sudah hancur. Ada yang telungkup, ada yang tersandar di batu. Ada yang terjepit batu. Suasana di dalam sudah sangat memprihatinkan. Baunya sangat menyengat," ujar
Kifly mengatakan sampai kemarin sudah tidak ada suara minta tolong dari dalam lubang tambang.
Baca: Cerita Anas Nugroho saat Detik-detik Longsor Tambang Bakan: Masih Banyak Terjebak di Lubang
Baca: Cerita Deni Mamonto, Korban Longsor di Tambang Bakan yang Selamat: Banyak Suara Minta Tolong

Rusdi Tulong, Korban Longsor di Lubang Tambang Bakan Selama 21 Jam
Inilah cerita Rusdi Tulong (35) Warga Mopusi Satu yang selamat dari longsor dalam Tambang Bakan, Kecamatan
Rusdi Tulong bersama dua rekannya terjebak dalam satu lorong sempit tambang berukuran dua kali dua meter, 15 meter jaraknya dari lubang masuk tambang selama 21 jam.
"Kami bergantian untuk meluruskan kaki. Saat satu meluruskan, dua lainnya melipat. Begitu seterusnya sampai dievakuasi," ujar Rusdi saat ditemui di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kotamobagu, kepada Tribun Manado, Kamis (28/02/2019)
Rusdi kaget saat bebatuan di bagian atas ambruk. Mereka masuk pada Pukul 07.00 Wita di hari kejadian.
Di dalam memang ada banyak orang terkumpul di satu lorong besar.
Rusdi bersama dua rekannya di lorong lain tambang, jauh dari lorong besar itu.
"Sejak pagi tak ada tanda-tanda akan ambruk. Biasanya kami keluar ketika mencapai target 50 bongkahan. Saat itu Pukul 21.00 Wita sudah 35 bongkahan kemudian kejadian itu terjadi," ujar Rusdi.
Lokasi ambruk dengan tempat Rusdi mengambil bongkahan batu sekitar lima meter
"Kami sudah tidak tahu tanda-tanda. Tiba-tiba hanya terdengar bunyi sangat keras di luar kemudian bebatuan ambruk dan menutup akses jalan. Kami bertiga pun terjebak. Saat itu kami kesulitan bernapas," ujar Rusdi.
Rasa haus dan lapar lama kelamaan mulai terasa. Rusdi dan dua rekannya tak bisa berbuat apa-apa.
Semua air minum ada di gua tempat banyak orang mengambil bongkahan.
"Hanya bisa duduk. Saya terus berzikir. Teman saya yang satu terus menangis. Dia selalu bertanya apakah kami masih bisa keluar atau tidak," katanya
"Saya selalu katakan agar berzikir saja. Kalau memang masih diizinkan hidup maka warga yang ada di luar evakuasi akan menemukan kita. Penerangan hanya senter. Untuk menghilangkan rasa haus tinggal menelan ludah saja," tambah Rusdi.
Rusdi dan dua rekannya bergantian berteriak minta tolong selama di dalam lorong itu.
"Kami teriakkan tolong tolong. Masih ada kami disini. Kami teriakkan asal kami Mopusi dan nama kami semua," ujar Rusdi.
Rusdi mengatakan ada penambang di bagian atas mereka yang sangat berjasa.
"Ada yang diatas kami itu dia yang duluan ditemukan tim. Dialah yang memberi informasi kepada tim bahwa kami masih terjebak," ujar dia.
Tim kemudian mulai menggali dan menemukan Rusdi bersama dua rekannya.
"Yang pertama kali kami lakukan saat kami ditemukan yakni minta air. Perasaan kami langsung senang. Sampai diluar kami kesulitan membuka mata. Nanti di rumah sakit barulah bisa seperti biasa lagi," ujar Rusdi yang sudah menambang sejak sekitar 10 tahun lalu.

Terjebaknya Rusdi membuat semua orang khawatir. Terlebih khusus Tawakal Tulong (60) ayah kandungnya.
Waktu mendengar kabar tersebut, Tawakal berada di rumah.
Dia mengatakan sudah tak bisa berbuat apa-apa karena selalu terpikirkan anaknya yang terjebak.
"Saya selalu memikirkan anak saya yang terjebak. Perasaan saya sudah bercampur aduk.
Saya bahkan tidak dapat berjalan sudah setengah mati pikiran. Saya terus berzikir, selalu berdoa.
Ketika mendengar kabar anak saya sudah dievakuasi dengan selamat perasaan menjadi tenang," ujar Tawakal.
Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube tribunmanadoTV
Follow juga akun instagram tribunmanado