Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Aji Febrianto sang Pelukis Difabel, Menarik Aura Seseorang ke Dalam Lukisannya

Aji Febrianto, remaja difabel menjadi bukti keyakinan tiap orang Tuhan menciptakan segalanya sempurna.

Penulis: Fernando_Lumowa | Editor:
TRIBUNMANADO/FERNANDO LUMOWA
Aji Febrianto saat melukis 

TRIBUNMANADO.CO.ID-Tuhan itu maha adil. Ia menciptakan segalanya sempurna. Aji Febrianto, remaja difabel menjadi bukti keyakinan tiap orang Tuhan menciptakan segalanya sempurna.

Selasa (05/02/2019) sore cerah. Matahari baru saja melintasi merindiannya. Di sebuah pojok lobi Sintesa Peninsula, berkelompok belasan orang.

Perhatian mereka tertuju ke remaja lelaki bertubuh agak gemuk. Rambutnya sengaja diluncurkan ke atas.Sebagian dari mereka mengarahkan fokus smartphone ke arah si remaja ini. Senyap, hanya terdengar instrumental yang biasa diputar di lobi hotel. Tenang.

Geraknya tangkas. Jemarinya bermain. Gemulai menari menyapukan akrilik di atas kanvas berukuran 90x70 centimeter. Sepintas ia bermain saja. Serupa sedang corat-coret saja.

Perlahan tapi pasti, dari permainan sapuan cat itu, samar-samar gambar mulai kentara. Tak lebih dari 20 menit, jadilah lukisan duo jago sedang beradu.

Baca: Aji Febrianto, Banyak Belajar dari Karya Pelukis Affandi dan Van Gogh

Si remaja menyapu keringat di dahinya. Tak bisa bicara, Aji--nama depan si remaja--lebih banyak menjelaskan pakai bahasa isyarat. Gerakan tangannya dominan.

"Dua ayam ini ternyata kakak beradik. Mereka beradu saat matahari hampir jatuh. Ada rerumputan di sana, seekor nyaris jatuh ke air," demikian Riyanti, sang ibunda menjelaskan makna lukisan yang baru dikerjakan putranya.

Baca: Aji Febrianto Lukis Aura Grace Tielman, Seperti Ini Hasilnya

Aji Febrianto mampu menghipnotis pengunjung yang datang kala itu. Sebuah lukisan dikerjakannya tak lebih dari 30 menit.

"Tergantung. Kadang bisa sejam, bisa lebih cepat. Agak lama jika ada permintaan konsep dan tema," ujar Riyanti tak lama usai demo 'live painting.'

Aji yang sejak November tahun lalu meninggalkan kuas dan menggunakan jemarinya saja untuk melukis sudah populer. Ia mengkategorikan diri pelukis difabel ekspression. "Aji menunjukkan bakat sejak tiga tahun. Ia bisa menggambar desain gaun pengantin saat balita," kata istri Napit Kurnia ini.

Aji yang kelahiran 7 Februari 2004 konsisten berkarya lebih kurang tiga tahun terakhir. Ia spesial karena berkebutuhan khusus tapi mampu berkarya lewat lukisan. Hampir 500 lukisan sudah diselesaikannya.

Baca: Pameran Lukisan Aji Febrianto di Hotel Peninsula Terbuka untuk Umum, Pelukis Tanpa Kuas

Aji populer di dunia maya. Ia fasih bermain media sosial. Tak jarang ia menyiarkan langsung via Facebook kala sedang melukis. Rumah Kopi Classic di Kampung Ternate adalah tempat favorit Aji berkarya dan memamerkan karyanya.

Berkat dukungan Sintesa Peninsula Hotel Manado, Excelsior Tours and Travel dan Manado Tourism Board, Aji menggelar pameran tunggal. Ada 30-an lukisan abstrak dan objek karya Aji sebulan terakhir dipamerkan di Sintesa Peninsula Manado hingga 9 Februari.

Baca: Kisah Leonardo da Vinci: Dari Pelukis, Cinta, Sains hingga Kelamnya Maut

Aji luar biasa. Remaja seusianya bisa menguasai gaya maestro ala Vincent Van Gogh. Seni memang tak berbatas. Menikmati karya-karyanya membuat kita terhanyut ke dimensi lain.

Karya lukisan abstraknya berkarakter kuat. Ia menyebutnya lukisan jiwa. Seperti yang sedang dipajang: Surga Firdaus, kasih ibu, Kayangan, Dewi Bulan Toraja, Kasih Ibu, Kerajaan Majapahit, Bertapa dan Pancaran Warna.

"Kita seperti dibawa ke dunia alam bawah sadar. Hati teduh, tenang rasanya," ujar Augina, pengagum karya Aji.

Karya bertema objek nyata pun ada banyak indah. Kita bisa menikmati karya-karya seperti Adam Hawa, Adam Hawa, Dewi Welas Asih, Bertelur, Borobudur, Menara Eiffel, Rumah Tongkonan, Cendrawasih.

Ada yang menarik perhatian. Aji sepertinya suka dengan ayam. Hewan ini kerap menginspirasinya melukis. Sebelum lukisan yang diselesaikan secara live painting, empat lukisan ayam dipamerkan.

Judulnya, Dua Jawara, Pejantan Tangguh, Jawara dan 01-02. Lukisan terakhir menggelitik karena sama dengan judul lagu Pop Manado yang tengah naik daun. "Suka-suka ya dua saja. Tapi semua punya makna," ujar ibunya.

Lukisan jiwa
Mungkin inilah keistimewaan lain seorang Aji yang oleh sebagian orang disebut pelukis indigo. Aji kerap melukis jiwa. Ia bisa 'menarik' aura seseorang ke dalam lukisannya. Bak membaca jalan hidup si objek lukisan.

Sederhana. Siapa yang ingin dilukis jiwanya bisa meminta. Aji pun melukis seperti biasa. Hasilnya lukisan abstrak. Setelahnya ia menerjemahkan arti lukisan itu yang tak lain aura dan sisi kehidupan si objek lukis. Sejumlah tokoh masyarakat, pemuka agama, pejabat pernah dilukis auranya oleh Aji.

Ketua Manado Tourism Board, Grace Tielman dan GM Sintesa Peninsula Hotel, I Putu Anom Dharmaya berkesempatan dilukis jiwanya oleh Aji.

Baca: Pasti Ingat Gambar Ini, Ternyata Pelukis Biskuit Khong Guan Tak Dapat Royalti

"Ibu Grace perlu mengangkat teladan orangtua anda. Bawa itu ke kehidupan yang sekarang," kata Riyanti mengartikan lukisan jiwa Grace Tielman. Si yang dilukis terkesima. "Merinding saya," kata biduanita Sulut itu.

Merry Karouwan, penggagas pameran mengatakan, seorang Aji bisa menjadi daya tarik di tengah kampanye pariwisata Sulut. "Saya secara pribadi pengagum. Lebih dari itu, seniman seperti ini harus dilibatkan dalam usaha bersama memajukan pariwisata Sulut," kata Merry.

Sedangkan I Putu Anom Dharmaya menilai, pelukis difabel seperti Aji perlu diberi ruang lebih luas untuk memperkenalkan karya-karyanya. "Semoga Aji bisa dikenal lebih luas. Bisa menasional apalagi internasional," ujar Putu.(fernandolumowa)

Berita Populer: VIRAL, Pria di Tondano ini Meninggal Dunia setelah Makan Buah Durian, Kok Bisa?

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved