Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Orang Lari Jauhi Lahar Karangetang: Begini Kondisi Tiga Kampung di Jalur Lahar Panas

Gunung Karangetang tebar ancaman! Gunung berapi di Siau, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biro (Sitaro)

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Tribun Manado
Para pengungsi beristirahat di gereja GMIST Nazareth Niambangeng Kawahang, Minggu (3/2/2019). 

Vulkanik dangkal 4 kali, amplitudo 3-5 mm, berdurasi 12-15 detik. Tektonik jauh dua kali dengan amplitudo 30-52 mm, S-P 17-20 detik, berdurasi 110-190 detik.
Tremor Menerus terekam dengan amplitudo 0.25 mm (dominan 0.25 mm). "Status gunung masih siaga atau level III," jelasnya.

Masyarakat di sekitar Karangetang dan pengunjung wisatawan tidak diperbolehkan mendaki dan beraktivitas pada radius 2,5 km dari kawah 2 (utara) dan perluasan ke sektor Selatan, Tenggara, Barat dan Baratdaya sejauh 3 km.

Masyarakat diharapkan menyiapkan masker penutup hidung dan mulut jika terjadi hujan abu. Masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai yang berhulu dari puncak Gunung Karangetang selama musim hujan agar meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman lahar hujan dan banjir bandang, terutama di sepanjang bantaran Kali Batuawang hingga ke pantai.

Guguran lava di Kali Batuare dan Melebuhe yang semakin mendekati perumahan warga, membuat sejumlah warga harus diungsikan.

Kondisi itu mengundang perhatian dari Kapolres Sangihe AKBP Ferdinan Napitu, Dandim 1301 Sangihe Letkol Inf Parenrengi dan Ketua DPRD Sitaro Djon Janis.

Kapolres Sangihe sempat menyambangi korban bencana yang mengungsi di GMIST Nazareth Niambangeng.
Di situ ia sedikit menghibur warga di lokasi pengungsian. "Saya kemari untuk mengetahui kabar bapak dan ibu," kata Kapolres Sangihe, Minggu (3/3).

Ia mengatakan, agar warga tak perlu khawatir dengan harta benda mereka. "Terpenting nyawa bisa selamat, sebab bisa saja awan panas, atau gas beracun dari gunung yang bisa membahayakan jiwa," jelasnya.

Kapolres Sangihe, Dandim 1301 Sangihe, dan Ketua DPRD kemudian menyambangi warga yang mengungsi di Desa Batubulan. Tentu saja dengan pengawalan, melihat situasi dan kondisi, sebab untuk menuju ke Batubulan harus melewati Kali Batuare dan Malebuhe.

Ketua DPRD Sitaro Djon Janis mengatakan, harus ada edukasi terhadap masyarakat khususnya untuk penanggulangan bencana, sebab Sitaro ada beberapa potensi bencana semisal Gunung Karangetang.

Di lokasi hingga saat ini masih dijaga oleh anggota TNI dan Polri, juga ada dari BPBD. Warga yang mengungsi juga sudah diberikan bantuan oleh BPBD, Dinsos Sitaro, dan PMI untuk obat-obatan. Juga dari petugas pemantau Gunung Karangetang datang untuk melakukan pemantauan visual.

Gunung Karangetang, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara
Gunung Karangetang, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara (TRIBUNMANADO/ALPEN MARTINUS)

Retni hanya Bawa Alkitab saat Evakuasi

Banyak cerita dari kisah pengungsi Gunung Karangetan di Siau, Kabupaten Sitaro.
Kisah Retni Katilahe (63), misalnya. Warga Desa Batubulan ini harus meninggalkan rumah dan harta bendanya. Ia harus dievakuasi untuk mengindari bahaya guguran lava Karangetang yang turun melalui jalur kali Marebuhe. Lava sudah semakin dekat dengan permukiman.

Pun pakaian tak ada yang sempat dibawa, hanya yang melekat di badan saja. "Saya tidak sempat bawa pakaian, hanya Alkitab saja yang saya bawa," katanya, Minggu (3/2/2019).

Terpenting nyawanya bisa selamat, walaupun rumah dan harta bendanya ditinggalkan semua. "Saat ada pemberitahuan, kami langsung ke tempat pengungsian," jelasnya.
Dia hanya berharap pada pemerintah untuk mendapatkan tempat istirahat dan makan yang cukup saja selama di pengungsian.

Untuk tidur, mereka diberikan matras dan selimut oleh Pemerintah Kecamatan Sibarut dan Dinas Sosial Kabupaten Kepulauan Sitaro.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved