Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Bebasnya BTP, Rengkuan Berikan Refleksi Buku Biografi Tjahaja Seorang Purnama ke Publik, Ini Isinya!

Buku itu sudah diluncurkan di Graha Serbaguna Taman Kemayoran Condominium, Jakarta Pusat, Rabu (23/01/2019) malam, satu hari sesudah kebebasan Ahok.

Penulis: | Editor: Alexander Pattyranie
TRIBUN MANADO/DAVID MANEWUS
Stefi Rengkuan 

Kehadirannya masih sangat dibutuhkan oleh Indonesia saat ini untuk mengobrak-abrik tatanan hitam dan koruptif dari pejabat-pejabat yang sudah nyaman dengan tingkah laku serakahnya selama bertahun-tahun.

Mencermati tulisan-tulisan dalam buku ini, “Tjahaja Seorang Basuki” memang  merupakan catatan hitam putih tentang sosok Ahok dan banyak hal yang belum selesai dalam kebhinnekaan kehidupan berbangsa dan berperpolitik.

Refleksi-refleksi dalam “Tjahaja Seorang Basuki” ini adalah upaya untuk mengkritisi kecenderungan politik kebohongan dan kepalsuan yang selama ini dipertontonkan oleh banyak para politikus, daripada sekedar upaya pemujaan pribadi bernama Ahok.

Ahok juga mungkin tidak suka dikultuskan secara individu.

Kehadiran Ahok jadi secercah harapan sekaligus menjadi catatan putih akan lahirnya Indonesia yang lebih bersih transparan dan peduli pada rakyatnya.

Wajar banyak orang mengidolakannya dan apakah wajar pula banyak orang  menghujatnya? Barangkali perspektif hitam putih buku ini dapat membantu kita memahami realitas apa adanya dan memberi penilaian normatif serta solusi komprehensif demi semakin cemerlangnya permata ibu pertiwi Indonesia di mata semua anak kandungnya tanpa terkecuali dalam dunia yang terus berubah ini.

Entahkah semakin baik atau malah menjauh dari cita-cita bersama berbangsa dan bernegara?

Begitu masifnya kejahatan korupsi dan mentalitas penguasa yang mengutamakan kepentingan diri dan kelompoknya, sampai-sampai membuat mata orang dikaburkan bahkan tak berdaya mengenali dan memahami realitas yang sejatinya dari Indonesia.

Apakah identitas sejati Indonesia?

Identitas sejati dan asali Indonesia tak bisa dilepaskan dari masa lalu dan masa depannya dalam bingkai norma dan perjuangan mencapai cita-citanya yang mulia.

Lantas mengapa kaca mata?

Kacamata hanyalah tanda dan simbol.

Tapi yang punya arti dan makna.

Baca: 2 Maret Sat Lantas Kumpulkan Tiga Ribu Kaum Millenial

Baca: Bupati Vonnie: Guru ASN Swasta Wajib Pindah ke Sekolah Negeri

Selain sebagai cahaya yang berpendar, Basuki Tjahaja Purnama itu ibarat sebuah kacamata untuk kita melihat Indonesia lebih jelas, jujur dan tegas.

Dengan demikian kacamata itu justru melindungi kita untuk tetap berani secara etis moral spiritual menghadapi realitas dan permasalahannya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved