Banjir di Manado, Warga Asyik Buat Kolak dan Goreng Singkong, Juga Menanti Bantuan Caleg
Air yang sudah masuk ke dalam rumah tidak memaksa warga langsung mengungsi. Mereka menganggap banjir pada tahun 2014 silam lebih parah.
Penulis: Christian_Wayongkere | Editor: maximus conterius
Laporan Wartawan Tribun Manado Christian Wayongkere
TRIBUNMANADO.CO.ID - Sejumlah warga Kota Manado yang tinggal di lokasi bencana tanah longsor dan banjir luapan air dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano, enggan beranjak dari rumah mereka.
Saat itu, Selasa (15/1/2019), rumah mereka tergenang air setinggi perut orang dewasan dan tertimbun tanah longsor.
"Masih aman, tapi bagian ruang tamu rumah sudah tergenang air," ujar seorang warga di Lingkungan 3 Kelurahan Ternate Tanjung, Kecamatan Singkil, Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara.

Baca: Fakta-fakta Banjir & Longsor di Manado: Data Korban, Lokasi Bencana hingga Debit Air Nyaris Waspada
Baca: Mengenang Banjir Bandang Manado 2014, dari Ketinggian Air, Kerugian hingga Korban Jiwa
Yance Kaengeteng, pendeta yang melayani di Gereja Penyebaran Injil, diselimuti perasaan waswas dan tetap waspada.
Dia menyebut, pada Maret 2018 lalu ketinggian air mencapai 1,5 meter.
Yang terparah dibanding kondisi sekarang, kata dia, adalah banjir pada tahun 2014.
Ditemui kemarin, ia bersama dengan seisi rumahnya sudah mengemas barang-barang elektronik, kursi, sofa dan lainnya sudah diamankan di lantai dua gedung gereja.
Masyarakat yang masih bertahan di rumah mereka yang sudah kemasukan air tampak sedang asyik makan, nonton hingga mempersiapkan goreng ubi atau singkong di tengah banjir.
"Mau lari atau keluar kemana lagi? Kondisi ini masih belum seberapa dari peristiwa di tahun 2014 tinggi air sampai atap rumah," kata Marce, warga Kelurahan Tarnate Tanjung.

Baca: 5 Keluarga Jadi Korban Longsor di Kelurahan Singkil 1, Waspada Banjir
Baca: Hujan Landa Manado, Ini Kisah Kampung Argentina Jadi Langganan Banjir, 50 Kali Kebanjiran Setahun
Bertahan di dalam rumah yang sedang tergenang, kata Marce, akan dilakukan terus sampai kondisi benar-benar sudah tidak berbuat apa-apa lagi.
Masyarakat tampak asik mempersiapkan makanan berupa kolak ubi, ubi goreng dan makan buah mangga.
"Mari makan kolak dan ubi dulu, biar lama yang penting makan. Belum ada bantuan ini dari para caleg," ucap warga yang bertahan di rumah yang tergenang air.
Di titik banjir lainnya, masih terdapat warga yang memilih bertahan di rumah mereka dan mengungsi ke rumah tetangga yang tidak terdampak.
Meski tengah tertimpa masalah banjir, masyarakat dibantu aparat kelurahan begitu koperatif dengan wartawan Tribun Manado yang turun langsung ke lokasi rumah warga yang kena banjir. Mereka mengarahkan jalan setapak yang sudah tertutup air berwarna cokelat, agar tidak terperosok ke dalam selokan atau got.
BERITA POPULER:
Baca: Air di DAS Tondano Naik, Seruan Mengungsi Terdengar dari Masjid dan Gereja
Baca: Fakta-fakta Banjir & Longsor di Manado: Data Korban, Lokasi Bencana hingga Debit Air Nyaris Waspada
Baca: Cerita Anggota TNI yang Evakuasi Buaya Pemakan Manusia: Penuh Ketegangan hingga Gigi Copot
"Sudah pindahkan barang-barang berharga lainnya ke rumah tetangga. Dan kami tetap akan tinggal di rumah ini meski menjadi langganan banjir," kata Asri dan Ulfa, pasangan suami istri di Lingkungan 3.
Di dalam rumah dihuni istri, anak-anak, cucu dan menantu. Peristiwa banjir sudah berkali-kali dirasakan keluarga ini.
Bahkan rumah yang terbuat dari tripleks itu pernah hanyut.
Amatan Tribun Manado, tinggi air bervariatif mulai dari lutut orang dewasa hingga perut orang dewasa di beberapa gang dekat pemukiman warga. (*)