Mengenang Banjir Bandang Manado 2014, dari Ketinggian Air, Kerugian hingga Korban Jiwa
kota dengan julukan Kota Tinutuan itu diterjang banjir bandang dan longsor hingga menimbulkan kerugian triliunan rupiah dan korban jiwa.
Penulis: Indry Panigoro | Editor: Indry Panigoro
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Masih membekas diingatan warga Manado, Sulawesi Utara (Sulut) soal tragedi 15 Januari 2014.
Pada Rabu (15/01/2014) bencana alam menerjang Sulut.
Dan salah satu daerah yang paling terdampak yakni Ibu Kota Provinsi Sulut Manado.
Bagaimana tidak, kota dengan julukan Kota Tinutuan itu diterjang banjir bandang dan longsor hingga menimbulkan kerugian triliunan rupiah dan korban jiwa.
Baca: Prostitusi Online - Terungkap Ada Artis yang Dibayar Rp 7.5 Juta Permenit, Perdetiknya Rp 125 Ribu!
Tribunmanado.co.id, kembali mengajak pembaca untuk sama-sama mengenang banjir bandang Manado 2014.
Akibat Banjir, Mobil Tumpang Tindih di Manado
Usai diterjang banjir bandang Manado 15 Januari 2014, pada Kamis (16/01/2014), pusat Kota Manado sudah bisa dilewati kendaraan bermotor meski sejumlah ruas jalan diselimuti lumpur tebal. Namun, ada satu hal yang berbeda. Pada pemandangan pagi di sekitar Kantor Wali Kota Manado, Kamis (16/1/2014), banyak mobil dalam posisi porak poranda dan bertumpuk.
Jemmy Sumilat, seorang karyawan Tribun Manado, menceritakan perjalanannya pada pagi tadi dari rumahnya di Pakowa Lingkungan I menuju Kantor Tribun Manado, Jalan AA Maramis, Kairagi II, Mapanget.
Rabu (15/01/2014), rumah Jemmy yang berada di dataran lebih tinggi terendam banjir hingga setinggi 40 cm. Padahal, tahun sebelumnya, banjir tak sampai ke rumahnya. Namun pada pagi tadi, banjir sudah surut, menyisakan sampah dan lumpur.
Jemmy melewati Wanea, lalu ke Jalan Samrat menuju Bumi Beringin, melewati lampu merah Toar, turun dan melalui Lapangan Tikala, Balaikota, Jalan Sudirman, Martadinata, Yos Sudarso, lalu sampai di kantor.
Menurut Jemmy, semua jalan bisa dilewati. Namun, banyak tumpukan sampah dan lumpur. Sisa terbanyak ada di Tikala, dengan ketebalan 10 cm.
"Mobil bertumpuk di daerah Sparta, Tikala, Kantor Wali Kota Manado. Ada juga mobil di jalan balaikota, yang sebelumnya parkir di pinggir, naik ke trotoar. Mobil yang terkena banjir, di luar mulus, dalamnya penuh lumpur. Mobilnya bersih karena baru saja hujan turun," urai dia.
Jemmy melanjutkan, ada juga mobil yang nungging dengan posisi moncong masuk ke lubang trotoar.
Menurutnya, ini adalah banjir paling parah dibandingkan tahun lalu. "Tinggi air dua kali lipat dari sebelumnya. Biasanya nggak sampai di rumah saya, ini air sampai masuk," katanya.
Ia menjelaskan, ada tiga asrama di Wanea yang tenggelam, antara lain Asrama Polisi Militer, Asrama Denzipur, dan Asrama Sapta Marga 9. Tinggi air lebih dari satu meter.
Sungai di Pakowa Wanea yang berkelok-kelok dengan lebar 4-5 meter menjadi tampak lurus. Lebarnya kini lima kali lipat dari sebelumnya.
Banjir Manado Tewaskan 6 Orang
Banjir bandang yang menerjang sebagian besar Kota Manado, Sulawesi Utara, berangsur surut pada Kamis (16/01/2018) siang, namun ribuan orang korban banjir belum tertangani dengan baik pada hari pertama setelah banjir.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana, BNPB, menyatakan ada 18 orang tewas akibat banjir dan tanah longsor di Manado dan sekitarnya.
Menurut PMI Sulawesi Utara, evakuasi terhadap warga yang menjadi korban banjir dilanjutkan pada Kamis, setelah upaya ini sempat terganggu pada Rabu (15/01/2014) malam akibat ketinggian dan arus air bah.
"Banyak sekali pengungsi di beberapa titik, yang menumpang sementara di masjid, hotel, gereja atau sekolah. Hari ini kita mulai berencana menangani pengungsi," kata Komandan tim satuan penanganan bencana, Sulut, Irwan Lalegit, Kamis (16/01/2014) siang, dikutip Tribunmanado.co.id dari wawancara wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, melalui telepon.
Banyak sekali pengungsi di beberapa titik, yang menumpang sementara di masjid, hotel, gereja atau sekolah. Hari ini kita mulai berencana menangani pengungsi.
Menurutnya, air bah yang nyaris melumpuhkan Kota Manado pada Rabu kemarin, hari ini mulai surut sehingga jalur utama transportasi di dalam Kota Manado sudah bisa dilalui kendaraan roda empat.
"Jalur utama transportasi di Manado sudah bisa dilalui. Di beberapa wilayah, kalau kemarin terendam sampai 3 meter, sekarang tinggal kira-kira semata kaki," ungkapnya.
Namun demikian, ada beberapa wilayah di dalam Kota Manado yang masih terendam air sehingga menyulitkan evakuasi bagi korban. "Misalnya Kampung Arab dan Merdeka yang dekat dengan sungai," kata Irwan.
Jalur transportasi yang menghubungkan Manado-Tomohon juga masih terputus. "Akibat dua titik tanah longsor," kata Irwan Lalegit.
Bencana Sulut - Banjir Bandang Manado, 18 Warga Tewas, 1.000-an Rumah Rusak
Banjir bandang dan longsor pada Rabu (15/01/14), di Sulawesi Utara (Sulut) meninggalkan kepedihan mendalam. Dari kejadian ini, 18 orang meninggal dunia, 4.00-an mengungsi dan 1.000-an rumah rusak, belum terhitung infrastuktur lain.
Banjir bandang dan longsor melanda beberapa kabupaten dan kota, seperti Manado, Tomohon, Minahasa dan Minahasa Utara. Cres, Kasubid Tanggap Darurar Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), mengatakan, korban meninggal tersebar di sejumlah wilayah. “Di Manado enam orang, Tomohon lima, Minahasa enam dan Minahasa Utara satu orang. Dua korban hilang, masih dalam pencarian,” katanya di Manado, Jumat (17/01/14).
Dia mengatakan, bencana ini karena hujan deras mengguyur Manado sejak 13 Januari 2014. Luapan Sungai Sario, Tondano dan Sawangan turut mempengaruhi genangan air di sejumlah lokasi.
“Air sudah mulai surut dan cuaca mulai membaik. Namun, masyarakat tetap harus waspada dalam empat sampai lima hari ke depan.”
Berdasarkan pemantauan di lapangan, bencana ini menyebabkan aktivitas Manado lumpuh selama beberapa hari. Banjir tidak hanya menggenangi rumah warga, juga sekolah hingga kantor Walikota Manado.
Bahkan, banjir di sembilan kecamatan membuat sejumlah pusat perbelanjaan meliburkan karyawan.
Tak hanya itu, tanah longsor di Desa Tinoor, menyebabkan jalur lintas Manado-Tomohon, terputus.
Akibatnya, sejumlah titik di Manado mengalami kemacetan parah. Pengguna jalan harus mencari jalur alternatif untuk menuju kedua kota itu.
Di wilayah pesisir, sejumlah nelayan turut terkena dampak cuaca buruk. Di daerah Malalayang, misal, tiga rumah nelayan rusak parah akibat terjangan ombak, sekitar 150 jiwa di daerah ini mengungsi ke tempat lebih aman.
Data dari BNPB menyebutkan, data sementara 18 orang tewas, dua hilang, 101 rumah hanyut, dan ribuan warga mengungsi.
“Pencarian korban terus dilakukan. Banjir surut dan masyarakat banyak yang membersihkan rumah,” kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB dalam keterangan resmi.
Dalam rapat koordinasi dipimpin Wakil Gubernur Sulu, katanya, diutamakan penanganan pengungsi, koordinasi antarinstansi, aktivasi dan struktur posko. Kepala Pelaksana BPBD Sulut ditunjuk sebagai komandan tanggap darurat dan wakil, kepala Dinas Sosial Sulut.
BNPB, Kementerian Sosial, dan Kementerian Kesehatan mengirimkan bantuan logistik dan peralatan sebanyak 57,2 ton. Pengiriman menggunakan pesawat Hercules C-130 TNI AU pada Jumat (17/1/14) pagi. Bantuan berupa tenda keluarga 6,9 ton, makanan pendamping asi 3,2 ton dan obat-obatan 150 kg.
Pada Sabtu (18/1/14) akan diberangkatkan tiga Hercules TNI AU dan Minggu (20/1/14) dengan satu Hercules TNI AU membawa bantuan kidware 1.200 paket, family kit 4.000 paket, tenda gulung 2.000 lembar, tikar 1.000 lembar, paket kesehatan keluarga 500 paket, lauk pauk 5.000 paket, sandang 1.500 paket, dan lain-lain.
Menurut dia, dalam kondisi itu, sempat beredar isu menyesatkan akan terjadi tsunami di Manado. Masyarakat resah dan mengungsi hingga terjadi kemacetan.
“Baiknya kepolisian menyidik dan menindak oknum ini.”
Kerugian Bencana di Manado Ditaksir Rp 1,8 Triliun
Bencana alam yang terjadi di Sulut diperkirakan mengakibatkan kerugian sebesar Rp 1,8 triliun. Demikian disampaikan Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) SH Sarundajang pekan lalu.
Hal itu merupakan perhitungan dari 250 rumah hanyut dan ditimpa longsor tersebar paling banyak di Kota Manado, kemudian Minahasa.
Angka triliunan mencakup kerusakan fasilitas publik, termasuk 5 jembatan rusak.
Selain itu kerugian terparah, ada 9 kecamatan di Kota Manado yang pemukimannya tergenang banjir.
"Lokasi bencana ada di Manado, Tomohon, Mitra Minahasa, Sangihe Sitaro, Minut, terbesar bencana dialami Kota Manado, karena ada 40 titik terparah," katanya.
Selain itu kata Sarundajang 80 ribu warga di Sulut mengalami dampak bencana, dimana 15 ribu warga mengungsi di tempat pengungsian baik di sekolah, rumah, gereja dan kantor.
Lebih dari 2.000 warga mengungsi akibat banjir bandang, longsor, dan gelombang tinggi yang melanda sekitar Manado, Sulawesi Utara, Rabu (15/1/2014).
Dalam pernyataan pers yang diterima Kompas.com, Rabu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo menjelaskan, hujan deras mengguyur Kota Manado sejak Selasa (14/1/2014).
"Tercatat 11 kecamatan yang terdampak banjir di Kota Manado. Banjir terjadi di Kecamatan Sicala, Wenang, Singkil, Wanea, Tunginting, Paal Dua, Paal Empat, dan Bunaken," papar Sutopo.
Data sementara menunjukkan satu orang tewas tertimbun longsor dan sudah ditemukan, sementara satu orang hilang. Adapun 10 rumah tertimbun longsor di Desa Kembes Satu, Kecamatan Tombulu, Kabupaten Minahasa, Rabu (15/1/2014) sekitar pukul 11.55 Wita.
2.000 Lebih Warga Mengungsi, Tinggi Air Sekitar 2 Meter
Banjir bandang juga menghanyutkan dan merendam puluhan mobil.
Ketinggian banjir di bantaran sungai mencapai enam meter. Sementara itu di kota, ketinggian air sekitar 1,5 hingga 2 meter.
Banjir juga menyebabkan empat jembatan putus, sementara sampai saat ini hujan belum berhenti.
"Di Kanaan, Ranotana Weru Lingkungan 9, banjir yang berasal dari luapan sungai telah naik hingga ketinggian mencapai atap rumah. Sementara, di Lingkungan 1, warga terjebak di dalam rumah dan tidak bisa keluar," kata Sutopo.
BPBD Sulawesi Utara, bersama BPBD Kota Manado, TNI, Polri, PMI, Basarnas, Tagana, SKPD, relawan, dan masyarakat masih melakukan evakuasi dan penanganan darurat.
Warga untuk sementara dievakusi di Hotel Swissbell, Hotel Tengunpura, dan Kantor Wali Kota Manado.
Angin kencang terjadi di sekitar Manado hingga kecepatan 15-20 knot. Tinggi gelombang di perairan utara Manado 3-5 meter. Pantauan citra satelit menunjukkan awan masih banyak di sekitar Sulawesi Utara.
Potensi banjir masih cukup tinggi. Pendataan masih dilakukan. Pembaruan data akan disampaikan kemudian.
(Tribunmanado Indri Fransiska Panigoro/Kps/dtc)