Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

History

Menapaki Sejarah di Tanah Minahasa Sulawesi Utara, Kampung Jawa Tondano hingga Desa Purba Minawanua

Menapaki Sejarah di Minahasa Sulawesi Utara, dari Kampung Jawa Tondano hingga Desa Purba Minawanua

Penulis: Siti Nurjanah | Editor: Siti Nurjanah
Kolase Tribun Manado /FINNEKE WOLAJAN
Menapak Sejarah di Tanah Minahasa Sulawesi Utara, dari Kampung Jawa Tondano hingga Desa Purba Minawanua 

Penemuan Waruga, kayu raksasa dan alat bertani tempo dulu membuktikan di lokasi Benteng Moraya, Tondano dulunya ada pemukiman penduduk.

Berlokasi di pinggir Danau Tondano, kawasan seluas tiga hektar ini dulunya adalah Desa Minawanua, yang merupakan pemukiman tua warga Minahasa saat itu.

"Kehidupan di Minawanua ini sudah ada jauh sebelum perang Tondano yang pecah pada tahun 1801. Dari catatan yang ada, warga desa yang dinamakan Minawanua yang bermukim di kawasan ini, hidup di sekitar abad XI ataupun XII," ujar Fendy Parengkuan, sejarawan dan budayawan Sulawesi Utara, beberapa waktu lalu.

Dikatakannya, kehidupan warga beratus-ratus bahkan beribu-ribu tahun lalu di Minawanua telah menyebabkan banyak waruga berada di situ.
Selain waruga, kayu-kayu raksasa yang ditemukan juga merupakan alat-alat milik warga Minahasa tempo dulu yang semuanya adalah petani.

"Kayu-kayu itu adalah alat milik warga yang digunakan untuk hasil mengolah hasil-hasil pertanian mereka. Pun digunakan untuk aktivitas warga Minawanua lainnya," terangnya.

Kata Parengkuan, sejarah menyebut ada kesepakatan antara warga Tondano dan Belanda waktu itu untuk melakukan barter sumber daya yang ada. Belanda memberi barang-barang seperti pecah belah dan lainnya, sedangkan orang Tondano menukarnya dengan beras dan padi.

Baca: BREAKING NEWS: Banjir Meluap di Pusat Kota Bitung, Air Capai Betis Orang Dewasa

Baca: Hasil Undian 8 Besar Coppa Italia 2019: 2 Laga Big Match Terjadi, Duo Milan Harus Hadapi Lawan Berat

Parengkuan kemudian menjelaskan sejarah Perang Tondano yang berpusat di Minawanua tersebut. Awal Agustus 1809 pertahanan utama orang Tondano berhasil dikepung dari arah daratan maupun dari arah danau. Pusat kekuatan Tondano di tempat yang kemudian dinamakan Minawanua menjadi ajang pertempuran sengit beberapa hari lamanya.

"Pada siang tanggal 4 Agustus 1809 pertahanan itu bobol dan pertempuran belangsung dari rumah ke rumah. Dini hari tanggal 5 Agustus 1809 pertahanan dan perkampungan Tondano dibumihanguskan musuh. Semua penghuninya mulai dari anggota pasukan perlawanan Tondano hingga orang-orang tua, perempuan dan anak-anak tidak ada yang tersisa. Semuanya tewas terbunuh, Minawanua menjadi lautan darah," terangnya.

3. Benteng Moraya, Saksi Kegigihan Orang Tondano Hingga Titik Darah Penghabisan

Pesta Kembang Api terlihat indah di Kawasan Benteng Moraya
Pesta Kembang Api terlihat indah di Kawasan Benteng Moraya (Tribun manado / Andreas Ruaw)

Baca: Denny Tewu Ungkap Humor Politik Manado, Ada Visi, Misi, Gizi, Pici dan Ruci

Baca: BREAKING NEWS: Banjir Meluap di Pusat Kota Bitung, Air Capai Betis Orang Dewasa

Sejarawan Sulawesi Utara Fendy Parengkuan mengatakan sejarah Perang Tondano berpusat di desa purba Minawanua, yang ditandai dengan bangunan berupa benteng yang diberi nama Moraya.

Berlokasi di pinggir Danau Tondano, tak jauh dari patung Korengkeng di Kelurahan Roong, Tondano Barat, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.

Pusat kekuatan Tondano di tempat yang kemudian dinamakan Minawanua menjadi ajang pertempuran sengit beberapa hari lamanya.

Belanda memaksa sambil memberikan iming-iming dan hadiah kepada para pemimpin Minahasa yang mau membantu mereka.

Spot foto di Benteng Moraya makin menunjang wisatawan untuk memiliki foto yang instagramable
Spot foto di Benteng Moraya makin menunjang wisatawan untuk memiliki foto yang instagramable (TRIBUNMANADO/FINNEKE WOLAJAN)

Baca: Hasil Undian 8 Besar Coppa Italia 2019: 2 Laga Big Match Terjadi, Duo Milan Harus Hadapi Lawan Berat

Baca: Hasil Coppa Italia 2019 - Hadapi Tim Serie C, AS Roma Berpesta dengan 4 Gol Tanpa Balas

Ternyata permintaan tenaga bantuan pemuda dan iming-iming hadiah ditolak oleh seluruh rakyat Minahasa dalam pertemuan atau musyawarah Minahasa di Tondano.

"Belanda menuduh tokoh-tokoh Tondano menggagalkan politik mereka sehingga menyampaikan ancaman akan menyerang Tondano dengan kekuatan militer. Ancaman tersebut disambut dengan persiapan perang di pusat perlawanan Tondano. Itulah sebabnya peperangan itu terkenal dengan sebutan Perang Tondano," terang Fendy Parengkuan.

Halaman
123
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved