Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Rumah Wakil Ketua KPK Diteror Bom Pipa: Tetangga Dengar Suara Motor Usai Ledakan

Kediaman Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Laode Muhammad Syarif dilempar bom molotov.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Petugas disaksikan Wakil Ketua KPK Laode M Syarif (kiri) menunjukkan barang bukti terkait Operasi Tangkap Tangan (OTT) Kabupaten Bekasi di Gedung KPK, Jakarta, Senin (15/10/2018). KPK menetapkan 9 tersangka pada OTT di Kabupaten Bekasi yang diantaranya yakni Bupati Bekasi Neneng Hassanah Yasin, 4 Kepala dinas di Kabupaten Bekasi serta 4 pengusaha pemberi suap terkait suap pengurusan perizinan proyek pembangunan Meikarta di Kabupaten Bekasi dengan barang bukti uang sebesar Rp 1,5 miliar. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Kediaman Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Laode Muhammad Syarif dilempar bom molotov. Di rumah Laode yang ada di Jalan Kalibata Selatan Nomor 42 C RT 01/03, Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan, ditemukan sisa bom molotov yang diletakkan orang tak dikenal, Rabu (9/1) dini hari.

Pelaku diduga mendatangi rumah Laode Muhammad Syarif dengan mengendarai sepeda motor. Alasannya, satu akses masuk di Jalan Kalibata Selatan ditutup portal sejak pukul 23.30 WIB yakni akses yang menuju arah Jalan Buncit Raya.

Sementara, akses lainnya yang bisa dilalui kendaraan melalui Jalan Pasar Minggu Raya atau Jalan Kalibata Tengah. Warga sekitar bernama Bakti (48) mengaku, dia mendengar suara ledakan sekitar pukul 01.00 WIB dini hari.

"Saya belum tidur. Lagi browsing internet. Tiba-tiba ada suara ledakan," kata Bakti.

Rumah Bakti berada tepat di samping rumah Laode. Saat mendengar ledakan, Bakti sempat berlari ke ruang tamu rumah. Lalu, dia mengintip dari jendela rumahnya ke arah luar, namun keadaan di luar rumah sepi. "Tapi nggak lama kemudian ada suara motor di depan rumah Pak Laode dan melaju ke arah Jalan Pasar Minggu Raya," ujarnya.

Baru pada Rabu pagi, dia melihat ada keramaian di rumah Laode. Puluhan polisi sudah berada di sana untuk melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP). "Ternyata yang saya dengar bom molotov yang dilemparkan ke arah lantai dua rumah Pak Laode," kata Bakti. Bakti mengatakan, biasanya rumah Laode selalu dijaga personel kepolisian. "Kalau malam ada di dalam. Atau mungkin di akses pintu belakang, karena ada gerbang juga yang tembus ke komplek Pomad," ucap Bakti.

Ketua RT 01/RW 03, Makmun Azhari, mengatakan tidak ada pengamanan saat terjadinya ledakan bom molotov di kediaman Wakil Ketua KPK, Laode M Syarif. "Dulu sih ada, tapi sekarang lagi putus," ucap Makmun. Pria yang mengenakan singlet putih itu juga berujar bahwa kejadian yang menimpa Laode baru sekali saja terjadi. Ia menuturkan, kebanyakan rumah di lingkungan tempat tinggalnya sudah memiliki satpam pribadi.

Ditambah dengan tata letak kawasannya yang terpotong-potong, menyebabkan pengamanan siskamling jaga sulit diterapkan. "Lingkungan saya kan sedikit jadi potong-potong. Jadi kebanyakan satpam pribadi  sudah banyak," tuturnya. Makmun menjelaskan, akses untuk menuju rumah Laode juga hanya ada satu. "Kalau jalan akses (dibuka) di Kalibata Selatan. Kalau di Warung Jati sudah ditutup.

Di Komplek Benteng ditutup juga," ujar Makmun. "Jam 12 malam sampai jam 5 pagi baru dibuka. Aksesnya lewat situ doang. Dulu pernah ditutup tapi dibuka lagi karena orang enggak bisa lewat, sehingga dibuka lagi satu di depan," imbuhnya. Polri juga membenarkan adanya ancaman teror bom terhadap rumah Laode. Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Pol Argo Yuwono, mengatakan terdapat dua buah bom molotov. "Di kediaman Pak Laode ada bom molotov, botol isi bahan bakar, dua biji dilemparkan," ujar Argo.

"Sekali tidak menyala, utuh, yang (molotov) kedua pecah,"ujarnya.

Teror Bom Pipa

Tidak hanya terjadi di kediaman La Ode Muhammad Syarif, rumah Ketua KPK Agus Rahardjo juga tidak luput dari teror. Rumah Ketua KPK Agus Rahardjo yang berada di Perumahan Graha Indah RT 4 RW 14, Kelurahan Jatimekar, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, diduga diteror bom. Benda yang diduga bom rakitan itu ditemukan di pagar rumah Agus.

Eman, penjaga rumah Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo menceritakan pertama kali menemukan benda mencurigakan di pagar rumah majikannya tersebut. "Iya saya yang lihat pertama kali itu (benda mirip bom). Ditaruh dalam keadaan tersangkut dengan posisi menjorok ke dalam garasi pagar rumah," katanya.

Melihat benda mencurigakan, lantas dia berusaha membuka dan melihatnya, ternyata isi tas itu terdapat paralon, paku, kabel, baterai, dan serbuk. "Saya langsung lapor, telpon ke polsek setempat," katanya. Namun, Eman enggan berbicara banyak. Dia langsung bergegas kembali masuk ke dalam rumah Agus Rahardjo.

"Sudah polisi sudah pada datang lagi tangani. Sudah yah Mas, itu sudah saya sampaikan ke kepolisian, segitu aja ya," ujar Eman.

Mabes Polri membenarkan temuan benda mirip bom atau diduga bom di halaman rumah dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dua rumah pimpinan KPK yakni Agus Rahardjo di Perumahan Graha Indah, Jatiasih, Kota Bekasi, dan rumah Laode Muhamad Syarif di Jalan Kalibata Jakarta Selatan.

"Saat ini Polri telah menurunkan tim di kedua lokasi untuk olah TKP (Tempat Kejadian Perkara--Red). Tim dari Bareskrim, Inafis, Puslabfor serta Densus 88," katanya lagi.

Menurut Iqbal, Polri akan berusaha bekerja semaksimal untuk mengungkap kasus tersebut. "Jadi tidak perlu diframing soal macam-macam untuk hal ini. Kami imbau masyarakat tenang karena situasi dan kondisi Jakarta tetap aman dan kondusif," kata Iqbal.

Iqbal menambahkan, tim tengah melakukan identifikasi terhadap temuan benda mirip bom di dua rumah pimpinan KPK itu. "Kami juga periksa sejumlah saksi, penghuni rumah dan CCTV di rumah yang ada," katanya.

Saat ini, kata Iqbal, Kapolda Metro Jaya Irjen Idham Azis juga sudah turun langsung ke lokasi kejadian untuk memantau penyelidikan yang dilakukan tim penyidik.  Sementara itu, Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, temuan benda diduga bom itu ditemukan di halaman rumah. "Benda diduga atau mirip bom itu ditemukan di halaman rumah, Rabu pagi ini.

Dipastikan tidak ada korban jiwa," kata Dedi. Brigjen Pol Dedi Prasetyo juga mengatakan Densus 88 Antiteror akan membantu tim Polda Metro Jaya untuk menyelidiki kasus teror bom di kediaman dua pimpinan KPK. "Saat ini Polda Metro sedang membentuk tim, tentunya akan di back-up oleh Mabes Polri, dalam hal ini Densus 88," ujar Dedi.

Pelibatan Densus 88, kata dia, dikarenakan kompetensi dan pengalaman yang dimiliki dalam mengungkap kasus berkaitan dengan bahan peledak.  "Densus 88 memiliki pengalaman mengungkap berbagai kasus, peristiwa, yang terkait dengan masalah bahan peledak. Juga memiliki kompetensi yang cukup lengkap, oleh karena itu tugasnya Densus adalah mem-back up tim yang sudah dibentuk bapak Kapolda Metro Jaya," jelasnya.

Jenderal bintang satu itu menegaskan pihaknya akan bekerja maksimal untuk mengungkap kasus ini. "Saat ini sedang mengolah TKP, menganalisa alat bukti, dan tim ini akan bekerja secara maksimal," ujar Dedi.

Tetap ke Kantor

Meski rumah keduanya menjadi sasaran teror, Ketua KPK Agus Rahardjo dan Wakil Ketua KPK, Laode Muhammad Syarif tetap bekerja seperti biasa di gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan. "Iya, tetap menjalankan kegiatan sesuai dengan tugas masing-masing," kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah.

Suasana di sekitar gedung KPK pun nampak normal. Tak ada penjagaan ketat dari anggota Polri di sekitar kantor lembaga antirasuah itu. Kegiatan pemeriksaan maupun kunjungan dari keluarga para tersangka yang ditahan KPK juga terlihat tampak seperti hari biasa. Meski tetap beraktivitas, pimpinan KPK belum mau memberikan tanggapan terkait teror bom yang menyasar rumah Agus dan Laode.

Terpisah, pihak Istana menilai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai penegak hukum harus terbebas dari tindakan-tindakan intimidasi atau teror dalam menjalankan tugasnya memberantas korupsi. Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi mengaku belum mendapatkan informasi secara detail terkait kejadian intimidasi kepada pimpinan KPK Laode M Syarif oleh pihak tertentu.

Johan yang merupakan mantan Jubir KPK enggan berspekulasi dan lebih baik menunggu penjelasan kepolisian dalam melakukan proses penyelidikan kasus tersebut. "Tentu tidak boleh di dalam negera yang demokrasi dan berdasarkan hukum ini ada pihak-pihak yang melakukan upaya-upaya semacam intimidasi kepada penegak hukum, dalam hak ini pimpinan KPK," tutur Johan.

Johan menilai aksi intimidasi kepada pimpinan KPK, tidak dapat disangkutpautkan dengan persoalan pemberantasan korupsi begitu saja, tetapi perlu dilihat sisi lainnya seperti masalah pribadi atau lainnya. "Enggak bisa dihubungkan (dengan kasus yang akan diungkap atau sudah), belum tentu ada kaitannya dengan satu orang atau satu kasus dan teror di KPK bukan hanya fisik, tapi juga magic itu juga pernah," paparnya.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Bambang Soesatyo meminta Polri usut tuntas dan temukan pelaku serta dalang dari aksi teror bom di rumah dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). "Mengutuk keras aksi yang tidak bertanggung jawab kepada Pimpinan KPK.

Saya telah meminta Polri usut tuntas dan temukan pelaku serta dalangnya," tegas mantan ketua Komisi III DPR RI. Politikus partai Golkar ini menegaskan, tidak bisa membiarkan orang seenaknya melakukan aksi-aksi yang tidak bertanggung jawab dan membuat suasana ketakutan masyarakat.  Untuk itu Bamsoet demikian sapaannya, mendorong Kepolisian RI untuk segera mengusut tuntas kasus tersebut.

"Agar tidak menimbulkan keresahan bagi pemilik rumah maupun masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan tersebut, serta segera memberikan informasi terupdate dari kasus tersebut," ujar Bamsoet.

Ia pun mendorong aparat kepolisian untuk meningkatkan kewaspadaan dan penjagaan terhadap pejabat Negara, mengingat situasi saat ini sudah memasuki masa kampanye dan Pemilu 2019. Sejauh ini Mabes Polri masih melakukan penyelidikan untuk mengungkap teror diduga bom yang menyasar kediaman dua pimpinan KPK.

Koordinator Divisi Korupsi Politik Indonesia Corruption Watch (ICW), Donal Fariz menilai teror bom molotov yang menyerang rumah pimpinan KPK, Agus Rahardjo dan Laode M Syarif adalah bukti bahwa lembaga anti rasuah itu bekerja. Donal mengatakan adanya teror karena ada sesuatu yang terancam.

"Teror ini kan bukti KPK bekerja. Kalau enggak kerja enggak ada teror. Kenapa orang meneror? teror kan dalam kondisi ada yang terancam, ada yang, terganggu ada yang terusik," kata Donal.

Donal berpendapat serangkaian teror yang menghampiri pimpinan KPK maupun penyidik akan terus terjadi jika polisi tak berhasil mengungkap pelaku teror. "(Tahun) 2008 di bulan Januari itu ada teror bom juga di gedung KPK sehingga seluruh pegawai KPK itu turun pada waktu itu untuk menyelamatkan diri. Selang setahun bulan Juli 2009 itu juga kembali ada teror orang menelepon KPK dan menyebut ada bom yang sudah diletakkan di gedung KPK, sehingga teror teror bom kepada KPK ini sebenarnya bukan kejadian yang pertama dan sudah berulang," jelasnya.

"Dan itu akan terus berulang teror kepada KPK sepanjang pelaku pelaku teror ini tidak terungkap secara hukum," imbuhnya.

Mengenai spekulasi penyebab adanya teror itu, Donal menyebut ada spekulasi politik maupun spekulasi dalam proses penegakan hukum yang dilakukan oleh KPK. Untuk itu, dia meminta pihak kepolisian segera mengungkap pelaku teror itu guna menghindari banyaknya spekulasi yang berkembang, terutama politik.

"Sehingga menurut saya untuk menghindari banyaknya spekulasi dan giringan ke arah politik tentu butuh kerja cepat bagi penegak hukum untuk membongkar kasus ini khususnya pihak kepolisian sehingga menghindari spekulasi politik, kemanan dalam negeri sampai penegakan hukum," tutupnya.

Desak Jokowi

Wadah Pegawai KPK angkat suara dengan adanya teror di kediaman pimpinan KPK, Agus Rahardjo dan Laode Muhammad Syarif. Ketua Wadah pegawai KPK, Yudi Purnomo Harahap, mendesak Presiden Joko Widodo membongkar berbagai upaya pelemahan KPK melalui teror kepada pimpinan KPK. "Upaya pelemahan pemberantasan korupsi melalui intimidasi terhadap pegawai maupun pimpinan KPK terus terjadi tanpa bisa dicegah. Sebab pelaku berpikiran bahwa tindakan yang dilakukan tidak akan bisa terungkap," kata Yudi.

Ia juga berharap pihak kepolisian yang saat ini sedang melakukan olah TKP (Tempat Kejadian Perkara) dapat segera melacak dan menemukan pelakunya. "Kami Wadah Pegawai mengecam dan mengutuk upaya teror terhadap pimpinan kami yang dilakukan di rumah mereka," tegas Yudi.

Menurut dia, saat KPK sedang giat-giatnya memberantas korupsi pada 2018 lalu dengan mencetak sejarah 30 OTT dan tahun ini menargetkan 200 perkara, upaya pemberantasan korupsi kembali diuji. "Hal ini semakin membuktikan bahwa upaya teror terhadap pemberantasan korupsi terus berlangsung dan tidak pernah berhenti," ujarnya.

Wadah pegawai KPK meyakini tindakan teror ini merupakan upaya untuk menimbulkan rasa takut dan gentar di hati pimpinan dan pegawai KPK agar berhenti menangkapi koruptor dan menciptakan Indonesia bersih. "Bahwa teror-teror kepada pimpinan KPK dan pegawai KPK tidak akan pernah menciutkan nyali kami dalam memberantas korupsi di negeri ini, malah justru makin memperteguh semangat kami bahwa korupsi harus dibasmi apapun risikonya, tentu dengan dukungan rakyat Indonesia," katanya. (Tribun Network/fer/ham/mam/fik/ter/wly)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved