Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kisah Penderita DBD dari Pelosok Berobat di Manado, Ada yang Berutang hingga Menangis di Atas Kapal

Kisah Penderita DBD dari Pelosok Berobat di Manado, Ada yang Berutang hingga Menangis di Atas Kapal

Penulis: Arthur_Rompis | Editor: David_Kusuma
Istimewa
Penderita DBD di RSUP Prof Kandou 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Dengan susah payah Markus berusaha agar anaknya Resal minum air putih.

Resal menderita DBD dan dirawat di selasar ruang Irina E RSUP Prof Kandou, Rabu (9/1/2019) sore.

Agar pulih, Resal butuh banyak minum air putih. Tapi si anak yang masih duduk di bangku SD itu memang tak suka minum, apalagi di saat sakit. "Saya harus bujuk agar ia minum," kata dia.

Gerak Markus terbilang gesit. Selain meminumkan sang anak, dia juga terus mengipasi sang anak menggunakan sebuah buku.

Padahal, Markus punya penyakit pinggang menahun. "Ini demi anak saya, " kata dia. Markus berasal dari Siau, Sitaro.

Sejumlah pasien DBD yang dirawat di RSUP Prof Kandou berasal dari tempat yang jauh.

Ada dari Sangihe, Ratahan, Bolmong, Likupang, Minsel hingga wilayah kepulauan di Likupang.

Baca: Fakta-Fakta Kasus DBD di Sulut: Jumlah Kematian, Belum KLB hingga Pasien Membludak di RSUP Kandou

Baca: Demam Berdarah Membunuh 74 Orang: 5 Tahun Terakhir 6.130 Kasus DBD

Demi kesembuhan sang buah hati, mereka rela menempuh perjalanan jauh, lewat lautan, mengalami berbagai kesulitan dan mengeluarkan ongkos tak sedikit.

Markus bercerita sang anak sudah dirawat di rumah sakit setempat, tapi dokter meminta rujuk ke RSUP Prof Kandou Malalayang.

"Saya sempat shock, bagaimana membawanya ke Manado dengan kondisi cuaca buruk serta tak ada ongkos, saya hanya bisa berdoa saja agar ada mujizat, " kata dia.

Dan mujizat benar benar terjadi. Entah bagaimana seorang saudaranya yang dikenal pelit memberi bantuan uang.

Cuaca yang sempat buruk juga mereda. "Di atas kapal, anak saya menangis terus saya hampir putus asa, berdoa dan ternyata Tuhan memberinya kekuatan, " kata dia.

Ana Kalang dari Tompaso Baru Minsel juga susah payah membawa sang anak yang sudah kena DBD ke Manado.

Dirinya sampai berutang demi mendapatkan uang transportasi ke Manado.

Mor Bastiaan jenguk pasien DBD
Mor Bastiaan jenguk pasien DBD (Tribun manado/Arthur Rompis)

"Mau pakai mobil umum tapi takut terlambat, dokter sudah katakan harus cepat ke Manado, terpaksa sewa mobil, " kata dia.

Dia bersyukur karena sang anak mendapatkan perawatan baik di RSUP Prof Kandou.

Roy warga Desa Budo, Minut terpaksa membawa sang anak pakai mobil transportasi umum karena tak ada mobil.
Sesampai di Manado, seseorang berbaik hati membantunya
mencari transportasi online.

"Saya bersyukur pada Tuhan. ia orang tak saya kenal tapi membantu saya, " kata dia.

Ia mengaku tak keberatan dirawat di selasar asalkan anaknya selamat. (art)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved