Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Volume Tubuh Gunung Anak Krakatau Berkurang hingga Lebih dari Setengah, Berikut Dampaknya

Berkurangnya ketinggian Gunung Anak Krakatau disebabkan proses pembentukan tubuh gunung api yang disertai erupsi.

Editor: Siti Nurjanah
Twitter Sutopo Purwo Nugroho
Gunung Anak Krakatau 

Sementara itu, potensi bahaya lontaran material lava pijar tetap ada.

"Dengan jumlah volume yang tersisa tidak terlalu besar, maka potensi terjadi tsunami relatif kecil. Kecuali ada reaktivasi struktur patahan atau sesar di Selat Sunda," imbuhnya.

Berdasar hasil pengamatan dan analisis data visual maupun instrumental hingga Jumat (28/12/2018), tingkat aktivitas GAK berada di level III (Siaga).

Baca: Jadwal Live Streaming Liga Inggris Minggu 30 Desember 2018, Manchester United Lawan Bournemouth

Sehubungan dengan status Level III (Siaga) tersebut, PVMBG menghimbau masyarakat untuk berada di radius 5 kilometer dari kawah dan selalu menggunakan masker untuk mengantisipasi jika terjadi hujan abu.

"Masyarakat di wilayah pantai Provinsi Banten dan Lampung harap tenang serta jangan mempercayai isu tentang erupsi GAK yang akan menyebabkan tsunami. (Masyarakat) dapat melakukan kegiatan seperti biasa dengan terus mengikuti arahan BPBD setempat," tutup PVMBG.

Perbandingan wajah Anak Krakatau dari udara pada 11 Desember dan 23 Desember 2018.
Perbandingan wajah Anak Krakatau dari udara pada 11 Desember dan 23 Desember 2018. (Kompas.com/BPPT)

Tentang Gunung Anak Krakatau

Gunung Anak Krakatau terletak di Selat Sunda dan merupakan gunung api strato tipe A.

GAK merupakan gunung api muda yang muncul dalam kaldera pasca erupsi paroksimal tahun 1883 dari Kompleks Vulkanik Krakatau.

Baca: Gunung Agung Bali Berstatus Siaga, Begini Penjelasan Sutopo BNPB

Aktivitas erupsi pasca pembentukan dimulai sejak 1927, pada saat tubuh GAK masih ada di bawah permukaan laut.

Kemudian, tubuh GAK baru muncul ke permukaan laut sekitar tahun 1929.

Karakter letusan GAK adalah erupsi magmatik yang berupa erupsi eksplosif lemah (strombolian) dan erupsi efusif berupa aliran lava.

Beberapa letusan strombolian yang pernah tercatat adalah pada 20 Juni 2016, 19 Februari 2017, dan 29 juni 2018.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Tubuh Gunung Anak Krakatau Hilang Lebih dari Setengah, Ini Dampaknya 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved