Reuni Akbar 212
Debat Soal Jumlah Peserta Reuni Akbar 212: Hitungan Matematis Kawasan Monas dan Penduduk
Sejumlah tokoh mengomentari jumlah massa Reuni Akbar 212 yang berlangsung di Kawasan Monas, Jakarta.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Sejumlah tokoh mengomentari jumlah massa Reuni Akbar 212 yang berlangsung di Kawasan Monas, Jakarta.
Komentar dari Ketua Umum Persaudaraan Alumni 212 Slamet Maarif, kepolisian hingga mantan kuasa hukum Rizieq Shihab, Kapitra Ampera dan klaim panitia.
Seperti aksi 'Bela Islam 212' pada Desember 2016 lalu, reuni 212pada Minggu (2/12/2018) kemarin menyisakan debat yang sama di media sosial: berapa jumlah peserta yang datang? Dan kenapa itu penting?
Baca: Guntur Romli Sebut Peserta Reuni Akbar 212 Kalah dengan Jumlah Tari Poco-poco pada 5 Agustus 2018
Baca: Bocah Disabilitas Merangkak 3 Kilometer agar Bertemu Jokowi, Ini Permintaannya
Seperti dikutip sejumlah laporan, Ketua Umum Persaudaraan Alumni 212 Slamet Maarif mengklaim bahwa jumlah peserta Reuni Akbar 212 ini bisa mencapai delapan juta orang, yang menurutnya lebih banyak dibandingkan aksi dua tahun sebelumnya.
Sementara itu juru bicara kepolisian, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono kepada AFP, mengatakan jumlah peserta aksi Reuni Akbar 212 adalah 100.000 saja.
Sekitar 23.000 aparat diterjunkan untuk mengamankan acara tersebut.
Walau tak menyebut angka pasti, Gubernur Jakarta Anies Baswedan, dalam laporan media, mengklaim bahwa yang datang jumlahnya lebih banyak dibanding pengunjung acara tahun baru 2018.

Sejumlah pengguna media sosial menggunakan acara pemecahan rekor tari poco-poco massal Agustus lalu sebagai acuan.
Acara yang dilangsungkan dalam rangka menyambut Asian Games 2018 itu juga digelar di kawasan Monas dan menurut catatan rekor diikuti oleh 65.000 orang.
Baca: Begini Jawaban Mahfud MD saat Ditanya Kenapa Tak Datang Reuni Akbar 212
Baca: Viral Video dan Foto Pernikahan Mewah Pria 84 Tahun dengan Perempuan Cantik di Semarang
"Tapi kan poco-poco barisannya rengang? Ok kita kalikan 10 pun masih 650 ribu," kata satu pengguna Twitter.
Lainnya berkomentar satir saja. "Dengan jumlah peserta yang sudah mencapai hampir sebanyak penduduk Jakarta, saya berharap 212 tahun depan dijadikan hari libur."
Di sisi lain, sejumlah pemberitaan media massa terseret perdebatan.
Sementara media asing, seperti The Straits Times, Reuters, dan South China Morning Post, misalnya tidak menyebut angka dalam pelaporannya, namun hanya menyebut aksi ini dihadiri puluhan ribu orang.

Dua tahun lalu, 2 Desember 2016, perbincangan tentang jumlah orang yang hadir dalam aksi 212 di Monas menghangat di media sosial, menimbulkan pertanyaan: mengapa begitu penting dibicarakan dan dibanding-bandingkan?
Wartawan Metro TV kembali diintimidasi. Setelah sebelumnya diusir dalam unjuk rasa 4 November, kali ini mereka diperolok oleh sejumlah orang di aksi 'Bela Islam jilid 3'.
Baca: Begini Tanggapan Mahfud MD Soal Reuni 212
Salah satunya adalah reporter Rifai Pamone yang ketika menyampaikan laporan langsungnya diintimidasi oleh teriakan 'Metro Tipu' berulang-ulang. Insiden yang terekam dalan video ini langsung beredar viral di media sosial. Banyak orang menuduh wartawan ini melakukan kebohongan publik terkait jumlah peserta aksi yang hadir 2 Desember itu.
Dalam tayangan yang diulang oleh Metro TV, Rifai menyebut jumlah massa di kawasan Patung Kuda saja (bukan jumlah keseluruhan) sekitar 50.000 orang - angka yang dia sebut diperoleh 'berdasarkan wawancara para koordinator aksi di mobil taktis'.
Baca: Tanggapan Pemuda Muhammadiyah Terkait Reuni Akbar 212
Baca: Sidang Penggelapan Mobil Terdakwa Rina, Saksi Sebut Mobil Dijual di Daerah Sulawesi
"Dan angka tersebut bisa dipastikan terus bertambah, bahkan jutaan umat Muslim akan berkumpul..." katanya kemudian.
Namun banyak orang naik pitam di media sosial atas pemberitaan ini karena menganggap bahwa klaim angka 50.000 itu adalah jumlah keseluruhan.
"Dasar media kafir," kata satu pengguna di Facebook.
"Segitu banyak masa dibilang cuma 50.000 peserta, situ sehat?" kata yang lain.
Baca: Deretan Fakta Aksi Reuni Akbar 212 di Monas, Jumlah Peserta hingga Tanggapan Mahfud MD
Jumlah peserta aksi menjadi isu sensitif yang dalam beberapa hari terakhir bisa memicu orang di media sosial mengumpat dan bersikap nyinyir. Berbagai pandangan yang berbeda diulas dalam blog, unggahan Facebook, hingga media massa dengan angka yang berbeda-beda -dan bahkan terlampau jauh perbedaannya.
Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF-MUI) yang menjadi penyelenggara aksi mengklaim bahwa aksi itu diikuti oleh 7,5 juta orang.
Tidak diperoleh lebih jauh bagaimana mereka mencapai kesimpulan tersebut.
Sementara sejumlah analisa, menyebut jumlahnya ada di kisaran 500.000 orang.
Tujuh juta dan 500.000? Perbedaan yang jauh bukan?

Hitungan matematika dan metode bagaimana dia mendapat angka itu dijelaskan rinci dalam blognya/MUHAMMAD FIRMAN KASIM.
Salah satu ulasan yang banyak dibahas adalah sebuah blog yang dibuat oleh mahasiswa doktoral asal Indonesia yang bersekolah di Universitas Oxford, Inggris, Muhammad Firmansyah Kasim.
Dengan perhitungan matematis, mahasiswa bidang fisika ini menghitung luasan jalan dari kawasan Tugu Tani, Monas, hingga Jalan Thamrin dan memprediksi berapa orang yang bisa muat dalam luasan itu.
"Dengan skala yang sama dengan sebelumnya, tiga orang per meter persegi, estimasinya adalah sekitar 757.840 orang dalam aksi tersebut. Jika kita menggunakan hitungan dua orang per meter persegi seperti sebelumnya, ada sekitar 505.227 orang," katanya.
Namun estimasi dua orang per meter persegi dinilai tidak terlalu pas karena salat membutuhkan tempat yang lebih luas.
Setidaknya itu yang dikritik oleh Poltak Hotradero melalui akun Twitternya @hotradero.
"Kalau ada yang bilang permukaan 1x1 meter bisa cukup buat berdua, saya mau lihat kayak apa sirkusnya," katanya.

Ubin ukuran satu meter persegi yang dicuitkan Poltak untuk menggambarkan sempitnya ukuran itu untuk dua orang/TWITTER.
"Maka ruang per orang yang mencukupi di bidang datar sempurna adalah sekitar 1x1 meter. Boleh kurang dikit," katanya.
Dalam kicauanannya, Poltak juga mengkritik angka tujuh juta yang dinilai tak masuk akal.
"Bukan matematikanya yang penting, tapi alur berpikirnya. Penerapannya bisa apa saja. Berguna agar nggak gampang ditipu orang," cuitnya.
Sebuah unggahan dari Wan Wan Nur di Facebook lantas mengilustrasikan seberapa banyaknya tujuh juta orang itu.
"Jumlah penduduk pulau Bali, cuma separuh dari 7 juta. Jumlah penduduk seluruh Aceh adalah 4.400.000 jiwa," katanya.
"Tujuh juta orang kalau diangkut dengan bis yang kapasitasnya 40 orang per bis. Itu membutuhkan 175.000 bis. Kalau satu bis panjangnya 12 meter, maka dibutuhkan jarak 2.100 km untuk bisa menyusun bis-bis itu satu persatu, secara dempet tanpa menyisakan celah sedikitpun," katanya.

Salah satu kicauan Poltak tentang klaim 7 juta yang dianggap tak masuk akal/TWITTER.
Data BPS tahun 2010, dan jika dibandingkan, jumlah 7,5 juta kurang lebih setara dengan penduduk Sumatera Selatan (7.450.394 orang) atau Lampung (7.608.405 orang). Angka 7,5 juta itu bahkan juga lebih banyak dari jumlah penduduk di provinsi:
- Sumatera Barat: 4.846.909
- Riau: 5.538.367
- Kalimantan Barat: 4.395.983
- Papua: 2.833.381
Ada banyak analisa lain yang memperkirakan jumlah massa yang hadir.
Satu akun bernama Sigit Riyanto di Facebook memperkirakan yang datang bisa sekitar tiga juta orang.
Lainnya berpendapat jumlahnya lebih dari 700.000 - dengan berpegang pada ucapan polisi yang menyebut bahwa Monas bisa menampung sekitar 700.000 orang.
Walau ada perdebatan bahwa jumlah itu adalah seluruh Monas (termasuk lapangan rumput) sedangkan dalam aksi kemarin lapangan rumput tidak digunakan.
Komentar Mantan Penasihat Hukum Rizieq Shihab
Politisi PDIP Kapitra Ampera yang juga mantan penasihat hukum Rizieq Shihab memposting sebuah foto berisi tulisan di akun Twitternya, @kapitraampera.
Postingan itu berisi tanggapannya soal aksi Reuni 212 yang dilangsungkan di Monas, Minggu (2/12/2018) kemarin.
Pada postingannya itu, Kapitra Ampera menyoroti soal jumlah massa yang datang pada Reuni 212tersebut.
Menurut Kapitra Ampera, jumlah massa dalam Reuni 212 itu tidak sebanyak 8 juta orang seperti yang disampaikan oleh panitia.
Sebab, kata dia, jumlah warga Jakarta saja ada 9 juta orang, jadi tidak mungkin jika massa reuni 212 sebanyak 8 juta orang.
Dikutip dari Wartakota, Ketua Panitia Reuni Akbar Mujahid 212, Ustadz Bernard Abdul Jabbar menyatakan pihaknya memperkirakan ada sekitar 8-10 juta orang yang berpartisipasi.
"Kalau dulu sekitaran tujuh juta, tapi sekarang menurut informasi dari media yang menggunakan drone, itu hampir sekitar 8-10 juta yang hadir," ujar Bernard.
Di samping itu, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono menyebut, massa yang datang menghadiri saat aksi Reuni Akbar 212 siang tadi, tak mencapai jutaan. Hal ini berdasarkan data yang diperoleh oleh pihak kepolisian di Monas.
"(Massa yang datang) 100 ribu," kata Argo saat dikonfirmasi, Minggu (2/12/2018).
Saat ditanya dari mana saja massa itu berasal, Argo enggan menjawab.

"Suasana kondusif. Semua kegiatan hari ini berjalan dengan baik dan lancar, terima kasih kepada masyarakat yang ikut serta membantu jalannya kegiatan hari ini," sebutnya.
Pernyataan Kapitra Ampera soal jumlah massa 212 itu ia posting di akun Twitternya, dan mendapat tanggapan dari kubu Prabowo-Sandiaga.
Ini tulisan yang ia posting :
"Waduh
Penduduk Jakarta itu cuma 9 orang, kalau yang ikut aksi 8 juta orang,
Dibutuhkan 800 hektare tanah untuk posisi berdiri/duduk peserta aksi,
Hampir seluruh Jakarta ditempati oleh peserta aksi...!
Rasionalkan?," tulisnya.
Rupanya postingan itu ditanggapi oleh Ferdinand Hutahaean.
Di akun Twitternya juga, Ferdinand Hutahaean membalas postingan Kapitra Ampera tersebut.
Ia pun tampak mengoreksi pernyataan Kapitra Ampera.
"Bung Kapitra, 1 Mtr persegi itu bila dalam posisi berdiri, mk akan menampung 8-10 orang.
Jadi untuk 8 juta orang dibutuhkan sekitar 100 Ha. Bkn 800 ha," tulisnya.
TAUTAN AWAL: http://medan.tribunnews.com/2018/12/04/fakta-lain-reuni-212-jumlah-peserta-perhitungan-matematis-kawasan-monas-penduduk-menuai-debat?page=all