Tajuk Tamu
Tajuk Tamu - Sentuhan Iptek Dalam Peternakan Babi
Dr Mien Th R Lapian, Fakultas Peternakan Unsrat memberikan analisa terkait pengamatan sentuhan iptek dalam peternakan babi
Sentuhan Iptek Dalam Peternakan Babi
Oleh: Dr Mien Th.R. Lapian, Fakultas Peternakan Unsrat
Saat kita makan, selain nasi (sebagai sumber karbohidrat), perlu ada daging (sebagai sumber protein), dan tentu juga lemak (dalam jumlah sedikit), zat-zat gizi lainnya seperti mineral-mineral, serta air.
Daging, dengan demikian, menjadi salah satu makan utama manusia, yang bisa disuplai dari sumber hewani maupun nabati.
Dari berbagai kelebihan dan kekurangannya, protein hewani (daging) memberikan kontribusi besar bagi kebutuhan gizi manusia.
Konsumsi pangan asal hewani cenderung meningkat sejalan dengan membaiknya keadaan ekonomi masyarakat suatu daerah.
Oleh sebab itu, ketersediaannya menjadi salah satu titik kritis yang menjadi perhatian semua pihak.
Salah satu strategi untuk pemenuhan itu adalah meningkatkan produksi hasil ternak.
Strategi ini diharapkan dapat meningkatkan suplai protein hewani bagi masyarakat sekaligus juga berkontribusi positif terhadap pendapatan masyarakat. Peningkatan produksi ternak dapat dicapai melalui penerapan manajemen berbiaya rendah dengan penggunaan teknologi yang mampu mempertinggi daya saing.
Ternak babi adalah ternak favorit di Sulawesi Utara, khususnya di Kabupaten Minahasa. Babi merupakan salah satu ternak penghasil daging yang cukup produktif dan memiliki berbagai keuntungan dibandingkan dengan ternak lain.
Keuntungan dari peternakan babi karena sifat ternak ini yang memiliki pertumbuhan yang cepat, beranak banyak (6-12 ekor), dan dapat melahirkan dua kali dalam setahun.
Kondisi menguntungkan dari peternakan babi ini dapat dicapai dengan memperhatikan semua faktor yang mempengaruhi kesuksesan upaya peternakan babi.
Berdasarkan pada pemikiran-pemikiran di atas, maka tulisan ini akan mencoba menganalisis upaya peternakan babi rakyat di Minahasa dengan mengambil sampel di Kelompok Tani/Ternak Masawang-sawangan dan Mahwali-wali di Tomohon.
Baca: (VIDEO) Ternyata Ayah Raline Shah Pernah Pergoki Baim Wong di Kamar Putrinya sebelum Menikah
Baca: Demi Anak, 5 Pasangan Selebriti Ini Tetap Akrab Meski Sudah Bercerai
Baca: (VIDEO) Fadli Zon Harap KSAD Baru Bisa Bawa TNI Lebih Kuat dan Maju
Baca: Seorang Pria Nekat Cicipi Cabai Terpanas di Dunia, Hal Mengerikan yang Terjadi pada Tubuhnya!
Dari pengamatan awal, produksi ternak babi dari mitra kerja Masawang-Sawangan dan Mawahli wali di Kota Tomohon belum menunjukkan perkembangan yang optimal dalam hubungannya dengan indikator jumlah anak yang dilahirkan, bobot lahir anak per induk dan bobot lahir anak per kelahiran.
Kondisi ini diperkirakan disebabkan antara lain oleh: 1) manajemen induk bunting sampai beranak masih kurang sehingga banyak anak babi yang mati baik masih dalam kandungan maupun ketika beranak, demikian juga kondisi kandang yang belum diperlengkapi rel pelindung untuk anak babi sehingga anak babi sering mati tertindih oleh induk, 2) pemberian ransum untuk induk laktasi tidak sesuai kuantitasnya sehingga produksi air susu tidak tercukupi, dan 3) komposisi ransum belum sesuai dengan kebutuhan induk kering, bunting dan laktasi.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa kelompok peternak ini belum terbiasa dengan teknologi untuk meningkatkan produktivitas ternaknya, baik berupa teknologi pakan maupun teknologi reproduksi.
Dalam upaya untuk memperbaiki permasalahan yang baru disebutkan di atas maka solusi yang ditawarkan paling tidak mencakup tiga hal penting yaitu manajeman pra kelahiran, saat kelahiran, dan pasca kelahiran. Tiga solusi ini sama pentingnya dan harus dilakukan secara teliti.
Manajemen pra kelahiran mencakup manajemen induk bunting sampai partus (kelahiran) dan manajemen pada akhir kebuntingan.
Manajemen induk bunting harus memperhatikan ketepatan waktu kawin dari babi dara (calon induk). Pengamatan saat estrus atau tanda-tanda birahi perlu dilakukan secara teliti supaya proses perkawinannya menjadi terjamin.
Perlu juga diperhatikan saat-saat partus yang diperkirakan terjadi 115 hari sesudah babi dikawinkan (dan berhasil dalam fertilisasi). Apabila babi dara positif bunting maka harus dipindahkan ke kandang yang terpisah dari induk kering atau babi dara lainnya.
Makanan harus diberikan dalam jumlah normal yaitu 2,5 kg/ekor/hari. Pada akhir kebuntingan, babi calon induk harus dipindahkan ke kandang khusus partus yang memiliki ruang yang cukup agar babi induk yang sebentar lagi melahirkan diberikan area untuk bergerak aktif.
Kebersihan dan sanitasi babi pada akhir kebuntingan harus selalu diperhatikan melalui dimandikan menggunakan sabun dan disinfektan.
Saat babi beranak (partus), manajemen yang dilakukan akan sangat berbeda dengan saat sebelum melahirkan. Perlu diingat bahwa karena babi mempunyai sifat kanibal maka ada kemungkinan induk babi memakan anaknya yang baru lahir.
Oleh sebab itu, tatalaksana pada saat partus adalah tahapan paling kritis pada usaha peternakan babi. Sangat penting untuk memberikan lingkungan yang tenang pada saat partus. Kandang harus dijaga dalam keadaan tetap bersih dan kering.
Manajemen pada saat pasca kelahiran juga harus diperhatikan. Tiga hari pertama setelah lahir merupakan saat-saat yang kritis untuk anak babi. Pada masa ini, anak babi sangat rentan terhadap kematian. Penyebab kematian anak babi pada masa kritis ini umumnya karena kelemahan dan kelaparan, tertindih atau terjepit induk, penyakit yang timbul, dan berbagai sebab lainnya.
Setelah 3 hari, anak babi dapat diberikan ransum induk dan untuk air susu anak sesuai dengan jumlah anak.
Hal-hal lain yang perlu dilakukan setelah ternak babi lahir adalah kebersihan anak babi, pemotongan tali pusar, gigi, dan ekor, pemberian kolostrum, penyuntikan zat besi, pemberian tanda, dan pemanas.
Selain itu, pada saat anak babi telah berumur dua minggu, kastrasi dapat dilakukan untuk mencegah anak babi jantan saat dewasa melakukan aktivitas seksual.
Penyapihan anak babi juga menjadi salah satu faktor penting dalam keberhasilan usaha peternakan babi.
Untuk dapat melahirkan 5 kali dalam 2 tahun, maka penyapihan dapat dilakukan pada minggu ke 5 – 8. Sebelum dipindahkan ke kandang penyapihan sebaiknya babi diberi obat cacing. Anak babi setelah disapih dikumpulkan bersama dalam suatu pool dalam jumlah besar (25-50 ekor).
Anak babi ini diberi makan dalam self feeder dengan air yang cukup, dan lantai kandang dilapisi dengan jerami yang cukup tebal. Segera setelah mencapai berat 50 kg babi-babi muda dipindahkan ke kandang penggemukan.
Selain manajemen pra kelahiran, kelahiran, dan pasca kelahiran, dalam upaya peternakan babi, terdapat juga tatalaksana saat pemeliharaan calon bibit. Pemeliharaan calon bibit terdari dari pemeliharaan calon pejantan dan calon induk.
Pemeliharaan Calon Pejantan meliputi vaksinasi terhadap erysipelas dan leptospirosis serta menunjukkan negative brucellosis. Pejantan muda (8-12 bulan) diberi makan 2,5 – 3 kg/hari ransum seimbang dengan 14% protein kasar, dikawinkan 1 kali/hari. Pejantan dewasa (lebih dari 1 tahun) diberi makan 2 – 2,5 kg/hari, dikawinkan 2 kali/hari (10 – 12 kali/minggu).
Pemeliharaan Calon Induk meliputi pemilihan babi dara saat mencapai pubertas pada umur 5 bulan atau sebelumnya. Babi dara kemudian dicampur dengan pejantan untuk mempercepat pubertas.
Suhu kandang harus diperhatikan dan tidak boleh panas (di atas 30 0C) karena akan menekan estrus (birahi), menekan laju ovulasi, dan apabila terjadi fertilisasi akan meningkatkan kematian embrio.
Selanjutnya adalah penerapan sistem perkawinan yang tepat. Sistem perkawinan dapat dilakukan secara alami dan atau buatan (Artficial Insemination). Pejantan muda umur 8-12 bulan dapat digunakan 1 kali/hari, pejantan dewasa (lebih dari 1 tahun) dikawinkan 2 kali/hari (10–12 kali/minggu).
Sampai umur 4 tahun, yaitu umur aktif, dapat melayani 2 kali/hari. Pemakaian yang berlebihan sangat tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan berkurangnya konsentrasi sperma dan bahkan dapat menghasilkan konsentrasi sperma yang belum matang. Ransum yang diberikan 2,5 – 3 kg/hari dengan 14% protein kasar,
Keberhasilan peternakan babi tentu tidak sekadar penerapan teknologi dan manajemen yang tepat tapi menyangkut juga semua aspek yang saling berkaitan satu dengan lainnya.
Sebagai contoh, diperlukan juga peran pemerintah dalam kebijakan peternakan, masalah lingkungan di sekitar peternakan, pemilihan bibit, pemasaran, dan berbagai faktor lainnya. Walaupun demikian, upaya peternakan dengan sentuhan teknologi dan menajeman, paling tidak, akan memberikan jaminan kesuksesan bagi peternak.
Selamat beternak yang benar dan sehat.