Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

10 Bahaya bagi Kesehatan di Balik Rasa Kesepian

Ada banyak hal dalam kehidupan yang bisa memengaruhi kesehatan fisik dan mental. Salah satu yang berpengaruh adalah pola makan atau pola tidur.

Editor: Fernando_Lumowa
Ilustrasi 

Menurut studi tersebut, mereka yang berat badannya naik seringkali karena menjadikan makanan sebagai pereda rasa kesepian.

8. Bisa menjadi pertanda Alzheimer

Sebuah studi yang dilakukan Donovan mempelajari 79 komunitas yang dijalankan orang-orang tua.

Dari studi tersebut ia menemukan, mereka yang memiliki level protein amyloid tinggi juga dilaporkan merasa kesepian, sama seperti perasaan terisolasi.

Banyak ilmuwan meyakini, akumulasi amyloid pada otak mendasari terjadinya alzheimer.

Teori ini memiliki hipotesa, komponen amyloid mengacaukan komunikasi antara sel otak dan bahkan merusak sel tersebut.

Amyloid juga menurunkan kognisi sebagaimana karakteristik penyakit alzheimer.

9. Rentan terkena flu dan pilek

Sebuah studi pada tahun 2017 menemukan, mereka yang kesepian cenderung lebih rentan terkena gejala flu dan pilek.

Studi tersebut mengekspos 159 orang dengan virus pilek umum. Mereka lalu dimasukkan ke karatina di hotel selama lima hari.

Tidak semua orang terserang penyakit. Namun, di antara mereka yang terserang, mereka yang merasa kesepian lebih rentan terkena virus tersebut 39 persen lebih tinggi.

Secara terpisah, studi lainnya yang dilakukan pada tahun 2017 oleh Cacioppo dan Cole menemukan, sistem imun orang-orang yang kesepian cenderung lebih fokus memerangi bakteri ketimbang virus.

Artinya, orang-orang yang kesepian cenderung lebih rentan terserang infeksi.

10. Memicu perilaku tidak sehat

Hold-Lunstad mengatakan, memiliki hubungan positif akan memotivasi seseorang untuk menjalani pola hidup sehat.

Seperti pola makan yang baik, tidur cukup, olahraga, dan pergi ke dokter ketika dibutuhkan.

Sebuah studi di tahun 2010 melihat, hubungan bisa memberi dampak positif maupun negatif terhadap perilaku seseorang.

Studi ini secara khusus melihat keterkaitan hubungan sosial dan perilaku kesehatan.

Studi tersebut mencontohkan, pernikahan membuat seseorang meminimalisasi perilaku berisiko. Seperti merokok, menggunakan obat-obatan, dan minum berlebih.

Hasil studi juga menunjukkan, mereka yang sudah menikah memiliki rasio kematian lebih rendah. Hal ini seringkali disebabkan oleh kebiasaan hidup sehat.

Mereka yang memiliki pasangan atau anak yang perilakunya baik dan menjauhi kekerasan dalam rumah tangga, -menurut studi tersebut, cenderung menjalankan perilaku hidup sehat.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved