Soal Lion Air yang Dianggap Selalu 'Delayed' Begini Jawaban Rusdi Kirana si Pendiri Lion Grup
Menanggapi hal tersebut, Rusdi Kirana, pendiri Lion Group, menjawab pertanyaan para wartawan, usai meluncurkan Lion Parcel di Jakarta pada 9 Agustus
Nah, kita kan ada investasi. Mereka boleh pergi dan berhenti, “pembajaknya” harus bayar dong. Harusnya kan, maaf, hargai kita dong! Kita rekrut mereka. Kita pinjamkan uang ke bank. Kita ambil risiko. Kalau mereka nggak lulus, kita tanggung jawab.
Apa relevan kalau kompensasinya sampai 7 miliar rupiah?
Saya nggak tahu angkanya ya. Kalau Anda nggak suka dengan itu, ya jangan tanda tangan. Anda dikontrak 15 tahun itu adalah program pelatihan. Namun selama Anda kerja, gaji Anda naik sesuai dengan kebijakan perusahaan.
Jadi, tidak ada kontrak kerja?
Tidak ada. Itu kontrak pendidikan. Mereka boleh berhenti asal nanti uang pendidikan dikembalikan kepada kita. Saya nggak tahu angkanya karena nggak mengikuti secara detail. Maksud saya, kita harus menghargai.
Kita lulus SMA, maaf, Anda cari pekerjaan sudah dilatih dengan biaya begitu besar. Setelah Anda jadi pilot, mengeluh. Nggak boleh dong!

Itu sanksi kalau pilot melanggar?
Begini lho. Yang namanya airlines atau transportasi itu tidak ada hukumannya. Ada hukumannya kalau mabuk atau melakukan tindak kriminal. Jadi, permasalahannya itu diperbaiki supaya lebih baik nantinya. Itu yang kita harus cari.
Kalau semua hukuman-hukuman, sopir salah ditutup usahanya. Pilot yang sabotase, kita yang kena. Siapa yang mau investasi di negara ini?
Bagaimana dengan aturan ketenagakerjaan?
Ya, kalau undang-undanganya begitu, kita harus siap. Kita bilang sama calon pilot, kamu yang bayar. Kami nggak mau bayar uang latihan. Iya dong? Kenapa 15 tahun? Mereka kan bukan digaji 10 “perak”, besok 10 “perak”.
Kita naikkan sesuai dengan kondisi. Kita hanya ingin menjaga investasi kita. Jika ada perusahaan lain yang mau ambil, boleh. Kita tak bisa cegah, tapi harus bayar. Itu tujuannya.