Soal Lion Air yang Dianggap Selalu 'Delayed' Begini Jawaban Rusdi Kirana si Pendiri Lion Grup
Menanggapi hal tersebut, Rusdi Kirana, pendiri Lion Group, menjawab pertanyaan para wartawan, usai meluncurkan Lion Parcel di Jakarta pada 9 Agustus
Apa karena penerbangannya murah?
Penerbangan murah dengan safety tidak ada hubungannya. Semua sama. Yang membuat bisa murah itu dari kompensasi, pembelian pesawat, spare part kita untuk bengkel sendiri. Intinya, kami berusaha yang terbaik.
Bagaimana dengan kasus pilot?
Pilot itu kita punya ribuan. Saya tidak mengatakan kami yang benar atau mereka yang benar. Biarlah pengadilan yang menentukan. Yang pasti adalah kalau kita ada sesuatu hal yang salah paham, harus diselesaikan bukan dengan cara sabotase.
Sabotase seperti apa?
Pilot melakukan penerbangan terakhir, sampai Medan, Bali, Surabaya. Pagi-pagi mereka nggak mau terbang. Itu sabotase namanya. Mau mogok boleh, undang-undangnya membolehkan, tapi ada pemberitahuan dong.
Kami mau mogok sebulan lagi, seminggu lagi. Jadi, kita bisa tutup pembukuannya. Jangan sabotase.

Mereka sampai dilaporkan ke Bareskrim Polri?
Iya dong. Sekarang bukan Lion Air, tapi masyarakat. Kami tidak memasalahkan mereka kalau ingin berhenti atau tidak suka. Kami memasalahkan, kenapa terbang last flight, terus besok pagi nggak mau terbang.
Ribuan penumpang ribut, sementara mereka (pilot-pilot itu) merokok-rokok dan tertawa-tawa. Sampai orang bandara minta izin untuk memarahi pilot-pilot itu.
Katanya para pilot itu dipekerjakan sampai 22 jam sehari?
Ada nggak orang kerja 22 jam? Kalau mereka bilang kita tidak benar, kenapa mereka bisa kerja lima-delapan tahun? Kalau nggak benar, satu hari juga berhenti. Maaf, perbudakan saja nggak sampai 16 jam.
Sampai kapan pun kita nggak mau berdebat karena nggak bakal selesai. Tentang ketidakpahaman, coba diselesaikan di dalam. Jangan sabotase. Sabotase itu yang dirugikan penumpang. Penumpang terlantar. Itu kan namanya memaksakan kehendak. Nggak boleh itu.
Mengenai kontrak pilot baru sampai 15 tahun, bahkan lebih?
Itu kontrak pelatihan. Dari lulus SMA mereka kita training sampai menjadi pilot; sampai bisa terbang dengan gaji puluhan juta (rupiah). Terus kita latih sampai bar empat (captain).