Pizza Hut Tambah Gerai di Luar Jawa: Lelang Sukuk Tembus Rp 5,22 T
PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) terus memacu ekspansi usahanya. Secara total, pengelola gerai Pizza Hut ini akan menambah sekitar 60 gerai
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Penyerapan capex
Agus menjelaskan, sekitar Rp 1,5 triliun dari dana capex itu digunakan untuk sektor infrastruktur. Kemudian Rp 600 miliar dipakai untuk investasi di proyek kerjasama dengan afiliasi seperti proyek Colomadu dan lain-lain.
Adapun tiga anak usaha yakni PP Properti, PP Urban dan PP Presisi telah menyerap capex Rp 2 triliun.
Penyerapan capex PTPP memang masih agak lambat. Berdasarkan catatan KONTAN, perusahaan ini sebelumnya telah menganggarkan belanja modal Rp 15 triliun untuk ekspansi pada tahun ini.
"Serapan capex itu tergantung perkembangan. Jika situasinya di luar perkiraan, maka tidak relevan untuk menyerap capex," ujar Agus.
Misalnya saja, saat dollar Amerika Serikat (AS) terus menguat terhadap rupiah, maka ada beberapa rencana investasi yang belum bisa direalisasikan. Jika dipaksakan akan menelan banyak biaya.
Di kuartal IV 2018, PTPP masih terus berupaya merealisasikan sejumlah rencana investasi yang telah disusun. Dengan begitu, penyerapan capex pada tahun ini akan lebih maksimal.
Lelang Sukuk Serap Rp 5,22 Triliun
Lelang surat berharga syariah negara (SBSN) atawa sukuk negara, yang berlangsung Selasa (16/10), sukses besar. Dalam hajatan ini, pemerintah meraup dana segar hingga Rp 5,22 triliun.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, total penawaran yang masuk mencapai Rp 13,89 triliun untuk enam seri yang ditawarkan.
Ekonom Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana mengatakan, data neraca dagang Indonesia di September yang surplus US$ 227,1 juta, diikuti oleh stabilnya pergerakan rupiah, membuat investor antusias untuk masuk ke pasar obligasi melalui lelang. "Sentimen ini membuat profil risiko Indonesia di mata investor sudah membaik," kata dia, kemarin.
Katalis tersebut memang menguntungkan pasar obligasi Indonesia. Apalagi, yield surat utang negara (SUN) sudah tergolong tinggi, atau berada di level 8,8% untuk seri acuan 10 tahun.
Angka ini lebih tinggi ketimbang yield surat utang di negara-negara yang peringkat utangnya serupa dengan Indonesia. "Yield obligasi tenor 10 tahun India dan Filipina masing-masing berada di level 7,9% dan 8,1% per Selasa (16/10)," ungkap Fikri.
Namun, karena volatilitas pasar obligasi Indonesia masih cukup tinggi, para investor masih menghindari risiko jangka panjang di Indonesia. Alhasil, seri-seri bertenor pendek masih menjadi primadona saat lelang tadi.
Sebut saja, seri SPNS03042019 yang memperoleh penawaran masuk tertinggi dalam lelang ini, mencapai Rp 4,79 triliun. (Dimas Andi Shadewo/Andy Dwijayanto/Dina Mirayanti Hutauruk
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/manado/foto/bank/originals/pizza_20171102_125227.jpg)