Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kemoterapi, Dulu Senjata Perang Dunia I

Siapa sangka pengobatan ini tidak ditemukan di rumah sakit atau laboratorium. Ya, kemoterapi justru ditemukan dalam sisa-sisa perang.

Editor:
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi 

TRIBUNMANADO.CO.ID -  Ketika berbicara kanker, kita juga membahas pengobatan. Salah satu pengobatan yang paling terkenal melawan kanker adalah kemoterapi.

Namun, siapa sangka pengobatan ini tidak ditemukan di rumah sakit atau laboratorium.

Ya, kemoterapi justru ditemukan dalam sisa-sisa perang.

Tepatnya pada Perang Dunia I, para ahli kimia perang menyadari bahwa mayat para personel angkatan laut yang terpapar gas mustard selama aktivitas militer memiliki perubahan beracun dalam sel sumsum tulang yang berkembang menjadi sel darah.

Pada perang besar itu, gas ini digunakan dalam bom mustar nitrogen yang setara dengan 100 ton racun. Bom tersebut disimpan diam-diam dalam sebuah kapal AS yang berlabuh di pangkalan milik Italia.

Saat kapal ini diledakkan, muatan rahasia itu ikut meledak. Hasilnya, terjadi banyak kematian dan penderitaan.

Ketika para ahli kimia melakukan analisis post-mortem, mereka menemukan orang yang mati akibat paparan racun tersebut memiliki sel getah bening dan sumsum tulang sedikit.

Padahal, sel-sel tersebut biasanya berkembang biak sangat cepat.

Pada masa tersebut, kanker masih sebuah teka-teki besar.

Tapi satu hal yang mereka ketahui, sel kanker memiliki sifat seperti sel getah bening dan sel sumsum tulang yaitu berkembang biak dengan sangat cepat.

Dari temuan tersebut, para ilmuwan mulai berpikir: apakah gas mustar nitrogen dosis rendah mungkin bisa mengobati kanker.

Pemikiran tersebut melahirkan kemoterapi yang kita kenal saat ini.

1940, perawatan awal menggunakan cara ini adalah seorang pengidap kanker limfoma.

Saat itu pasien diobati dengan siklofosfamid, bagian aktif dari mustar nitrogen.

Hasilnya, tumor pasien tersebut menyusut. Ini menjadi kabar gembira dalam dunia kedokteran.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved