Mor Bastian Mau jadi Kepala Sekolah Sungai
Mor Bastian wakil walikota Manado, mau menjadi kepsek sungai dan meminta instansi terkait untuk membuat konsep mengenai pembersihan sungai
Penulis: Christian_Wayongkere | Editor:
Laporan Wartawan Tribun Manado Christian Wayongkere
Manado, Tribunmanado.co.id - Sekolah Kuala Kota Manado mencacat ibu kota Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) memiliki empat daerah aliran sungai (DAS) bervolume besar.
Kata Denny Taroreh pentolan sekolah kuala Kota Manado, keberadaan empat DAS itu adalah Tikala, Tondano, Malalayang dan Bahu rawan kecemaran yang disebabkan karena sampah.
"Jadi sekolah kuala sudah sempat digaungkan oleh beberapa komunitas yang konsen dengan keberadaan sungai atau kuala tetap bersih, terjaga dan menjadi satu diantara tempat beraktivitas masyarakat," kata Denny saat melakukan pemaparan dengan Mor Bastian wakil walikota Manado dan Kadis Kominfo Erwin Kontu di ruang kerjanya, Senin (8/10/2018).
Untuk itulah dalam audiensi sekolah kuala Kota Manado, sekolah sungai Kota Bitung bersama Mor Bastian wakil walikota Bitung diharapkan, akan muncul banyak lagi komunitas dan pihak-pihak yang care terhadap keberadaan sungai di Kota Manado.
"Kami menggandeng pemerintah sebagai pimpinan tertinggi di kota Manado, agar mua konsen dan bersama masyarakat serta jajaran peduli dengan pencemaran sampah di sungai atau kuala," tandasnya.
Ferdy Pangalila alias Epang pentolan sekolah sungai di Kota Bitung mempresentasikan kehadiran wadah ini, sudah mengurangi kecemaran sampah terhadap keberadaan sejumlah sungai di Kota Bitung.
"Kami ingin apa yang sudah dibuat dan dilakukan di kota Bitung lewat sekolah sungai bisa berimbas ke Manado. Untuk itu kami mendaulat pak wakil walikota menjadi kepala sekolah kuala di Kota Manado, bersama menggelorakan kebersihan sungai serta keberlangsungannya," kata Epang.
Tanpa pikir panjang, setelah mendengar penjelasan dan penyampian mengenai keberadaan sekolah sungai atau kuala Mor Bastian wakil walikota Manado mau untuk menjadi kepala sekolah.
Epang kembali menjelaskan, sekolah sungai atau kuala bukan seperti sekolah formal melainkan informal, dihuni orang-orang, kelompok dan komunitas yang peduli dan care dengan lingkung.
Melalui ini keberadaan sekolah sungai dan kuala mau menjangkitkan untuk melindungi sungai.
"Di kota Bitung lewat aksi bersih-bersih sungai yang rutin digelar setiap sekali dalam sepekan dan sosialisasi terhadap anak-anak sekolah di tepi sungai atau bawah pohon rindang, tingkat kecemaran karena sampah di sungai Bitung berangsur berkuranga," kata dia.
Sekolah sungai ini hadir guna bentuk komunitas sungai dengan skala ekstrakurikuler, mulai dari tingkat lingkungan di kelurahan, bukan didalam kelas hanya di tepi sungai bawah pohon rindang bicara restorasi dan lindungi sungai.
Lanjut Epang sebaga Kepala sekolah sungai bertujuan agar rekan pemerintahan lain yang akan menjadi wakil kepala sekolah, bersama menggerakkan masyarakat di bawah dan kepala lingkungan di kelurahan untuk konsen dengan sungai.
"Sama torang malendong membersihkan kuala dari kecemaran sampah," tandasnya.