Kisah Ibu Sekaligus Pelindung Napoleon Bonaparte
Namanya jarang disebut orang, padahal dialah perempuan yang melahirkan Kaisar Prancis Napoleon Bonaparte (1769 - 1821).
Soal ini, Napoleon pernah berkomentar, "Dalam keadaan susah, serbakekurangan, lelah, ibu selalu tabah. la tegar menanggung semua beban, mengatasi semua masalah. la memiliki kepala laki-laki pada tubuh seorang wanita."
Sekembali ke kota, Charles diangkat jadi staf Pengadilan Kerajaan di Ajaccio. Cuma, ia merasa gajinya tidak memadai.
Ia menuntut Kerajaan menanggung biaya pendidikan anak-anaknya, terutama Joseph dan Napoleon, agar bisa mengenyam pendidikan di sekolah golongan ningrat. Berhasil! Dua anaknya itu akhirnya diizinkan masuk College d'Autun.
Baca: Kisah Holodomor, Peristiwa yang Menewaskan Jutaan Orang Karena Kelaparan dan Pembunuhan
Sayangnya, setelah itu musibah besar mengadang. Pada 1785, Charles Bonaparte wafat. Sejak itu, sendirian, Letizia harus berperan sebagai orangtua tunggal atas delapan anak yang masih butuh nafkah dan perlindungan: Joseph, Napoleon, Elisa, Pauline, Caroline, Lucien, Louis, dan Jerome.
Ia sekaligus kepala klan Bonaparte, semua keputusan ditetapkan oleh sang ibu atau atas nasihatnya.
Terilhami semangat Ibunda, Napoleon belajar luar biasa giat agar dapat menyelesaikan studi secepatnya. Pada September tahun yang sama, ia lulus ujian dan menjadi Letnan Dua di usia 16 tahun. Lalu ditempatkan di garnisun Valence, resimen La Fere.
Setelah itu, seperti bisa dibaca di berbagai buku sejarah, karier anak kedua Letizia itu terus melesat.
Menantu musuh nomor satu
Pasca jatuhnya Louis XVI, rumah keluarga Bonaparte di Korsika diporak-porandakan massa pro kemerdekaan, karena dianggap memihak Kerajaari Prancis. Letizia dengan tegar memimpin pengungsian anak-anaknya ke Prancis.
Di Toulon, Prancis, mereka ditempatkan di la Vaiette, hidup dari tunjangan pengungsi dan gaji Napoleon yang kecil. Beruntung mereka kemudian ditampung oleh keluarga Clary, seorang pedagang kaya di Marseille.
Kondisi ekonomi mereka perlahan-lahah membaik. Namun masalah lain mengadang Letizia, yakni percintaan putra-putrinya. Pauline tergila-gila kepada seorang teroris revolusioner, sedangkan Lucien mengawini seorang gadis buta huruf di Saint-Maximin.
Perkawinan Lucien ini sangat mengecewakan Napoleon. Lucien adalah adiknya yang paling pintar, dan Napoleon mempunyai rencana besar baginya. Ia ingih menikahkannya dengan putri keluarga kalangan atas, kaya, jika mungkin bangsawan.
Eeeh, setelah istri pertamanya meninggal pada 1794, Lucien malah kawin lagi dengan seorang janda, Alexandrine de Bleschamp. Perkawinan itu membuat hubungan Napoleon – Lucien kian panas, Letizia pun khawatir akan retaknya persaudaraan mereka.
Untunglah Joseph menyenangkan hati ibunya dengan menikahi anak gadis keluarga Clary: Julie Clary, pada 1 Agustus 1794. Mereka mendapatkan bekal perkawinan dari keluarga Clary ƒ150.000 atau sekitar 15 juta.
Bagaimana dengan Napoleon? Selaku ibu, Letizia mengikuti perkembangan karier putranya dengan hati berdebar. Ia selalu mengamati gerak-gerik mereka.
Dapat diduga, betapa hatinya kecewa dan marah ketika tiba-tiba, untuk keperluan kariernya, Napoleon menikah dengan Josephine de Beauharnais, janda Alexandre de Beauharnais dengan dua orang anak: Hortense dan Eugene de Beauharnais, pada 9 Maret 1796.