Gempa Sulawesi Tengah
Kisah 2 Atlet Paralayang Sulut Sebelum Tewas di Tsunami Palu, Gleen Bilang Lelah, Gelagat Petra Aneh
Gleen Mononutu (20) dan Petra Mandagi, atlet Paralayang asal Sulawesi Utara yang hilang saat tsunami Palu telah dipastikan meninggal dunia.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Aldi Ponge
“Gleen ditemukan di tangga. Kemungkinan ia sempat berusaha lari lewat tangga darurat (hotel),” kata dia.

Dikatakan perwakilan keluarga ini, Gleen diduga tak langsung tewas. Keluarga menduga ia wafat pada Sabtu.
Ungkap dia, Gleen diindentifikasi lewat tanda lahir di kaki.
“Kalau Petra (Mandagi) diidentifikasi lewat cincin,” kata dia.
Menurut Sela, jenazah Gleen akan dibawa pada Senin malam ini juga lewat jalur darat.
Tewasnya Gleen terasa sangat tragis bagi Timothy Mononutu. Pasalnya, ini kehilangan yang kedua bagi Timothy.
“Sebelumnya saya kehilangan kakak saya dan kini Gleen,” kata dia. Sebut Timothy, mereka tiga bersaudara.
“Kini tinggal saya sendiri,” beber dia.
Timothy mengatakan, hubungan ia dan adiknya sangat dekat kendati keduanya tinggal berjauhan.
“Ia kuliah di Jakarta,” kata dia.
Baca: Ramalan Zodiak 2 Oktober 2018: Virgo Emosional, Kesabaran Leo Diuji
Sang adik di mata Timothy adalah figur yang suka tantangan. Ia menekuni paralayang sejak enam tahun lalu.
“Ia diajak Pingkan Mandagi,” kata dia.
Timothy langsung menangis tersedu-sedu begitu mendapat kabar kematian adiknya Gleen lewat ponsel, Senin (1/10) malam di kediaman keluarga Mononutu di Kelurahan Winangun.
Dari pekarangan, Timothy berlari ke dalam rumah. Ia langsung memeluk ibunya Grace Sela. Grace nampak terpukul. Namun ia mencoba tetap tegar.
“Papa so (ayah) bilang apapun yang terjadi torang (kita) musti bawa Glen kemari, dan inilah yang terjadi, apa yang Tuhan buat baik adanya,” kata dia.
Usai menerima kabar buruk itu, keluarga pun berdoa. Doa dipimpin seseorang. Lagu “Tak Tersembunyi Kuasa Allah” berkumandang.