Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kerek Penjualan, Timah Properti Pasarkan Tipe Kecil

PT Timah Karya Persada Properti berupaya mendongkrak penjualan di tengah pelambatan pasar properti. Salah satu strateginya

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
tribunnews
Lokasi tambang Freeport 

Mengenai peluang pasar furnitur saat ini, menurut Helina, tahun politik yang dimulai pada 2018 menjadi perhatian para pengusaha mebel.

"Sebab belanjanya lebih ke belanja politik dan mungkin investor juga masih menunggu (wait dan see). Buat Chitose hal ini bisa merupakan tantangan dan peluang juga," kata Helina.
CINT juga menghadapi tantangan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Ameria Serikat.

Kondisi ini bakal berimbas pada kenaikan harga bahan baku. Meski tak mengimpor bahan baku, pabrikan CINT membeli beberapa material seperti chemical khusus dengan mata uang dollar AS.

Untuk itu, CINT menempuh dua cara, yakni berkoordinasi dengan vendor penyedia bahan baku dan menggenjot ekspor. "Kami mengefektifkan pembelian untuk yang benar-benar menjadi topline. Kami juga mendorong ekspor," urai Helina.

Namun manajemen tidak merinci berapa besar porsi pembelian material yang memakai dollar AS. Satu hal yang pasti, mengacu laporan keuangan semester I-2018, beban produksi CINT naik 23% year-on-year (yoy) menjadi Rp 124 miliar.

Mayoritas penjualan Chitose di paruh pertama tahun ini ke pasar domestik, yakni mencapai 94,9% dari total pendapatan bersih. Penjualan lokal naik 13% (yoy) menjadi Rp 151 miliar.

Sementara ekspornya tercatat hanya Rp 7,5 miliar, menurun 22% (yoy). Secara total, pendapatan CINT hingga akhir Juni tahun ini tumbuh 10,4% (yoy) menjadi Rp 159 miliar.

Namun laba bersihnya menurun 28% menjadi Rp 7,1 miliar di semester pertama tahun ini. Manajemen CINT tetap optimistis pendapatan pada tahun ini tumbuh 3,5% (yoy) menjadi Rp 387 miliar.

Harga Emas Masih Terus Menurun

Kenaikan suku bunga The Federal Reserve untuk ketiga kalinya sepanjang tahun ini kembali menekan harga emas global. Seiring dengan penguatan mata uang dollar Amerika Serikat (AS), harga si kuning berpotensi sulit kembali naik ke atas level US$ 1.200 per ons troi.

Jumat (28/9), harga emas kontrak pengiriman Desember 2018 di Commodity Exchange memang berhasil menguat 0,74% ke US$ 1.196,20 per ons troi. Namun, bila dihitung sepekan terakhir, posisi komoditas safe haven ini masih terdepresiasi 0,42%.

Analis Monex Investindo Futures Dini Nurhadi Yasyi mengatakan, harga emas cenderung bergerak dalam pola sideways. "Sebelum keputusan The Fed harga emas cukup stabil," ujar dia.

Selain gara-gara kenaikan suku bunga, dollar AS juga menguat karena didukung data ekonomi yang solid. Misal, pertumbuhan ekonomi negeri Paman Sam di kuartal II-2018 mencapai 4,2% secara year on year. Ini pertumbuhan ekonomi tertinggi AS sejak kuartal III-2014.

Tak heran, harga emas masih sulit menanjak ke atas US$ 1.200 per ons troi. Apalagi, "The Fed masih cukup hawkish dan masih berencana menaikkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali lagi," tambah Dini.

Potensi investasi

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved