Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Gempa Sulawesi Tengah

5 Fakta di Balik Penemuan Jenazah Atlet Paralayang Sulut Korban Gempa dan Tsunami Palu

Tim SAR berhasil menemukan 2 dari 7 atlet nasional paralayang Indonesia yang terjebak di reruntuhan Hotel Roa Roa, Palu.

Editor: Aldi Ponge
Internet
Petra Nathaniel Mandagi 

TRIBUNMANADO.OC.ID - Tim SAR berhasil menemukan  2 dari 7 atlet nasional paralayang Indonesia yang terjebak di reruntuhan Hotel Roa Roa, Palu.

Keduanya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, pada Senin (1/10/2018).

Saat ini, Tim SAR masih mencari keberadaan 5 atlet dan korban lainnya yang diduga masih tertimbun reruntuhan Hotel Roa Roa, Palu.

Baca: Gempa dan Tsunami Palu, Korban Meninggal Capai 925 Jiwa, 799 Luka-luka

Kompas.com merangkum kronologi fakta yang terungkap dalam peristiwa tersebut.

1. 30 atlet datang ke Palu untuk festival tahunan di Pantai Talise

 Petugas Basarnas melakukan pencarian korban gempa dan tsunami di Hotel Roa Roa, Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9).   Berdasarkan data BNPB jumlah korban akibat gempa dan tsunami per (30/9) pukul 13.00, sebanyak 832 orang meninggal dunia, 540 luka berat dan 16.732 pengungsi yang tersebar di 24 titik.

Sebelum gempa bermagnitudo 7,4 mengguncang Palu dan Donggala pada Jumat (28/9/2018), 30 atlet paralayang telah tiba di Palu.

Mereka akan mengikuti Festival Tahunan Pesona Palu, Lamoni di Pantai Talise yang digelar 27-30 September ini.

Setelah gempa terjadi, Kepala Pelatih Tim Nasional Paralayang saat Asian Games 2018 Gendon Subandono, mengetahui ada 7 atletnya yang terjebak di Hotel Roa Roa tempat mereka menginap.

"Kan saya sudah mendata semua yang ada di situ, yang belum ada kabar tinggal 7 orang itu," katanya melalui sambungan telepon kepada Kompas.com, Minggu (30/9/2018).

2. Para atlet segera dipulangkan

Atlet nasional Riza C Kambey (kanan) bersama juru foto Agus Suparto saat perhelatan Asian Games lalu. Riza diketahui berada dalam Hotel Roa Roa Palu yang ambruk akibat gempa dan tsunami.
 

Pada Sabtu malam (29/9/2018), sebagian atlet paralayang segera dipulangkan ke daerah asal masing-masing dengan menggunakan pesawat Hercules.

"Sebanyak 10 orang pulang ke Jakarta melalui Makassar. Sebagian atlet yang dari Jawa Timur dan Bali turun di Makassar dan melanjutkan pulang dengan pesawat lain," kata Tagor Siagian, Humas PB Federasi Aero Sport Indonesia (FASI), Sabtu (29/9/2018).

Baca: Gempa Besar di Palu, Benarkah Roy Kiyhosi Pernah Meramal Atas Terjadinya Tsunami di Sulawesi Tengah?

Para atlet tersebut dievakuasi bersama-sama dengan warga korban gempa dan tsunami.

"Landasan bandara Palu rusak sepanjang 500 meter, sehingga tak bisa digunakan Hercules besar," katanya.

"Sementara bersama kami, banyak juga warga sipil yang berusaha keluar dari Palu dengan menggunakan Hercules. Akhirnya, ya kami terang bersama banyak ibu-ibu yang membawa anak kecil," tambah Tagor.

3. Kisah Tagor, atlet paralayang yang selamat dari gempa
 

Warga dibantu petugas mencari korban gempa bumi Palu di Perumnas Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10/2018). Gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah mengakibatkan 832 orang meninggal.

Menurut Tagor, situasi saat gempa terjadi memang mencekam. Tagor harus merangkak di lorong hotel karena begitu kuatnya guncangan gempa.

"Saat itu saya sudah pindah dari hotel ke guest house. Gempa pertama dan kedua memang masih kecil, jadi kita abaikan. Yang ketiga pada sore hari, terjadi saat saya masih berada di kamar. Gempanya sangat besar, kami seperti diguncang-guncang, naik turun. Langsung saya merangkak keluar dan kembali ke kamar setelah gempa mereda untuk menyelamatkan laptop dan kamera."

Baca: Kisah 2 Atlet Paralayang Sulut Sebelum Tewas di Tsunami Palu, Gleen Bilang Lelah, Gelagat Petra Aneh

Setelah berhasil keluar hotel, Tagor bersama para atlet dan rombongan pengurus, pergi menggunakan mobil pengangkut parasut ke daerah yang lebih tinggi.

"Waktu itu belum tahu kalau ada tsunami, tetapi prinsipnya menjauhi wilayah pantai. Jadi semalaman kita tidur di udara terbuka," ungkapnya. 

4. Dua jenazah atlet ditemukan di bawah reruntuhan Hotel Roa Roa
 

Tim SAR menemukan salah satu korban meninggal dunia dari reruntuhan Hotel Roa Roa Palu akibat gempa, Minggu (30/9/2018).
 

Tim evakuasi Basarnas (Badan SAR Nasional) menemukan jenazah dua atlet paralayang Sulawesi Utara, Gleen Mononutu dan Petra Mandagi, yang tertimbun dalam reruntuhan Hotel Roa-Roa, pascagempa dan tsunami yang melanda Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10/2018).

"Siang tadi ditemukan dua jenazah di Hotel Roa-Roa yang dipastikan keduanya adalah Gleen Mononutu dan Petra Mandagi, atlet parlayang Sulut," kata Wahyu Yudha, Ketua Paralayang Indonesia, kepada Antara di Bogor.

Wahyu menjelaskan, evakuasi dua jenazah tersebut dilakukan sekitar pukul 16.36 WITA (waktu Indonesia tengah) oleh tim evakuasi Basarnas.

"Keluarga mengenali cincin yang bertuliskan nama Stevy, maka dipastikan kedua jenazah adalah atlet paralayang Sulut," kata Yudha.

5. Lima atlet belum diketahui nasibnya

Tim gabungan Basarnas mengevakuasi korban reruntuhan Hotel Roa Roa akibat gempa di Palu, Sulteng. (KOMPAS.COM/KIKI ANDI PATI)
 

Anggota Basaranas masih berjuang mencari keberdaan lima atlet paralayang yang diduga masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan Hotel Roa Roa.

Kelima atlet yang belum diketahui nasibnya adalah atlet asal Korea, Dong Jin, lalu empat lainnya merupakan atlet Indonesia yakni Reza Kambey, Ardi Kurniawan, Fahmi Malang dan Franky Kowas.

Seperti diketahui, tujuh atlet paralayang sedang berada di dalam hotel ketika gempa terjadi. Minimnya alat berat menjadi kendala evakuasi para korban di hotel tersebut.

TAUTAN AWAL: https://regional.kompas.com/read/2018/10/02/08173131/5-fakta-di-balik-penemuan-jenazah-atlet-paralayang-di-hotel-roa-roa

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved