Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kisah John Lie, Tentara Sekaligus Penyelundup Senjata yang Sering Kelabui Belanda

Jahja Daniel Dharma alias John Lie (1911-1988) merupakan salah seorang pejuang gigih dalam upaya mempertahankan kemerdekaan

Editor: Aldi Ponge
DOK. TRIBUNMANADO/CHRISTIAN WAYONGKERE
Istri John Lie, Margareitha Angkuw, foto beberapa waktu lalu 

Saat itu ia mengepalai satu divisikhusus yang bertugas mengawasi pelabuhan dan menyelenggarakan fungsi syahbandar.

Pada saat Belanda melancarkan Agresi Militer tahun 1947, John Lie tengah bertugas memandu kapal dagang milik Kerajaan Inggris Empire Temby yang akan berlayar menuju Singapura.

Baca: Pembunuh Caleg di Balikpapan Utara Ternyata Saudaranya, Korban Penuh Luka Bacok dan Tertimpa Motor

Kala itu John Lie telah menyandang pangkat Mayor ALRI.

Sepanjang perjalanan menuju Singapura, berulang kali Mayor John Lie berhasil menyelamatkan Empire Temby dari ancaman serangan udara pesawat-pesawat terbang Belanda hingga sampai ketempat tujuan.

Setibanya di Singapura, Mayor John Lie menghadap perwakilan RI di Singapura untuk menyatakan kesediaannya bergabung dengan armada penerobos blokade ALRI yang dikoordinasikan oleh KPOLN (Kementerian Pertahanan Oeroesan Luar Negeri), yang berbasis di Singapura.

Baca: Kisah Pierre Tendean Batal Menikah karena Dibunuh G30S PKI, Ini Sosoknya di Mata Kakak dan Adiknya

John Lie yang berkali-kali mengelabuhi Belanda

 

Mayor John Lie kemudian dipercaya untuk memimpin kapal jenis speed-boat bermotor lambung PP.5 LB yang lalu diberi nama The Outlaw.

John Lie sendiri sangat mahir mengelabuhi kapal-kapal Belanda yang berpatroli dengan beragam cara.

Kapal cepat ALRI yang dikomandani oleh John Lie tersebut, mengawali tugas pertamanya pada September 1947 ke Labuhan Bilik untuk membawa alat-alat perjuangan, antara lain 16 pucuk pistol otomatis sten gun.

Guna mengelabuhi patroli Belanda di sekitar perairan Labuhan Bilik, John Lie memasang bendera Taiwan, sehingga kapal itu dikira kapal dagang  milik negerinya Chiang Kai Shek.

Berkat tipu muslihat itu. The Outlaw berhasil tiba di Labuhan Bilikdengan selamat.

Kegiatan John Lie ke Labuhan Bilik dilakukan berulang kali hingga Agresi Militer Belanda kedua di tahun 1948.

Setelah Belanda melancarkan agresi militernya yang kedua pada 1948 dan mengakibatkan jatuhnya ibukota RI Yogyakarta,

Pemerintah Inggris di Singapura melarang kapal-kapal dari Indonesia memasuki wilayahnya.

Larangan tersebut ditindaklanjuti dengan diperketatnya patroli maritim oleh AL Inggris dan Belanda.

Karena dinilai berbahaya bagi kegiatannya, John Lie kemudian mengalihkan operasinya ke daerah utara, yaitu antara Aceh-Penang (Malaysia)-Port Sweetenham-Phuket (Thailand).

Halaman
123
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved