Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Aldi Andalkan Alkitab Bertahan di Laut: Lebih Sebulan Hanyut ke Guam

Dua nelayan Sulawesi Utara terdampar di Miangas hingga ke Guam. Aldi Novel Adilang (18), warga Desa Lansa, Kecamatan Wori,

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Tribun manado / Andreas Ruaw
Aldi Adilang bersama keluarganya di Wori, Minahasa Utara 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO – Dua nelayan Sulawesi Utara terdampar di Miangas hingga ke Guam. Aldi Novel Adilang (18), warga Desa Lansa, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara selamat dari badai setelah ditolong dan diamankan di Guam.

Ceritanya pagi itu, 14 Juli 2018, Aldi seharusnya sudah menikmati hasil tangkapan ikan di Pulau Doi, Ternate, Maluku Utara. Tapi pukul 07.00 Wita, angin selatan bertiup kencang menerpa rakit Aldi yang bekerja di Ternate sejak April 2018, wilayah kerja penangkapan ikan Laut Manado, Makalehi dan Ternate.

Rakit Aldi lepas. Tali itu belum sempat terikat pada ponton. Rakit menjauh kencang karena derasnya arus. Kapal penangkap ikan dari Pangkalan Dua berusaha menunggu di rakit yang lain. Tapi ternyata rakit hanyut tak lewat situ.

Sejak saat itu, Aldi mulai belajar bertahan hidup. Generator, tabung gas, lampu, radio HT, tenaga surya antena, baju, beras, rempah, peralatan dapur bahkan Alkitab menjadi sarana mempertahankan hidup sampai nanti lebih dari satu bulan.

Aldi sudah berpikir tak akan kembali. Ia menangis memikirkan orangtuanya. Hari ketiga suara HT-nya mulai putus. Setelah seminggu kemudian sinyal hilang.

Aldi Aldilang menjunjukkan sejumlah dokumen pemulangan dari Jepang
Aldi Aldilang menjunjukkan sejumlah dokumen pemulangan dari Jepang (Tribun manado / Andreas Ruaw)

Saat kapal langgar, ia selalu berteriak meminta pertolongan tapi yang ada di atas kapal seakan tak mengubris.

Satu minggu berlalu setelah hanyut, persediaan makanan Aldi pun habis. Aldi pun mengail ikan dan sering merebus hasil tangkapan untuk di makan. Tapi seminggu kemudian tabung gas pun habis. Aldi membakar papan di atas rakit untuk merebus atau membakar ikan di atas wajan.

Bukan hanya menghemat tenaga karena kondisi fisik yang menurun, Aldi selalu mematikan lampu saat kapal tidak ada lewat. Ia menghemat tenaga listrik. Semua kapal juga longline berusaha dimintainya pertolongan sampai 31 Agustus dini hari.

Tapi usahanya nanti berhasil saat kapal Arpegio (kapal laut Amerika ABK Filipina) lewat ia bangun pagi. Kapal itu sudah melewatinya satu mil saat Aldi ingat saran temannya untuk menghubungi lewat HT dan berteriak help jika tak lancar bahasa Inggris.

Dengan ingatan itu, Aldi berhasil membuat Kapal Arpegio berbalik setelah memanggil dua kali. Suara HT dari kapal meminta Aldi standby walau akhirnya ia bisa meraih tali pada kesempatan keempat. "Kurang tagate (mengait) di tangga kapal. Begini tidak bisa diselamatkan," katanya.

Aldi akhirnya dikembalikan ke Indonesia 8 September 2018. Dini hari pukul 03.00, tanggal 9 September 2018, ia dibangunkan di sebuah hotel di Jakarta. Pukul 10.20, ia sudah tiba di Bandara Sam Ratulangi. Keluarga pun menyambut haru di bandara.

Sang ibu Net Kahiking mengatakan sementara sakit berat dan dirawat di rumah sakit. Ia ditetap diberitahu. "Tanggal 3 atau 4 September polisi Wori menyebut Aldi sudah ditemukan. Kami berusaha menghubungi terus bosnya tapi sulit dihubungi. Ada kabar bahkan Aldi di Filipina saat itu. Mungkin untuk menyenangkan kami," katanya.

Herlina Bora, kakak ipar Aldi mengatakan keluarga mengetahui hilangnya Aldi 16 Agustus 2016. Ada emosi karena sulit mendapatkan kabar. Apalagi sang ibu sakit parah. Alfian Adilang, mengaku panik. Ia hampir pasrah Aldi tidak akan ditemukan lagi.

Aldi mengaku belum akan bekerja di laut lagi. Ia akan bekerja di darat.

Riko Tumeno
Riko Tumeno ()

Badai Hantam Perahu Riko

Akibat cuaca buruk di perairan Talaud, seorang nelayan asal Dampulis Selatan, Kecamatan Nanusa bernama Riko Tumeno (48) terdampar di wilayah perbatasan Miangas, Talaud, minggu (16 /9/ 2018) pukul pukul 06.00 Wita.

Informasi yang dihimpun, awalnya nelayan berasal dari Desa Dampulis Selatan ini melaut sejak, Rabu (12/9/2018), namun karena kondisi mesin perahu mengalami kerusakan ditambah dengan cuaca yang saat itu tidak bersahabat akibat angin kencang dan gelombang sehingga perahu terbawa arus hingga ke perbatasan Miangas.

''Perahunya dihantam oleh badai dan gelombang sehingga hanyut sampai ke wilayah perbatasan Miangas," Kapolsek Miangas Iptu Hibor Tandea melalui Bhabinkamtibmas Brigadir Westia Rimpulaeng.

Lanjutnya menyampaikan, saat ini kondisi nelayan asal Desa Dampulis Selatan Kecamatan Nanusa yang terdampar di wilayah perbatasan Miangas dalam kondisi sehat.

''Saat ini kondisi nelayan tersebut dalam keadaan sehat, dalam penanganan petugas," tambahnya.

Lebih lagi, kata dia pihak kepolisian langsung membantu menolong dan amankan yang bersangkutan.

Olehnya, melihat kondisi cuaca yang tidak terlalu baik, untuk melaut, meminta lebih waspada.

"Untuk itu kami menghimbau kepada warga lebih berhati hati saat melaut mengingat kondisi cuaca saat ini diwilayah perbatasan masih mengalami cuaca buruk," kucinya.

Menurut korban, awalnya ia melaut sejak hari Rabu 12 September 2018, namun karena kondisi mesin perahu mengalami kerusakan ditambah dengan cuaca yang saat itu tidak bersahabat akibat angin kencang, sehingga perahunya terbawa arus hingga ke perbatasan Miangas.

"Perahu dihantam oleh badai dan gelombang dan hanyut sampai ke wilayah perbatasan Miangas," kata dia.

Kapolsek Miangas Iptu Hibor Tandea menyampaikan bahwa saat ini kondisi nelayan asal Desa Dampulis yang terdampar dalam kondisi sehat.

Pihak kepolisian langsung membantu menolong dan mengamankan korban. "Kami mengimbau kepada warga untuk berhati hati saat melaut mengingat kondisi cuaca saat ini di wilayah perbatasan masih kurang bersahabat," tegas Hibor.

Nelayan Butuh HT dan GPS

Ketua Himpunan Nelayan Kecil Indonesia (HIPKIN), Jefri Sagune, meminta agar pemerintah bisa menyediakan handy talky (HT) bagi nelayan kecil di Sulut.

Hal itu dikatakan Jefry ketika dihubungi tribunmanado.co.id, Minggu (16/9/2018). "Nelayan kecil sangat membutuhkan HT, karena saat mereka terombang ambing di lautan tidak ada akses untuk menghubungi instansi terkait," ujarnya.

Ia juga meminta agar setiap kapal dipasangi global positioning system (GPS). "Supaya saat mereka hilang, akan lebih mudah melacaknya," ucap dia.

Jefry menambahkan saat berada di lautan nelayan kecil sangat rentan terhadap cuaca buruk. "Apalagi kalau perahunya kecil itu sangat rentan dengan cuaca. Karena kalau airnya kena di mesin akan berdampak pada kerusakan dan sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi selain berdoa," ungkapnya.

Basarnas Manado sama sekali tak mengetahui tentang kabar hanyutnya Aldi hingga perairan Guam.

Menurut Humas Basarnas Manado Feri Ariyanto pihaknya sama sekali tak tahu kabar hilangnya Aldi. "Kami hanya mendapatkan kabar bila ada warga Minut yang ditemukan di perairan Guam," ujarnya.

Ia menambahkan pihaknya lalu melakukan pengecekan dan ternyata benar. "Tapi sudah diselamatkan di perairan Guam, kami sama sekali tak menerima laporan orang hilang," tandasnya. (oly/nie/dma)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved