Semangat Kopassus di Ekspedisi Everest Bikin 'Si Hantu Gunung' Terpukau, Ini Kisahnya
Cerita patriotisme anggota pasukan elite TNI Kopassus yang awalnya bernama RPKAD ini yakni pendakian ke Gunung Everest puncak tertinggi
TRIBUNMANADO.CO.ID - Cerita patriotisme anggota pasukan elite TNI Kopassus yang awalnya bernama RPKAD ini yakni pendakian ke Gunung Everest puncak tertinggi yang disebut juga atap dunia pada tahun 1997.
Tim Nasional Ekspedisi Everest berjumlah 43 orang, terdiri dari anggota Kopassus, Wanadri, FPTI, Rakata, dan Mapala UI.
Setelah ekspedisi besar, tersisa 16 orang yang kemudian dibagi menjadi dua tim.
6 orang dari sebelah utara melalui Tibet.
10 orang dari sebelah selatan melalui Nepal.
Baca: Live Streaming Persebaya vs PSBI di Piala Indonesia Minggu (2/9/2018) Pukul 15.00 WIB
Baca: Video Pernikahan Diobrak-abrik Mantan Jadi Viral, Orangtua Mempelai Pria Beberkan Fakta Sebenarnya
Tim yang dipimpin Anatoli Nikolaevich Boukreev (Kazakhastan), yang dikenal dengan The Ghost of Everest serta Richard Pawlosky (Polandia) dipilih menjadi pelatih tim.
Vladimir Bashkirov dipercaya menjadi film maker, sedangkan Dr. Evgeni Vinogradski menjadi dokter tim.
Dalam bukunya yang berjudul The Climb, Anatoli Boukreev menceritakan kisah heroiknya pendakian tersebut.
Berikut nukilan catatan Boukreev yang terkesima dengan semangat juang dan rasa patriotisme anggota baret merah ini.
Tiga orang anggota Kopassus yang berhasil menaklukkan Everest (1997) yakni Prajurit Satu (Pratu) Asmujiono, Sersan Misirin, dan Lettu Iwan Setiawan
Misirin berjalan maju, perlahan tanpa pertolongan.
Baca: Inilah 4 Pasukan Elit Paling Mengerikan di Dunia, Latihannya Paling Sadis
Baca: George W Bush Diam-diam Beri Michelle Obama Permen Saat Pemakaman McCain
Asmujiono bergerak mantap, tapi seperti orang yang sedang bermeditasi.
Iwan berjalan pelan pula, namun bisa dilihat kemampuan koordinasinya berkurang meski mentalnya masih kuat.
Misirin menunjukkan dari semuanya ialah yang paling mantap, karena itu kami memberikan dia kesempatan sebagai orang yang pertama mencapai puncak.
Tekad dari orang tiga ini tidak terpecahkan, kesempatan mencapai puncak, tidak mau mereka sia-siakan.
Terpikir diotak saya, biar satu orang saja yang muncak, biarkan yang lainnya turun. Ah…! nanti saja saya pikirkan, kalau kami sudah melalui Hillary Step.
Tiba-tiba saya bisa merasakan Asmujiono konsentrasinya semakin berkurang, dan saya instruksikan Dr. Vinogradski untuk mengamati Asmujiono.
Bashkirov dan Misirin berjalan paling depan, setelah itu Iwan dan saya, Asmujiono dan Dr. Vinogradski terakhir di belakang.
Baca: 10 Fakta di Balik Kasus Sejoli Kampus di Semarang yang Kuburkan Bayi di Belakang Masjid
Baca: Kecanduan Rokok, Bocah 2 Tahun Asal Sukabumi Ini Bisa Merokok 40 Batang Sehari
Punggungan gunung hari ini tampaknya lain dari biasanya, lebih terjal dan saljunya tebal sekali.
Iwan bisa maju dengan perlahan, namun pada satu tempat badannya oleng.
Untunglah disaat yang kritis itu ia berhasil diselamatkan dengan tali pengaman.
Ketika saya sedang memperlihatkan padanya bagaimana cara menggunakan linggis es (Ice Pickels) di punggung gunung secara benar, disini jelas terlihat bahwa saya sedang berhadapan dengan orang yang baru 4 bulan lalu untuk pertama kali dalam hidupnya melihat salju.
Sebenarnya melalui rute punggung gunung ini, dengan hanya menggunakan tali pengaman sudah cukup.
Hal ini sudah saya perhitungkan sebelumnya, jadi tidak perlu menggunakan Linggis Es.
Tapi sekarang saya terpaksa harus mengajarkan menggunakan itu ke anak muda yang sabar dan bertekad bulat ini.
Saya bertanya kembali kepada diri saya sendiri “Apa artinya semua ini, bagi orang Indonesia?”.
Bahkan sebagai seorang atlet, saya tidak akan mempertaruhkan nyawa hanya sekedar untuk sampai ke puncak.
Baca: Inilah 8 Adab dan Doa Khusus Pulang Haji, Berlaku Juga untuk Kerabat
Baca: Najwa Shihab 20 Tahun Tak Mengemudi, Ini Ekspresinya Saat Ditantang Kendarai Mobil oleh Boy William
Tapi serdadu ini punya prinsip luar biasa.
Mereka rela mempertaruhkan nyawa mereka untuk keberhasilan ekspedisi ini.
Setelah Iwan berjuang melalui punggungan gunung, dimana pada fase ini saya harus terus mengamati, kami mendaki terus perlahan dan saya sampai di kaki Hillary Step.
Saya sampai di ujung Hillary Step, selagi Iwan dan Asmujiono yang berjalan dibelakang saya melewati punggung gunung.
Disitu saya berdiskusi dengan Bashkirov, dimana kami harus memutuskan apakah hanya Misirin sendiri yang terus mendaki sampai di puncak, dan yang lainnya turun.
Asmujiono sedang berusaha melewati Hillary Step, Vinogradski nampak di belakang.
Dia berusaha meyakinkan Iwan untuk turun, tapi dia tidak mau.
Bisa dilihat bagaimana Iwan berjuang pantang mundur, terus mendaki keatas melalui Hillary Step.
Tidak satupun dari orang Indonesia ini bersedia untuk menyerah.
Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com dengan judul Kisah 'Si Hantu Gunung' yang Terpukau dengan Semangat Pantang Menyerah Kopassus di Ekspedisi Everest, http://jambi.tribunnews.com/2018/09/02/kisah-si-hantu-gunung-yang-terpukau-dengan-semangat-pantang-menyerah-kopassus-di-ekspedisi-everest?page=all.
Editor: Leonardus Yoga Wijanarko