Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kematian Daud Solambela

Pasca-Suaminya Jadi Tersangka, Begini Kondisi Ibunda Daud Solambela, Keluarga Tak Percaya

Windi Taniowas, Ibunda Daud Solambela (7) mengetahui suaminya Fence Solambela (45) menjadi tersangka

Penulis: Aldi Ponge | Editor: Aldi Ponge
KOLASE TRIBUNMANADO/FERDINAND RANTI
Foto Daud Solambela dan ayahnya Fence Solambela jadi tersangka 

TRIBUNMANADO.CO.ID -  Windi Taniowas, Ibunda Daud Solambela (7) warga Desa Sendangan, Kecamatan Kakas, Kabupaten Minahasa tampak syok mengetahui suaminya Fence Solambela (45) menjadi tersangka pembunuhan anaknya

Suasana berkabung terlihat di rumah duka di Sendangan, pada Rabu (15/8/2018).

Keluarga tak habis pikir Fence adalah pelaku pembunuhan almarhum.

Terlihat sanak saudara dan kerabat silih berganti mendatangi rumah duka.

Baca: Kapolres Minahasa Ungkap Hasil Pemeriksaan Kejiwaan Fence Solambela, Ini Kondisinya

Windi Taniowas masih berat menerima kenyataan itu.

Ia tak sanggup menerima musibah dan cobaan keluarganya.

“Tolong jangan dulu diwawancarai dalam keadaan begini. Sekali lagi tolong ya,” kata anggota keluarga.

Fence Solambela ditetapkan jadi tersangka atas kasus pembunuhan terhadap Daud Solambela pada Minggu (12/8/2018). Kasus ini menjadi viral di media sosial karena Daud awalnya dikira dibunuh pencuri yang masuk ke rumah orang tuanya.

Baca: Polres Minahasa Dalami Motif Lain Pembunuhan Terhadap Daud Solambela

Pasalnya saat kejadian Daud ditinggal sendiri di rumah. Ayah dan ibunya di sebuah ibadah duka. Namun, ketika sang ayah pulang, Daud ditemukan tak bernyawa di dapur dengan pisau tertancap di perutnya.

Sang Ayah pun membuat alibi seolah anaknya jadi korban pembunuhan. Dia mengungkap kehilangan uang Rp 200 ribu. Belakangamn polisi mengungkap Fence adalah pelakunya.

Penatua Arvia Kamagi, tante korban, tidak menyangka pelaku pembunuhan adalah ayah Daud.

“Daud adalah ponakan saya. Tidak menyangka terjadi seperti ini. Kenapa bisa jadi seperti ini. Dia anaknya tidak nakal, Bahkan, dia anak dengar-dengaran, tega sekali,” kata Arvia

Baca: Ini Kronologi dan Pengakuan Ayah Daud Solambela, Tersangka Pembunuh Bocah 7 Tahun

Deimer Waroka, warga sekampung dengan Daud, juga kaget mendengar Fentje, ayah kandung yang dikenal sosok rohani setega itu.

“Tidak menyangka bapak sendiri bertindak sebejat itu pada anak. Kami mengira pelakunya yang lain ternyata bapaknya sendiri,” kata Deimer.

Natan, rekan sebaya Daud sangat kehilangan. “Daud itu setia kawan dan sangat baik,” kata Natan.

Di dalam kelas, Daud selalu nomor satu dalam menyelesaikan tugas. Bahkan, ia sering diajari pelajaran oleh Daud.

“Kalau saya tidak mengerti biasanya Daud yang kasih mengerti pelajaran,” katanya.

Begitu juga dengan Rafi. Ia kehilangan teman bermainnya. Mereka tak menyangka bahwa pelaku adalah ayah dari Daud.

Baca: Jenazah Bocah Daud Solambela Dimakamkan, Ribuan Pelayat Hadir hingga Kesan Teman

Jadi Tersangka

Kapolres Minahasa, AKBP Christ Pusung mengungkapkan tersangka berada di rumah duka pada Minggu sekitar pukul 13.00 Wita. Tersangka pulang ke rumah pukul 17.00 Wita dan melihat korban berada di dapur.

 
"Camsu (Fence) langsung mendorong anaknya dengan tangan kiri, sehingga terlempar, jatuh dan terbentur di tembok," kata Christ Pusung dalam konferensi pers pada Rabu Siang.

Korban Daud pun pingsan karena terbentur. Tersangka mengambil pisau diatas meja lalu mengangkan kaus korban dan menusuk perut korban.

"Membiarkan pisau tertancap di perut, kemudian tersangka menggendong anaknya keluar rumah sambil berteriak minta tolong," ungkapnya

Kapolres mengungkap hasil penyidikan, tersangka marah terhadap anaknya karena bermain terlalu lama di luar rumah.

"Berdasarkan fakta penyeidikan dan ditemukan alat bukti berupa hasil visum dan keterangan saksi dan pengakuan pelaku. Kami dari kepolisian Polres Minahasa menetapkan satu tersangka dengan nama Fence Sontje Solambela alias Camsu," bebernya

Kapolres Minahasa mengungkapkan polisi menjerat tersangka dengan pasal 80 ayat 3 dan 4, undang-undang 35 tahun 2014 tentang perubahan 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.

"Ancama pidana paling lama 15 tahun dan denda Rp 3 miliar ditambah 1/3 bila dilakukan (bayar denda)," katanya

Katanya polisi langsung mengamankan tersangka untuk diperiksa usai pemakanan korban.

"Menurut hasil visum, korban ditusuk sebanyak dua kali. Mungkin takut karena anaknya sudah pingsan atau kemungkinan sudah meninggal. dia melakukan penusukan untuk melakukan alibi baru. Bahwa anak ini mati dibunuh pelaku pencurian," jelas kapolres.

Katanya polisi sejak awal mendengar informasi kasus tersebut kecelakaan. Adanya isu pembunuhan membuat dilakukannya autopsi.

Usia penguburan jenasah korban. Polisi mengamankan saksi-saksi termasuk tersangka.

"Keterangan saksi mengarah ke pelaku dan pengakuan Fence kami tetapkan tersangka

Terlanjur emosi

Tersangka Fence saat ditanya mengaku emosi hingga menyebabkan anaknya meninggal. "Terlanjur emosi," katanya.

Dia pun mengaku bersalah atas tindakannya tersebut. "(Merasa) bersalah. Menyesal," jawabnya.

Katanya tak ada persoalan dengan istrinya dan tindakan tersebut spontan dilakukannya saat emosi. "Perasaan emosi," jawabnya

Usai menikam, dia mengaku tak mengecek lagi nadi korban. Soal uang yang hilang Rp 200 ribu, dia menyangkalnya. "Itu Kata istri saya," ucapnya

Dia mengaku menyesali perbuatannya dan terus menangis atas kejadian tersebut.

Drama Pengakuan sebelum jadi Tersangka

Sebelumnya kepada tribunmanado.co.id, mengaku masih belum bisa menerima kematian anaknya Daud Solambela (7).

Daud ditemukan tewas mengenaskan di rumahnya Desa Sendangan.

Berada di depan mayat anaknya di ruangan autopsi RS Kandou, pada Senin (13/8/2018) malam, Fence terus menangis.

 
Isak tangis itu kadang berganti nyanyian lirih permintaan memohon kekuatan pada Tuhan.

Entah sudah berapa kali nama Tuhan ia sebut.

"Tuhan, Tuhan, " kata dia.

"Saat itu saya pulang dari ibadah duka, mau lanjut ibadah kaum bapa, jadi saya pulang, tampak pintu terbuka sedikit, saya berjalan menuju ke belakang dan tampaklah anak saya sudah tergeletak dengan tubuh berdarah," kata dia.

Ketika ia mengangkat tubuh anaknya, terasalah ada sesuatu di perut sang anak. 

Ternyata itu pisau.

Fence membeber, ia sempat memeriksa rumah dan uang sebesar Rp  200 ribu dalam buku telah hilang.

Menurut dia, saat kejadian istrinya sedang berada di kaum ibu.

Sementara kakak korban tengah latihan paskibraka.

"Ibunya keluar pukul 3 sore dan saya pulang dua jam kemudian, " katanya

Sang ayah Fence menyebut, Daud rajin ke sekolah minggu.

"Ia rajin ke gereja, " beber dia.

Dikatakan Fence, Daud adalah anak manis yang taat orang tua.

Daud pun dikenal siswa berprestasi.

"Ia selalu juara satu, " kata dia.

Keluarga Fence dikenal sebagai keluarga Pelsus.

Fence mantan Penatua yang masih aktif melayani.

Sementara Windi Taneowas, ibu korban adalah Syamas.

Windi Taneowas sendiri menurut Fence kerap meminta keluarga untuk tidak balas dendam sekiranya pelaku ditemukan.

"Biar jo nanti Tuhan yang balas," katanya.

Vence  rela tidur di ruang jenazah.

Langkahnya tersendat-sendat memutari ruang tunggu, sambil menunggu dipanggil para dokter. 

"Saya belum mau pulang," kata Fence kepada sanak saudaranya, pada Senin malam

Matanya kosong menatapi peti dari putranya yang ada di kamar jenazah.

"Oh Tuhan apa yang terjadi pada anak saya," ucap Vence. 

Tak berapa lama Ia pun berbaring disalah satu tempat duduk di depan kamar jenazah. 

Waktu sudah menunjukkan pukul 00.00 Wita, tak berapa lama datang seorang ibu paru baya membangunkan Fence. 

"Ayo makan dulu, sudah seharian belum makan," ucap sang wanita yang menggunakan baju putih. 

Fence pun bangun dengan dipapah dua orang dan pergi untuk makan. 

Daud Solambela berencana ikut gerak jalan ada perayaan 17 Agustus nanti.  Ia sangat bersemangat dalam berlatih.

Saat pembagian baju seragam, ternyata baju milik Daud kebesaran.

 
Sang ayah Fence pun membawa baju itu ke seorang saudaranya untuk dikecilkan.

Karena sang saudara sibuk, baju tersebut tak jadi dikecilkan.

Pengalaman itu diceritakan Fence kepada Tribun Manado, Senin malam di ruang otopsi RS Kandou pada Senin Malam

"Ia sangat bersemangat gerak jalan, sayangnya seperti ini," kata dia.

Menurut dia, sang anak dikenal pintar.  Dia selalu juara kelas.

"Ia juga rajin ke Gereja, kadang ingatkan saya untuk ke gereja, " kata dia.

Kata Kriminolog

Menurut Kriminolog Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Dr Rodrigo Elias, tindakan tersebut sudah merupakan ciri orang yang menjadi penjahat.

“Tindakannya tidak bisa diterima dan sudah seperti penjahat,” ucapnya, Rabu kemarin.

Rodrigo menambahkan, bisa jadi ada dua hal yang memicu sang ayah melakukan hal itu.

“Pertama karena dia terganggu jiwanya. Kedua karena dalam kondisi emosi tak terkontrol, sehingga sudah gelap mata,” beber dia.

Kata Rodrigo, jika dilihat dari perbuatannya maka bisa terancam hukuman selama 15 tahun.

“Tapi jika dilihat dari berbagai faktor hakim bisa menjatuhkan pidana lebih, namun melihat beberapa unsur yang memberatkan,” tandasnya.

Terjadi Agresi Emosional

Orley Charity Sualang, psikolog, mengatakan bentuk agresi emosional dalam tindakan yang dilakukan oleh sang ayah terhadap anaknya. Terdapat beberapa faktor yang bisa membuat seseorang melakukan pembunuhan.

Pertama adalah stressor sosial ekonomi atau keluarga yang punya ekonomi rendah. Kedua adalah disorganisasi sosial atau kurangnya pengendalian diri dalam mengontrol reaksi agresi.

Faktor yang ketiga adalah budaya kekerasan yang biasanya seseorang terbentuk dalam lingkungan. Kekerasan tinggi atau mengalami kekacauan sosial serta kurang memiliki nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga.

Sedangkan faktor yang keempat adalah tidak memiliki nilai spritual yang baik. Baik si pelaku maupun sang ibu dari korban butuh penanganan.

Bagi si pelaku butuh penanganan psikis seperti rehabilitasi khusus melalui konseling untuk mengetahui motifnya. Setelah motif diketahui barulah dilakukan penanganan.

Sedangkan untuk sang ibu sangat membutuhkan penanganan traumatis. Di sini peran keluarga sangat dibutuhkan, karena sang ibu tidak hanya kehilangan satu anggota keluarga tapi dua. Selain itu, rasa benci terhadap sang suami juga harus diperhatikan jangan sampai membentuk kepahitan dalam hati.

Pelajaran buat Kita

“Miris ketika membaca berita ayah membunuh anaknya sendiri. Apalagi hanya karena masalah sepele,” kata kata Natasya Permatasari, Rabu (15/8/2018).

Menurutnya, sebesar apapun masalah yang terjadi, sebaiknya jangan langsung gelap mata.

“Sebagai ibu muda merasa sedih ketika membayangkan kejadian tersebut. Ketika anak yang dilahirkan dengan penuh perjuangan harus tewas mengenaskan di tangan ayahnya sendiri,” kata perempuan kelahiran Manado, 15 Maret 1995.

Dikatakannya, kejadian itu memberikan pelajaran bagi semua orangtua termasuk dia.

“Sayangilah anak kita, karena anak itu adalah titipan dari Tuhan dan berkat dalam keluarga. Didiklah anak-anak dengan bijak, serta tegur mereka dengan kasih saat mereka melakukan kesalahan, dan berdoalah senantiasa agar keluarga kita selalu dalam lindungan Tuhan dan dijauhkan dari segala bahaya,” sebut perempuan yang berprofesi make up artis ini.

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved