Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Mengenal Sosok AA Maramis, Pendiri Bangsa dan Suara Kaum Minoritas dari Timur

AA Maramis adalah salah seorang founding father atau pendiri bangsa Indonesia. Ia menjadi anggota BPUPKI, panitia 9.

Penulis: Finneke | Editor: Siti Nurjanah
(dokumentasi keluarga, cover buku)
Alexander Andries Maramis 

Sebagai seorang revolusioner Maramis memiliki pemikiran yang brilian, wawasannya luas serta nilai perjuangannya untuk memerdekakan bangsa Indonesia sangat besar.

Sikap kompromi dan pluralismenya AA Maramis demi kepentingan bangsa dan kemerdekaan Indonesia teruji di atas segala-galanya.

Kiprah AA Maramis di dunia internasional di antaranya konferensi New Delhi 20-23 Januari 1949. Ia yang saat itu sebagai Menteri Luar Negeri memimpin delegasi dari Indonesia.

Perjuangan delegasi Indonesia di konferensi ini menjadi catatan penting bagi sejarah Indonesia. Karena menyangkut pengakuan dunia internasional terhadap kedaulatan negara Republik Indonesia. Hal ini yang menjadi harapan berjuta-juta rakyat Indonesia saat itu.

Anggota delegasi lainnya yakni wakil RI di Singapura, Mr Utoyo, wakil RI di India Dr Sudarsono, wakil RI di Mesir HA Rasyidi dan wakil dagang RI di Amerika Serikat Sumitro Djoyohadikusumo.

Setelah Konferensi New Delhi usai, AA Maramis langsung menuju PBB bersama Lambertus Nicodemus Palar yang ditunjuk sebagai juru bicara delegasi Indonesia di PBB bersama Sudarpo, Sudjadmiko dan Sumitro.

Sebagai juru bicara, LN Palar melaporkan secara resmi tentang pengakuan kedaulatan Indonesia dan hasil Konferensi New Delhi 1949 yang diperjuangkan AA Maramis. Satu tahun kemudian membuahkan hasil, pada 28 September 1950 Indonesia diakui sebagai negara yang berdaulat dan menjadi anggota resmi Perserikatan Bangsa-bangsa ke-60 dengan status anggota penuh.

“Saat Konferensi New Delhi itu, katanya AA Maramis berperilaku seperti naga. Saya mendengar itu saat penghargaan MURI tahun 2017 dari seorang wartawan senior yang hadir pada saat itu. Ia menyebut itu dalam Bahasa Belanda yang artinya itu. Penghargaan MURI ini untuk AA Maramis sebagai Menkeu pertama yang menandatangani 15 mata uang RI,” kata Lody Rudy Pandean, Sabtu (11/8).

Setelah hampir 20 tahun tinggal di luar Indonesia, AA Maramis menyatakan keinginannya untuk kembali ke Indonesia. Pemerintah Indonesia mengatur agar ia bisa kembali dan pada tanggal 27 Juni 1976 ia tiba di Jakarta. Di antara para penyambut di bandara adalah teman-teman lamanya Soebardjo dan Mononutu, dan juga Rahmi Hatta (istri Mohammad Hatta).

Pada bulan Mei 1977, ia dirawat di rumah sakit setelah mengalami perdarahan. Maramis meninggal dunia pada tanggal 31 Juli 1977 di Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Soebroto, hanya 13 bulan setelah ia kembali ke Indonesia. Jenazahnya disemayamkan di Ruang Pancasila Departemen Luar Negeri dan dilanjutkan dengan upacara militer dan kemudian pemakaman di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved