Detik-detik Lengsernya Soeharto, Anak-anak Dikumpulkan, Ia mundur Karena tak Mau Hal Ini Terjadi
Bulan Mei 1998 pun akhirnya memiliki catatan penting bagi perjalanan bangsa Indonesia.
Pada 1984 sejumlah menteri merasa risau dengan anak-anak Pak Harto yang sudah tumbuh dewasa dan mulai berbisnis, tapi dengan memanfaatkan kekuasaan bapaknya.
Bisnis anak-anak Pak Harto bahkan merambah ke soal pembelian alutsista yang seharusnya ditangani pemerintah dan ABRI/TNI, bukan oleh warga sipil.
Ketika ada kesempatan bermain billiard dengan Pak Harto, Benny Moerdani yang saat itu menjabat sebagai Panglima ABRI memberanikan diri ‘menegur’ Pak Harto terkait bisnis anak-anak Pak Harto yang sudah merambah ke mana-mana dan terkesan memonopoli.
Pak Harto ternyata tidak terima oleh teguran Benny yang dianggap sangat kurang ajar dan setelah itu hubungan Pak Harto-Benny Moerdani memburuk.
Benny Moerdamo kemudian dicopot dari Panglima ABRI meski belakangan Pak Harto menolak jika pencopotan Benny akibat ‘teguran maut’ yang telah dilakukannya.
Pada Agustus 2004 Pak Harto menjenguk Benny yang sedang sakit keras dan terbaring di Rumah Sakit RSPAD, Jakarta.
Di depan Benny, Pak Harto secara terus-terang mengakui bahwa teguran yang pernah dilontarkan Benny pada tahun 1984 ternyata benar.
Akibat bisnis anak-anaknya yang ikut memicu krisis ekonomi dan kemarahan rakyat terhadap keluarga Pak Harto, pada 21 Mei 1998 kekuasaan Pak Harto tumbang.
Pak Harto juga menyatakan kepada Benny, jika teguran Benny itu dipatuhi, dirinya tidak akan sampai lengser dari kursi Presiden akibat demo besar-besaran dan kerusuhan sosial yang terjadi di mana-mana.
Sumber:
Benny Moerdani Yang Belum Terungkap, Tempo, PT Gramedia, 2015.
Benny Moerdani Profil Prajurit Negarawan, Julius Pour, Yayasan Kejuangan Panglima Sudirman 1993.