Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

AS Serang Iran Bulan Depan, Menhan Mattis: Itu Fiksi

Menyusul ketegangan Amerika Serikat dan Iran pasca pemberitaan negara Paman Sam hendak menyerang negars Persia itu,

Editor: Lodie_Tombeg
AFP/ATTA KENARE
Sebuah truk militer Iran mengangkut misil dalam sebuah parade memperingati hari angkatan darat pada 18 April 2018 di Teheran. 

 
TRIBUNMANADO.CO.ID, WASHINGTON DC - Menyusul ketegangan Amerika Serikat dan Iran pasca pemberitaan negara Paman Sam hendak menyerang negars Persia itu, memunculkan klarifikasi dari AS.

Menteri Pertahanan AS, James Mattis, membantah laporan bahwa mereka bakal menyerang Iran Agustus nanti.

Media Australia, ABC memberitakan, Negeri "Paman Sam" sedang bersiap untuk menyerang fasilitas nuklir Iran.

Kabar itu didapat setelah mengutip seorang sumber internal pemerintahan Perdana Menteri Malcolm Turnbull.

Sumber itu menjelaskan, Australia bakal bertugas menyediakan data intelijen target mana saja yang harus dihancurkan.

Dikutip The Hill Jumat (27/7/2018), Mattis berkata dia tidak tahu dari mana ABC bisa mendapatkan kabar tersebut.

"Saya yakin saat ini isu itu (Iran) bukan sesuatu yang kami pikirkan. Jadi, saya berpikir kabar itu fiksi," ujar Mattis.

Tidak hanya Mattis, Turnbull juga membantah laporan tersebut. "Jelas-jelas kabar itu hanyalah spekulasi," tegasnya.

Laporan serangan itu terjadi setelah Presiden Donald Trump berkicau di Twitternya dengan memperingatkan Iran agar tidak macam-macam.

"Jangan pernah mengancam kami jika tidak menanggung akibatnya seperti yang sudah diderita negara lain," ancam Trump.

 
Trump menanggapi perkataan Presiden Iran Hassan Rouhani bahwa berkonflik dengan Iran bakal menjadi sumber segala perang.

AS Kemungkinan Serang Iran Bulan Depan

Amerika Serikat (AS) telah bersiap untuk menyerang fasilitas nuklir Iran. Laporan itu dibawakan media Australia ABCmengutip sumber internal pemerintah, dikutip Russian Today Jumat (27/7/2018).

"AS sudah mulai bersiap mengebom situs nuklir Iran. Saya yakin serangannya bakal terjadi awal Agustus nanti," kata sumber itu.

Australia, yang masuk ke dalam aliansi intelijen internasional bernama Five Eyes, dilaporkan memberikan bantuan mengidentifikasi target yang harus dimusnahkan.

Bantuan identifikasi itu kemungkinan juga bakal diberikan Inggris. Adapun dua anggota tersisa, Selandia Baru dan Kanada, tidak akan berpartisipasi dalam operasi militer.

Laporan itu terjadi setelah hubungan AS dan Iran mengalami eskalasi. Presiden Hassan Rouhani menyebut konflik dengan Iran bisa menjadi sumber segala perang.

Pernyataan Rouhani itu kemudian dibalas Presiden AS Donald Trump untuk tidak mengancam AS "atau bakal menderita konsekuensinya".

Komandan pasukan elite Iran, Quds, berkata jika Trump jadi mengerahkan operasi militer, maka AS bakal hancur.

"Saya juga meminta kepada Trump untuk berhenti mengusik para pemimpin Iran beserta rakyatnya," kata komandan itu.

Hubungan Iran-AS mulai memburuk sejak Trump mengumumkan keputusannya untuk menarik diri dari perjanjian nuklir yang dibuat pada 2015.

Perjanjian bernama Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPoA) itu disebut Trump sebagai terburuk dalam sejarah AS.

Sebabnya, perjanjian yang dibuat Iran dengan enam negara dan Uni Eropa itu tidak memuat keharusan Iran menghilangkan rudal balistiknya.

 
Selain itu, kesepakatan yang dibuat pada 2015 itu juga tak mencantumkan tuduhan aktivitas Iran di Timur Tengah seperti di Yaman dan Suriah.

Presiden AS Hassan Rouhani
Presiden AS Hassan Rouhani (Aljazeera.com)

Siapa yang Lebih Unggul?

Sebuah laporan menyebut Amerika Serikat sedang mempersiapkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, bulan depan.

Jika serangan ini benar-benar digelar, bukan tak mungkin hal yang paling menakutkan, yaitu perang, antara kedua negara bisa pecah.

Di atas kertas, dalam hal persenjataan dan biaya untuk berperang mungkin Amerika Serikat jauh lebih unggul dibanding Iran.

Jumlah penduduk Iran juga jauh lebih sedikit dibanding AS yaitu 80 juta berbanding 330 juta jiwa.

Artinya, jika diperlukan AS akan jauh lebih mudah untuk memobilisasi warganya untuk dilatih menjadi tentara.

Selaiun itu, anggaran militer AS jauh lebih besar 30 kali lipat dibanding anggaran pertahanan Iran.

Akibat dari anggaran jumbo ini, maka personel militer dan peralatan perang AS akan jauh lebih unggul baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.

Lalu bagaimana perbandingan militer kedua negara itu?

Secara kasar, militer AS memiliki 1,3 juta personel militer aktif, sedangkan Iran diperkirakan memiliki hanya 550.000 personel.

Militer Iran terdiri atas dua bagian utama yaitu pasukan elite Korps Garda Revolusi dan Artesh, pasukan reguler AD Iran.

Artesh memiliki 350.000 personel aktif dan menguasai persenjataan konvensional baik di darat, laut, dan udara.

Sedangkan Garda Revolusi memiliki sekitar 125.000 personel dan fokus pada banyak kegiatan salah satunya adalah spionase.

Amerika Serikat memiliki dana jumbo untuk membiayai militernya yaitu 554,2 miliar dolar AS.

Sedangkan Iran hanya menyisihkan 12,3 miliar dolar AS untuk kepentingan pertahanannya.

Dari sektor darat, AS memiliki 8.800 tank, 46.000 kendaraan lapis baja, dan 3.269 artileri berbagai jenis.

Sedangkan Iran hanya memiliki 2.569 tank, 1.315 kendaraan lapis baja, tetapi jumlah artileri Iran lebih banyak dibanding AS yaitu 5.383 unit.

Di udara, AS jauh lebih superior 388 jet tempur, 2.062 pesawat serbaguna, 470 helikopter serbu, dan 5.000 unit helikopter.

Sementara Iran hanya diperkuat 151 jet tempur, 88 pesawat serbaguna, 49 helikopter serbu, dan 324 helikopter.

Di sektor laut, AS juga unggul segalanya dengan memiliki 20 kapal induk, 85 kapal perusak, dan 70 kapal selam bertenaga nuklir.

Iran amat lemah di sisi laut karena hanya mengandalkan 6 kapal fregat, 3 kapal corvet, dan 40 kapal selam.

Dan yang paling mengerikan adalah Amerika Serikat memiliki 7.200 hulu ledak nuklir yang kekuatannya puluhan kali lipat lebih kuat dibanding bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki.

Jika melihat perbandingan di atas kertas ini maka AS nampaknya akan dengan mudah mempecundangi Iran jika perang benar-benar pecah.

Namun, masalah yang harus diingat Iran adalah sebuah negara besar, sehingga jika terjadi perang darat maka AS kemungkinan besar akan kerepotan.

Meski demikian, AS akan dengan mudah mendapatkan sekutu jika perang melawan Iran pecah.

Sebab sebagian besar negara Timur Tengah termasuk Arab Saudi merupakan sekutu dekat Amerika Serikat.

Di Timur Tengah, Iran hanya memiliki Hezbollah Lebanon serta Suriah yang hancur lebur sebagai sekutu.

Hal yang perlu diwaspadai adalah jika perang AS-Iran pecah maka kemungkinan besar Rusia akan terseret karena merupakan salah satu sekutu lama Iran.

Jika Rusia sampai terlibat maka bisa jadi Perang Dunia III bakal pecah dari kawasan Timur Tengah. *

Artikel ini telah dimuat di kompas.com dengan judul: Menhan AS Bantah Bakal Menyerang Iran Bulan Depan

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved