Inflasi Berlebihan, Uang Rp 100 Triliun di Negara Ini Hanya Bisa Ongkos Angkot, Berikut 6 Faktanya
Hal ini tentu sangat membingungkan. Bahkan, jumlah nol pada uang tersebut pun cukup panjang untuk dicetak dalam lembaran.
Penulis: | Editor:
Mungkin mereka berpikir, menjual uang dengan harga berapapun lebih baik daripada menukarnya secara tidak wajar.
Bayangkan saja, harga sebuah benda bisa naik dua kali lipat dalam 24 jam. Dengan tingkat inflasi yang sudah demikian parah, tentu keinginan untuk mengumpulkan uang hampir hilang sama sekali.
2. Pecahan Uang Kertas Terbesar Mencapai 100 Triliun

Jika Anda heran, maka sangat wajar bagi seseorang untuk sangsi apabila melihat di suatu negara terdapat pecahan uang kertas sebesar 100 triliun yang hanya setara Rp1.000.
Hal ini tentu sangat membingungkan. Bahkan, jumlah nol pada uang tersebut pun cukup panjang untuk dicetak dalam lembaran.
Namun, nasi sudah menjadi bubur. Tingkat keparahan laju inflasi tidak bisa dibendung lagi hingga pemerintah pun terpaksa membuat nilai tersebut menjadi pecahan layaknya uang Rp100.000 di Indonesia.
Karena, jika tidak dicetak uang dengan nominal yang besar, para warga bisa membawa uang satu tas penuh saat hanya ingin membeli makanan. Hal ini sudah sedikit terjadi, karena untuk membeli roti saja warga harus membawa uang sebanyak satu kantong penuh.
3. Sistem Keuangan Perbankan Hampir Runtuh

Sisa uang yang dimiliki bank pusat tidak mencukupi banyak penarikan.
Hal ini dipengaruhi juga oleh oknum pemerintah yang melakukan kecurangan dengan menarik uang yang menjadi aset bank saat mulai mengetahui bahwa inflasi terjadi secara besar-besaran.
Menurut Eddie Cross yang merupakan salah satu anggota pemerintahan yang diusung partai oposisi, jika perbankan runtuh di Zimbabwe, maka tidak ada lagi yang tersisa dari negara ini.
Kondisinya sudah sangat buruk dan korupsi yang menjalar akan semakin memperparah keadaan.
4. Kelaparan Setelah Polemik Keuangan

Seperti negara di Benua Afrika lainnya, Zimbabwe merupakan negara dengan cuaca panas yang tinggi.
Karena tragedi keuangan yang melanda, ditambah dengan fenomena El Nino, sektor pertanian negara ini juga terkena imbasnya.