Seperti Ini Fenomena Kekerasan Seksual pada Anak di Manado, FLP2A Prihatin Belum Ada Solusi
Boy (bukan nama sebenarnya), menceritakan dengan detail kejadian apa yang ia alami beberapa bulan belakangan.
Penulis: Finneke | Editor: David_Kusuma
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Boy (bukan nama sebenarnya), menceritakan dengan detail kejadian apa yang ia alami beberapa bulan belakangan. Ia tampak takut-takut mengatakannya, namun bibir mungil itu tetap bertutur dengan lancar.
Beberapa saat suasana kelas 6 pagi itu hening, ketika Boy yang duduk di jelas 4 itu mengambil jeda. Saat itu jam istirahat sebuah sekolah dasar di Kota Manado. Ruang kelas itu berada di lantai dua paling sudut, jauh dari keramaian siswa.
Setiap pengakuan Boy begitu berharga, sehingga Tribun yang datang bersama Forum Laki2 Peduli Perempuan dan Anak (FLP2A), Toar Komaling dan seorang rekannya, terus menggali cerita Boy. Saat itu ada seorang guru laki-laki yang menemani.
Dari luar, Boy keliatan biasa-biasa saja, layaknya anak SD pada umumnya. Gurunya waktu itu juga mengakui, Boy adalah anak pintar di kelasnya. Kemampuannya melebihi teman-teman sejawatnya. Siapa yang mengira, Boy adalah seorang korban kekerasan seksual.
Boy menyebutkan, satu per satu nama teman yang pernah melakukan hal tak senonoh bersamanya. Baik yang awalnya memaksanya melakukan, sehingga ia sendiri yang melakukannya pada temannya. Sekitar belasan orang, ada pula perempuan. Baik di sekolah yang sama, maupun sekolah tetangga.
Bapak guru yang mendampingi waktu itu membantu memberi informasi lengkap siapa yang dimaksud Boy. Lokasi kejadian pun bervariasi. Di luar sekolah dan bahkan di dalam sekolah sendiri. Usai kegiatan belajar mengajar, saat anak-anak bertugas membersihkan kelas, di situ kejadian terjadi.
Pihak sekolah sudah pernah memanggil Boy dan orangtuanya, serta korban-korban lainnya untuk membicarakan persoalan ini. Sebab korbannya semakin berjatuhan. Dalam pertemuan tersebut sudah ada kesepakatan untuk menyelesaikan persoalan ini dengan damai.
Menurut guru tersebut, pembicaraan damai dengan orangtua berlangsung dengan baik. Tak ada tindakan untuk melaporkan kejadian ini ke pihak kepolisian. Semua orangtua yang hadir berkomitmen untuk menjaga anak-anak mereka.
Belum lama pertemuan itu berlangsung, kejadian yang sama terus terulang. Toar Komaling pun prihatin dengan kondisi di sekolah itu. Sebab pertemuan itu tak memberi solusi berarti ketika orangtua pun tak mau mengungkap kasus ini.
Menurut Toar, anak-anak ini hanya korban. Ada aktor di balik semua kejadian ini dan dari semua pengakuan yang berhasil mereka dapatkan, semua berawal dari tindakan seorang lelaki dewasa, yang mereka menyebutkan Kakak. Dia yang awalnya mengenalkan tindakan tak senonoh itu pada Boy dan beberapa temannya.
"Ini fenomena yang mengerikan. Bagaimana kekerasan seksual terjadi di sekolah dan tak ada penyelesaian yang berarti. Kalau hanya damai seperti itu, bagaimana dengan kondisi anak-anak. Saat dewasa mereka akan jadi apa," kata Toar. (fin)