Kisah Zaman Soeharto, Ketakutan Kepada Petrus Buat Banyak Orang Berbondong-bondong Hapus Tato
Rajah alias tato yang menandai tubuh sejumlah warga ingin buru-buru dihapus dengan berbagai cara.
Pada tahun 1983 tercatat 532 orang tewas, 367 orang di antaranya tewas akibat luka tembakan.
Pada Tahun 1984 ada 107 orang tewas, di antaranya 15 orang tewas ditembak.
Tahun 1985 tercatat 74 orang tewas, 28 di antaranya tewas ditembak.
Para korban petrus, saat ditemukan masyarakat dalam kondisi tangan dan lehernya terikat.
Dua jempol mereka diikat sebagai teknik pelumpuhan sebelum dihabisi.
Cara ini mengadaptasi cara gerilyawan Vietnam saat mereka menangkap tentara United States (US) sebelum dieksekusi.
Kebanyakan korban juga dimasukkan ke dalam karung yang ditinggal di pinggir jalan, di depan rumah, dibuang ke sungai, laut, hutan dan kebun.
Baca: Jenderal yang Jadi Kapolri Ini Diberhentikan Karena Usut Kasus Pemerkosaan, Hidup Susah dan Jualan
Pola pengambilan para korban kebanyakan diculik oleh orang tak dikenal dan dijemput aparat keamanan.
Petrus pertama kali dilancarkan di Yogyakarta dan diakui M Hasbi, yang menjabat sebagai Komandan Kodim 0734 sebagai operasi pembersihan para gali (Kompas, 6 April 1983).
Sementara itu, Panglima Kowilhan II Jawa-Madura Letjen TNI Yogie S Memet yang punya rencana mengembangkannya. (Kompas, 30 April 1983).
Akhirnya, gebrakan itu dilanjutkan di berbagai kota lain, hanya saja, operasi dilaksanakan secara tertutup.
Sejumlah saksi yang mengetahui kasus ini, menyatakan, target sudah diketahui dan memang merupakan pelaku kejahatan.
"Biasanya, yang menjadi target petrus sudah pasti memang bandit, perampok, pencuri, jadi memang orang yang melakukan kejahatan, saya tahu di antaranya karena tidak punya kerja, tapi uangnya banyak, hidupnya biasa berbaur, tahu-tahu, dia sudah hilang," kata seorang saksi sepak terjang petrus di Jakarta, Minggu (8/7/2018).
Menurut saksi, kehidupan memang mencekam, khususnya untuk para gali.
"Mereka diburu, saat ditangkap, tewas tidak berbekas, mereka langsung dieksekusi," katanya.
Masalah Petrus waktu itu memang jadi berita hangat, ada yang pro dan kontra, baik dari kalangan hukum, politisi sampai pemegang kekuasaan.(*