Sang Ayah Kenang Anaknya yang Jadi Korban Pembunuhan di Perkamil, 'Ridel Belajar Menyetir Sendiri'
Petrus Paruntu teringat apa yang dia lakukan bersama anaknya Almarhum Ridel Paruntu (17) beberapa tahun belakangan.
Laporan Wartawan Tribun Manado, Handhika Dawangi
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Matanya terus menghadap ke arah depan, kemudian berpindah ke atas, lalu sebaliknya.
Petrus Paruntu teringat apa yang dia lakukan bersama anaknya Almarhum Ridel Paruntu (17) beberapa tahun belakangan.
Meski suasana rumah duka, di Jaga Tujuh Desa Kawiley Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara (Minut) tampak ramai dengan warga sekitar, tetangganya yang datang melayat.
Namun tampak mata Petrus seakan mengingat semua kenangan anaknya semasa hidup.
Hal itu dia lakukan terus menerus sambil menceritakan kisah perjalanan panjang anaknya kepada Tribun Manado.
"Anak saya tahu menyetir mobil itu tanpa diajari. Dia hanya melihat kemudian memperhatikan saya mengendarai mobil, kemudian dia langsung belajar sendiri," ujar Om Petu sapaan bagi pria 61 tahun ini, kepada Tribun Manado, Jumat (29/06/2018) malam.
Tidak hanya mengendarai mobil pada umumnya. Almarhum Ridel anaknya juga belajar mengoperasikan alat berat ekskavator.
"Waktu itu saya ajak dia dan pindah bawa ke Samarinda, dia sempat bersekolah SMP disana. Disana dia saya ajak ke tempat kerja saya membawa alat berat. Saya kaget ternyata dia (Ridel) juga bisa belajar sendiri mengoperasikan ekskavator. Padahal beum satu minggu disana," ujar Om Petu.
Ridel beberapa kali berpindah tempat sekolah ikut dimana ayahnya bekerja.
Dimulai pada tahun 2012, Ridel diajak ayahnya ke Jayapura dan bersekolah disana. "Waktu itu Ridel kelas 4 SD. Namun tidak sampai setahun, kami pulang lagi ke Manado," ujar Om Petu.
Tepatnya di Desa Kawiley Ridel kemudian lanjut sekolah di SD Katolik Kawiley sampai lulus dan lanjut di SMP Kawiley. Dua tahun sekolah Ridel kemudian diajal lagi ayahnya dan pindah ke Samarinda. Disana Ridel juga bersekolah di SMP disana.
Lagi-lagi tidak sampai setahun, mereka pulang lagi ke Manado. Yakni sekitar tahun 2015.
"Dia kemudian tinggal bersama dengan mamanya dan adiknya di Sukur. Sementara saya ke Jakarta untuk bekerja disana," ujar Om Petu.
Pada tahun 2016, merupakan tahun yang membahagiakan bagi Om Petu dan keluarganya. Tepat pada Juni 2016, Om Petu menerima informasi melalui sambungan telepon. Keluarganya di Paal 4 menyampaikan bahwa Ridel sudah lulus dari SMP Kristen Paal 4.
"Saya pun pulang untuk mengurus administrasi kelulusannya. Seperti mengambil ijazah dan sebagainya. Setelah semua selesai. Saya kemudian membawa Ridel ke rumah kakaknya yang bekerja di tempat LPG di Laikit. Kami tinggal disana. Saya menyekolahkannya di SMK Laikit. Saat dia (Ridel) sudah naik kelas 2 saya berangkat lagi. Ridel tinggal bersama kakaknya," ujar Om Petu.
Waktu berjalan, Om Petu kemudian mendengar informasi bahwa Ridel sudah mengendarai Mikrolet dan setiap hari mencari penumpang. Hingga kejadian itu terjadi. "Saya waktu itu sedang berada di Kawiley. Saya ke Manado saat dia (Ridel) sudah dibawa ke Rumah Sakit," ujar Om Petu.
Om Petu mengatakan dia tahu, yang menikam Ridel adalah teman seprofesi dengan anaknya.
"Dia (Ridel) orangnya pendiam. Kalau orang pukul dia pasti hanya diam dan tidak akan membalas. Dia tidak pernah melawan. Dia suka bercanda dengan siapapun. Saya sangat merasa kehilangan. Saya sedih. Saya teringat saat-saat saya dan dia ke luar kota," ujar Om Petu.
Om Petu kemudian mengatakan keluarga menyerahkan kasus ini kepada Polisi. "Kami menyerahkan kepada polisi, untuk proses hukumnya. Nanti Tuhan yang melihat," ujar Om Petu.
Ridel adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Dia lahir pada tahun 12 Apri 2001. Dari empat bersaudara hanya satu yanh perempuan yakni kakaknya yang kedua.
Regina Christina Paruntu, kakak Ridel juga mengaku merasa kehilangan dan sangat sedih.
"Dia (Ridel) orangnya mandiri. Dia itu orangnya sangat baik, suka bercanda. Memang keliatannya wataknya keras. Namun memang sudah begitu. Kalau sudah kenal dengan dia pasti tau orangnya. Dia sangat baik. Dia tidak mau bikin orang susah. Dia tau mengendarai mobil itu tidak diajarkan, semua dia tau dengan hanya melihatnya," ujar Regina.