Ternyata Hitler Belajar dari Genghis Khan untuk Taklukkan Dunia
Lewis Gannett, seorang wartawan Amerika pernah menulis di dalam New York Herald Tribune:
Tepian sungai Djnepr di Rusia pun pernah digetarkan oleh telapak kuda Genghis Khan. (Ia berganti nama itu atas anjuran seorang ahli nujum. Artinya: Mahakuasa).
Daerah-daerah itu ia taklukkan dengan serangan-serangan kilat yang kemudian disebut “Blitzkrieg”.
Sebelum serangan kilat dilancarkan ia melemahkan kekuatan musuh dengan lima macam siasat. Ia selidiki sumber kekuatan lawan dengan mengirimkan mata-mata.
Kemudian ia patahkan moril musuh dengan menyebarkan berita di kalangan mereka, bahwa perlawanan akan sia-sia belaka.
Pasukan Jengis Khan lebih besar, lebih lengkap persenjataannya, lebih berpengalaman.
Tenaga musuh dihancurkan dari dalam oleh mata-mata dan pengkhianat-pengkhianat. Musuh dikelabui tentang sifat serangan yang hendak dilancarkan.
Kelima siasat itu berikut serangan Blitzkrieg diambil oleh Hitler.
Oleh rakyatnya kemudian ia diberi gelar “Bogdo” yang berarti dewa dari angkasa. Ciri mutlak bagi seorang zeni adalah keaslian. Ciri itu ada pada Genghis Khan, maha imperalis Asia itu. Tetapi tak terdapat pada Hitler karena itu Hitler bukanlah seorang zeni.
Mengapa orang mengagumi Hitler seakan-akan tak ada tandingannya dalam sejarah?
Karena orang tidak suka mempelajari sejarah. Dengan belajar sejarah orang dapat membandingkan kualitas tokoh-tokoh sejarah. Penilaian yang diberikan menjadi lebih tepat.
Bung Karno mengakhiri karangannya dengan langsung menegur Hitler: “Bangsa Asia yang tuan hina dalam tuan punya buku Mein Kampf itu telah mendahului tuan lebih dari tujuh ratus tahun yang lalu.”
(Disarikan dari tulisan Bung Karno “Djengis Khan Maha Imperialis Asia” dalam buku Di Bawah Bendera Revolusi jilid )
Artikel ini sudah ditayangkan Intisari_Online dengan judul: Hitler Belajar dari Genghis Khan untuk Taklukkan Dunia, Bukti Orang Asia Sebenarnya Lebih Perkasa dari Eropa