Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Vivi Pikir Ulang Berobat ke Manado: Pasien Rujukan Harus Tunggu Kapal

Belum semua warga Sulawesi Utara menikmati layanan kesehatan memadai. Setiap tahun saja, ada 145 pasien meninggal dunia

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
tribun manado
IGD RSUP Prof Kandou Manado 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO – Belum semua warga Sulawesi Utara menikmati layanan kesehatan memadai. Setiap tahun saja, ada 145 pasien meninggal dunia dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Umum Pusat Prof Kandou. Mereka terkendala pada jarak jauh dan waktu tempuh lama ke rumah sakit pusat di Malalayang, Manado.

Contohnya pasien dari Bolaang Mongondow Utara perlu 6 jam 18 menit untuk menempuh 269,5 kilometer dari Ibu Kota Boroko ke Malalayang. Bahkan, untuk pasien dari Kabupaten Kepulauan Talaud butuh berlayar 13 jam menempuh 387 km dari Melonguane menuju Ibu Kota Provinsi Sulut, Manado (lihat grafis).

Kesulitan serupa dirasakan warga Kabupaten Kepulauan Sangihe. Ada transportasi udara tapi mahal. Warga di sana hanya mengandalkan kapal laut pergi ke Manado. Tak terkecuali pasien yang dirujuk ke RSUP Kandou. Mereka harus menyesuaikan jadwal kapal laut.

Bagi orang kaya tak masalah. Mereka bisa naik pesawat pagi pukul 08.30 Wita tujuan Manado. Hanya 45 menit sudah tiba di Manado. Masalahnya bagi keluarga yang kurang mampu. Pastinya harus menunggu kapal malam.

Seperti cerita dari Vivi Pontoh, warga Tabukan saat anaknya mengalami komplikasi penyakit. Sang anak harus dirujuk ke RSUP Kandou. Dia bersama dengan keluarga harus menunggu sampai jadwal kapal berangkat.
"Ketika ada kerinduan segera merujuk pasien ke Manado, niat itu harus tertunda dan menunggu jadwal kapal malam," katanya.

Memang, ada moda transportasi udara, namun harus hitung-hitungan dengan biaya. "Untuk pasien, suami, juga ketika merujuk harus ada pendampingan perawat. Jadi berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan oleh keluarga. Belum sampai di Manado. Syukur ada sanak famili, jika tidak, biaya sangat besar," ceritanya saat merujuk anaknya berapa tahun silam. "Jadi semalam pasien bersama keluarga di kapal, nanti besok harinya melanjutkan ke RS," katanya lagi.

Jika ingin merujuk menggunakan kapal cepat pada pagi hari, keluarga juga harus memperhatikan kondisi cuaca.
"Karena kondisi laut sering tidak menentu, bisa bergelombang, jadi pasien sendiri bakal kawalahan ketika bergelombang," katanya.

Harus dipertimbangkan dengan matang ketika ingin merujuk pasien ke Manado. "Karena selain uang yang harus disiapkan, juga kebutuhan seperti pakaian ganti dan sejenisnya. Karena ketika di Manado, tidak mungkin hanya ingin mengambil pakaian, kembali ke Sanger," ujarnya.

Sebagai warga Sangihe, sangat berharap semoga ke depan tidak ada lagi pasien yang bakal di rujuk ke RSUP Kandou. "Tentunya lebih hari ada peningkatan pada pelayanan, jadi tidak ada lagi pasien yang dirujuk ke Manado," ujarnya.

Sebelumnya, Gubernur Olly Dondokambey mengatakan, akan mempersiapkan rumah sakit rujukan di Kotamobagu seperti RSUP Kandou. "Ini supaya tidak jauh untuk rujukan. Kotamobagu berada di tengah-tengah," ujar Olly saat safari ramadan di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) beberapa waktu lalu.

Selain itu, di bidang kesehatan, Pemprov menargetkan semua warga Sulut menerima manfaat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Sekarang sementara didata. Para rohaniwan dan rohaniwati juga akan diberi asuransi kecelakaan. Itu untuk membantu tugas. "Juga akan memperbaiki tingkat gizi. Anak umur 0-12 tahun," katanya.

Pihak RSUD Datoe Binangkang Kabupaten Bolmong mengatakan, belum pernah ada kejadian pasien yang meninggal dunia saat dirujuk di RS Prof Kandou.

"Sejak pindah dari Kotamobagu ke Lolak pada bulan Januari 2017 sampai dengan Juni 2018, tidak ada pasien RSUD Datoe Binangkang yang meninggal dalam perjalanan saat di rujuk ke RS Prof Kandou Malalayang," ucap Direktur Sahara Albugis kepada tribunmanado.co.id, Selasa (19/6).

Albugis menjelaskan, pasien ke Manado karena indikasi harus dirujuk. Misalnya, kecelakaan lalu lintas yang cedera berat di kepala. Sebab harus penanganan lanjut di RSUP Kandou, RSUD Bolmong belum memiliki alat CT scan dan fasilitas alat penunjang lainnya.

Sementara di RS Datoe Binangkang, dokter umum ada tiga orang PNS dan lima dokter PTT daerah. Dokter spesialis bedah satu orang, spesialis penyakit dalam tiga orang, spesialis anak satu orang, spesialis kandungan dua orang, spesialis saraf dua orang, spesialis mata dua orang, anastesi 1 orang, spesialis kulit dan kelamin 1 orang, spesialis andrologi satu orang, spesialis rehab medik satu orang, dan dokter gigi dua orang.

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved