MENGERIKAN! Gadis 14 Tahun Ini Diperkosa ISIS Setiap Hari, 'Mereka Bau dan Seperti Binatang'
Terapi dilakukan di satu rumah sakit khusus. Mereka menjalani meditasi dan sesekali menyanyikan lagu yang biasa mereka dengar
Ia pula yang menemukan Ekhlas.
Ekhlas melarikan diri ketika orang yang menyekapnya keluar rumah untuk bertempur. Ia berhasil mencapai kamp pengungsi di Pegunungan Sinjar dan beberapa hari kemudian bertemu Isaac.
Ia membawa beberapa gadis Yazidi ke Jerman agar mereka bisa menjalani terapi dan memulai kehidupan secara normal. Untuk alasan keamanan, lokasinya tidak diungkap. Mereka terpisah dari keluarga dan tak ada yang tahu apakah keluarga mereka masih hidup atau tidak.
Terapi dilakukan di satu rumah sakit khusus. Mereka menjalani meditasi dan sesekali menyanyikan lagu yang biasa mereka dengar di tanah kelahiran nun jauh di sana di Irak utara. Musik adalah bagian dari terapi.
Ekhlas dan beberapa remaja lain sekarang bersekolah selayaknya remaja lain. Ia juga menerima pelajaran tambahan, bahasa Inggris, yang secara khusus diberikan oleh tim yang dipimpin oleh Jacqueline Isaac.
Ekhlas juga aktif berbicara di berbagai forum internasional, antara lain di parlemen Inggris, untuk mengangkat nasib orang-orang Yazidi. Diperkirakan antara 2.000-4.000 warga Yazidi ada di tahanan ISIS, banyak di antaranya perempuan dan anak-anak.
"Anda mungkin mengira saya tegar seperti batu cadas. Tapi saya sangat rapuh, jiwa saya terluka selamanya, rasanya seperti mengalami 100 kematian," kata Ekhlas.
Tapi setidaknya ia sekarang merasa aman dan memulai kehidupan baru di Jerman. Di sini, di Jerman ini, kelak ia ingin menjadi pengacara.
Balas Dendam ke ISIS
Ribuan petempur wanita Kurdi dengan wajah lelah tapi tetap mencerminkan kecantikan ala wanita Timur Tengah berkumpul di pusat kota Ragga, Suriah demi merayakan kemenangan perang melawan militan ISIS.
Sebagai pasukan wanita yang menjadi motor pasukan Kurdi (Phesmerga) dalam berbagai front pertempuran melawan ISIS, tujuan utama para wanita Kurdi dalam pertempuran adalah untuk membela warga Kurdi dan martabat mereka sendiri sebagai seorang wanita.
‘’Tujuan kami terjun ke medan perang memang ada dua; politik dan membela martabat kami sebagai perempuan.
Kami menginginkan wilayah sendiri yang otonom dan sebagai wanita Kurdi yang selama ini menjadi korban peperangan, kami tidak mau tinggal diam.
Kami harus berani melakukan perlawanan," papar salah satu petempur wanita Kurdi, Avril Difram (20), seperti dikutip dari CNN.com (22/10).
Avril bersama ribuan pejuang wanita Kurdi lainya telah bergabung dengan Phesmerga sejak usia remaja dan sudah terlibat dalam berbagai pertempuran sengit.