Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Karena Sarjana Pria ini Remehkan Istrinya yang Berdagang, Berakhir Tragis

Sejak awal, Lea sudah berpikir untuk meminta Jon menemaninya berjualan sop buntut yang sedang dia jalani.

Editor:
Kolase/Sripoku
Ilustrasi kisah suami istri 

"Hmm... Kayaknya nggak ada..."

"Kamu punya pengalaman kerja di dalam kelompok?"

"Nggak ada..."

"Terus kamu mau kantor kita harepin apa dari kamu?"

"Tapi aku lulusan universitas. Seenggaknya aku pernah belajar di sekolah dulu."

Nggak lama setelah kejadian ini, Jon mendapat secarik surat yang di dalamnya bertuliskan tulisan tangan istrinya beserta dengan selembar surat permohonan cerai.

Ini yang tertulis di dalamnya:

Kamu bisa masak nasi nggak? Nggak.

Kamu bisa bersihin rumah? Nggak.

Kamu pernah ngalamin kesusahan yang aku alami selama ini? Nggak.

Apa kamu pernah berusaha keras buat merawat keluarga? Nggak.

Aku ini perempuan. Aku ini istrimu. Aku kerja susah-susah, kerja capek-capek di luar, kamu cuma bisa main game dan menghabiskan uang untuk minum bir.

Aku udah kerja susah-susah, tapi pulang masih harus beresin rumah. Di matamu semua itu hal yang harus kulakukan dan kewajibanku seorang.

Jon, pekerjaan yang baik pun hilang karena kamu nggak mau berusaha. Perasaanku juga sudah dingin seiring waktu.

Sekarang, karena kerja juga kewajibanku, cari uang untuk keluarga juga kewajibanku, bersihin rumah juga kewajibanku, kamu pergi aja dari hidupku karena keluargaku nggak perlu seorang pria yang bahkan nggak bisa jadi suami.

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved