Trump Bertemu Macron: Ternyata Ini yang Mereka Rencanakan di Suriah
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyambut kehadiran Presiden Perancis Emmanuel Macron dengan penuh kemesraan di Gedung Putih
Trump yakin kesepakatan tersebut tidak dapat menahan ancaman Iran, termasuk aksi terorisme dan kegiatan Iran di tempat-tempat seperti Yaman dan Suriah.
Sementara Macron berupaya membujuk Trump untuk tetap dalam kesepakatan tersebut dan memperbaruinya dengan memulai negosiasi dengan Iran.

Macron Bujuk Trump untuk Tidak Tarik Pasukan dari Suriah
Setelah pasukan sekutu Amerika Serikat melancarkan serangan di Suriah, Presiden Perancis Emmanuel Macron meyakinkan Presiden AS Donald Trump untuk tidak menarik pasukan dari Suriah dalam jangka lama.
Sebelumnya, awal bulan ini, Trump pernah menyatakan akan memulangkan pasukannya dari Suriah dengan segera.
Namun, pada Sabtu (14/3/2018), pasukan gabungan AS, Inggris, dan Perancis melakukan serangan yang menargetkan pemerintah Suriah sebagai respons atas dugaan penggunaan senjata serangan kimia di Douma.
Dilansir dari BBC, Senin (16/4/2018), Macron menyatakan, dirinya juga meminta Trump untuk menjaga serangan terbatas.
"10 hari lalu, Presiden Trump mengatakan AS harus menarik pasukan dari Suriah. Saya meyakinkan dia bahwa penting untuk tetap berada (di Suriah) untuk waktu lama," ucapnya dalam sebuah wawancara televisi.
Dalam sambungan telepon dengan Trump, dia juga membujuknya untuk tetap melancarkan serangan terbatas di lokasi serangan senjata kimia.
Macron mengklaim sekutu memiliki bukti adanya serangan kimia di kota Douma, dekat Damaskus pada 7 April lalu dan meminta pemerintah Suriah bertanggung jawab. Tuduhan itu disangkal Suriah.
Dia juga mengaku telah berbicara langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang mendukung militer pemerintah Suriah. Macron menyebut Rusia terlibat dalam serangan kimia tersebut.
Di sisi lain, Macron tetap menginginkan dialog dari berbagai pihak, termasuk Rusia, untuk menemukan solusi politik terkait krisis Suriah dan berencana akan berkunjung ke Moskwa pada bulan depan.
Sementara itu, pihak Gedung Putih memberikan jawaban atas komentar Macron.
"Misi AS tidak berubah, presiden telah jelas bahwa dia menginginkan pasukan AS untuk pulang ke rumah secepat mungkin," kata juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders.
Kendati demikian, AS bertekad untuk menghancurkan kelompok ISIS dan mencegahnya kembali eksis.
AS memiliki sekitar 2.000 personel di Suriah timur untuk mendukung sekutunya Kurdi dan Arab yang dikenal dengan nama Pasukan Demokratik Suriah (SDF). *
Artikel ini telah dimuat di kompas.com dengan judul: Diplomasi Mesra Trump dan Macron di Gedung Putih