Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Trump Bertemu Macron: Ternyata Ini yang Mereka Rencanakan di Suriah

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyambut kehadiran Presiden Perancis Emmanuel Macron dengan penuh kemesraan di Gedung Putih

Editor: Lodie_Tombeg
Kompas.com
Presiden Prancis Emmanuel Macron (kiri) 

TRIBUNMANADO.CO.ID, WASHINGTON DC — Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyambut kehadiran Presiden Perancis Emmanuel Macron dengan penuh kemesraan di Gedung Putih, Washington DC, AS, Selasa (24/4/2018).

Diplomasi mesra itu dibangun keduanya dengan pelukan, ciuman pipi, sentuhan pada bahu, dan saling menggenggam tangan.

Diberitakan NBC News, Trump terlihat mencium pipi Macron, sebuah kebiasaan sapaan khas Eropa.

Selama upacara penyambutan berlangsung, keduanya saling mencium pipi lagi dan melakukan jabat tangan yang lama, sekitar lima detik.

Kemudian, dalam penampilan dua pemimpin negara tersebut di depan wartawan, Trump menyentuh lembut bahu Macron untuk menghilangkan ketombe yang jatuh di jasnya.

"Kita harus membuatnya sempurna. Dia sempurna," kata Trump.

Trump menekankan kepada media bahwa mereka memiliki hubungan yang sangat baik.

"Ini bukan berita palsu," ucap Trump merujuk pada hubungannya dengan Macron.

Hadirnya Macron di Gedung Putih merupakan kunjungan pertama kenegaraan bagi seorang pemimpin negara asing di AS.

Selanjutnya, keduanya dengan canggung berpegangan tangan untuk waktu yang lama saat mereka berjalan menyusuri West Wing ke ruang konferensi pers bersama di Gedung Putih.

Selama konferensi pers, keduanya berbagi satu lagi pelukan hangat. Setelah keduanya meninggalkan podium, Macron menepuk punggung Trump dengan tangan kanannya.

Laman resmi Gedung Putih menggambarkan hubungan Pemerintah AS dengan Perancis terjalin sejak era sebelum kemerdekaan "Negeri Paman Sam" itu.

Pemukim Perancis datang ke Benua Amerika pada awal 1500-an. Ketika koloni Amerika berjuang untuk mencapai kemerdekaan, Perancis mendukung Perang Revolusi dengan bantuan militer dan ekonomi dari 1775 hingga 1781.

Di sisi lain, kedatangan Macron ke Gedung Putih diselimuti berbagai isu, termasuk kesepakatan nuklir dengan Iran yang dibentuk pada era pemerintahan Barack Obama.

Dilansir dari Sky News, Trump meyakini kesepatan tersebut mengerikan dan menyebutnya sebagai perjanjian terburuk dalam sejarah.

Trump yakin kesepakatan tersebut tidak dapat menahan ancaman Iran, termasuk aksi terorisme dan kegiatan Iran di tempat-tempat seperti Yaman dan Suriah.

Sementara Macron berupaya membujuk Trump untuk tetap dalam kesepakatan tersebut dan memperbaruinya dengan memulai negosiasi dengan Iran.

Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Presiden Prancis Emmanuel Macron. (ist)

Macron Bujuk Trump untuk Tidak Tarik Pasukan dari Suriah

Setelah pasukan sekutu Amerika Serikat melancarkan serangan di Suriah, Presiden Perancis Emmanuel Macron meyakinkan Presiden AS Donald Trump untuk tidak menarik pasukan dari Suriah dalam jangka lama.

Sebelumnya, awal bulan ini, Trump pernah menyatakan akan memulangkan pasukannya dari Suriah dengan segera.

Namun, pada Sabtu (14/3/2018), pasukan gabungan AS, Inggris, dan Perancis melakukan serangan yang menargetkan pemerintah Suriah sebagai respons atas dugaan penggunaan senjata serangan kimia di Douma.

Dilansir dari BBC, Senin (16/4/2018), Macron menyatakan, dirinya juga meminta Trump untuk menjaga serangan terbatas.

"10 hari lalu, Presiden Trump mengatakan AS harus menarik pasukan dari Suriah. Saya meyakinkan dia bahwa penting untuk tetap berada (di Suriah) untuk waktu lama," ucapnya dalam sebuah wawancara televisi.

Dalam sambungan telepon dengan Trump, dia juga membujuknya untuk tetap melancarkan serangan terbatas di lokasi serangan senjata kimia.

Macron mengklaim sekutu memiliki bukti adanya serangan kimia di kota Douma, dekat Damaskus pada 7 April lalu dan meminta pemerintah Suriah bertanggung jawab. Tuduhan itu disangkal Suriah.

Dia juga mengaku telah berbicara langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang mendukung militer pemerintah Suriah. Macron menyebut Rusia terlibat dalam serangan kimia tersebut.

Di sisi lain, Macron tetap menginginkan dialog dari berbagai pihak, termasuk Rusia, untuk menemukan solusi politik terkait krisis Suriah dan berencana akan berkunjung ke Moskwa pada bulan depan.

Sementara itu, pihak Gedung Putih memberikan jawaban atas komentar Macron.

"Misi AS tidak berubah, presiden telah jelas bahwa dia menginginkan pasukan AS untuk pulang ke rumah secepat mungkin," kata juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders.

Kendati demikian, AS bertekad untuk menghancurkan kelompok ISIS dan mencegahnya kembali eksis.

AS memiliki sekitar 2.000 personel di Suriah timur untuk mendukung sekutunya Kurdi dan Arab yang dikenal dengan nama Pasukan Demokratik Suriah (SDF). *

Artikel ini telah dimuat di kompas.com dengan judul: Diplomasi Mesra Trump dan Macron di Gedung Putih

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved