Inilah Makna Hari Suci Tjeng Beng
Hampir seluruh sembahyang umat Tridharma didasarkan pada perhitungan lunar atau Imlek.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Hampir seluruh sembahyang umat Tridharma didasarkan pada perhitungan lunar atau imlek.
Namun, ada beberapa yang didasarkan pada perhitungan terhadap marahari atau Yanglek dan salah satunya adalah hari suci sembahyang "Tjeng Beng", yaitu tanggal 4 atau 5 april menurut perhitungan Yanglek atau bulan 3 menurut perhitungan imlek.
"Tjeng" atau "Ching" artinya bersih dan "Beng" atau "Ming" artinya terang. Jadi, "Tjeng Beng" atau "Ching Ming" artinya hari yang bersih dan terang.

Bagi umat Tridharma Tjeng Beng hampir menyamai sembahyang menjelang tahun baru imlek, yaitu membersihkan lingkungan dari sampah dan debu/kotoran untuk menyambut tahun yang baru.
Sedangkan untuk Tjeng Beng yang dibersihkan adalah lokasi pekuburan (kuburan leluhur).
Upacara membersihkan kubur leluhur ini mempunyai nama atau istilah khusus yaitu "Tek Coa" (dalam bahasa Hokkian) yang artinya meletakkan kertas sembahyang di atas badan kubur setelah kuburan itu selesai dibersihkan.

Mengenai hari suci ini, terdapat banyak cerita rakyat yang kesemuaannya menunjukkan betapa ajaran suci ini (jauh sebelum Tri Nabi Agung) masih dipelihara hingga abad moderen ini.
Pada tanggal 5 april (tanggal 4 kalau ada "Lun"), selain umat Tridharma mereka yang memeluk aliran lain sekalipun pergi berziarah ke kuburan meskipun dengan tata cara yang agak berbeda, misalnya meletakkan karangan bunga, dan sebagainya.
Biasanya yang mempunyai tempat persujudan leluhur di rumah melaksanakan sembahnyang sesudah atau sebelum dari kuburan.

Bahan bahan persembahyangan yang dibawa untuk berziarah disamping bahan bahan pokok untuk tata upacara suatu persembahyangan bagi leluhur, juga disertai dengan bahan bahan makanan kesukaan almarhum/mah semasa hidupnya.
Sehingga sambil melaksanakan sembahyang bakti kepada leluhur mereka, juga merupakan ajang berkumpulnya keluarga sambil bersantap bersama dengan penuh sukacita.
Cara sembahyang pada saat Tjeng Beng bagi umat Tridharma sebelum melaksanakan sujud bakti kepada leluhur yaitu memulai dengan sujud ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa (arah membalik kuburan) dan Juga kepada Tho Thi Kong dengan membakar kertas sembahyang (Kim Coa).
Sujud ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa dimaksud adalah menyatakan adanya kebesaran dan cinta kasih Tuhan sehingga umat manusia boleh berkesempatan melakukan sujud bakti leluhur di pekuburannya. Ke hadapan Tho Thi Kong untuk menyatakan syukur dan terima kasih atas semua perlindungan bagi arwah leluhur sehingga senantiasa berada dalam ketenangan dan kedamaian untuk menjalani pembebasannya sesuai amal kebajikan yang telah diperbuat semasa hidupnya.
Tentang mengapa harus meletakkan kertas perak pada waktu ziarah, diceritakan bahwa pada saat Kaisar " ZHU YUAN ZHANG " berkuasa awal dinasti Ming (1368 - 1643), setelah selesai peperangan, saat Tjeng Beng diamana masyarakat ramai berziarah ke pekuburan di kampung halamannya, Zhu Yuan Zhang kesulitan mencari makam kedua orang tuannya, maka diperintahkan agar rakyat yang telah selesai sembahyang wajib meletakkan kertas panjang.
Setelah semuanya meletakkan kertas, ada satu makam yang tidak ada kertas, maka Zhu Yuan Zhang lantas mengenali makam orang tuanya. Sejak saat itulah awal mula umat meletakkan kertas perak di atas makam yang mempunyai makna dan pertanda makam telah selesai dibersihkan.
Tjeng Beng juga mengingatkan orang2 Tionghoa pada Kaisar mereka yang pertama yaitu Kaisar "HUANG TI". Menurut cerita, Kaisar Huang Ti dilahirkan pada tanggal 5 bulan 4 Imlek tahun 4608 SM.
Penulis : Sufandi Siwi
Sumber : Tridharma