Kami Ini Anak Patuh
Lokasi yang akan direklamasi adalah tempat tambatan perahu nelayan, merupakan satu-satunya pesisir pantai yang tersisa di teluk kota Manado.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor:
"Saya dari kecil tidak sekolah cuma di laut, mau dipindah ke gunung pun kami tetap hanya bisa melaut," ujar pria berusia 60 tahun ini.
Kalau pun pemerintah sudah tak bisa mengubah pendirian untuk mereklamasi pantai, Thomas menuntut yang penting nasib nelayan di perhatikan.
"Kami menyetujui (reklamasi) dengan syarat," kata dia.
Satu syaratnya yakni harus ada tambatan perahu di pesisir pantai agar nelayan tetap bisa menambah perahu.
Saat ini saja belum semua nelayan bisa menikmati tambatan perahu, yakni sebuah benteng bebatuan di laut yang nanti melindungi perahu nelayan saat ombak menerpa
Nelayan di kampung tetangga sudah dapat fasilitas itu, tapi di kampungnya belum ada.
"Kami ini anak patuh, tapi biasanya yang didengar itu anak nakal. Mesti ribut-ribut dulu baru didengar," ujar Thomas.
Intinya nelayan tangan sampai terusir dari rumah sendiri.
Jangan karena modernisasi kemudian mematikan hajat hidup nelayan tradisional yang cuma mengandalkan perahu kecil mencari peruntungan di laut
"Kalau hak kami tidak diperhatikan, kami tentu akan melawan. Aspirasi akan kami sampaikan kalau perlu sampai ke Pak Presiden," ujarnya.
Kata dia, itu baru pendapat pribadinya belum tentu nelayan lain. Bisa saja setuju, tidak setuju, atau setuju dengan syarat.
Itu pilihan masing-masing, tapi menurutnya nelayan harus bersatu agar tak terpinggirkan. (riyonoor)