Masyarakat Masih Dilarang Beraktivitas Radius 2,5 Kilometer, Begini Status Gunung Api Karangetang
Gunung Api Karangetang di Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) dengan visual gunung jelas hingga kabut 0-II, pada Jumat (16/2/2018)
Penulis: | Editor: Aldi Ponge
TRIBUNMANADO.CO.ID - Gunung Api Karangetang di Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) dengan visual gunung jelas hingga kabut 0-II, pada Jumat (16/2/2018)
Asap kawah bertekanan sedang teramati berwarna putih dengan intensitas tebal dan tinggi 100-150 m di atas kawah puncak, serta sinar api lk 10m.
"Dalam pengamatan kegempaan, guguran (jumlah : 1, amplitudo : 18 mm, durasi : 70 detik), hybrid fase banyak,
(jumlah : 9, amplitudo : 5-15 mm, S-P : 0 detik, durasi : 15-25 detik, vulkanik dangkal, (jumlah : 25, amplitudo : 4-6 mm, durasi : 5 detik), vulkanik dalam (jumlah : 9, amplitudo : 27-30 mm, S-P : 0.5-1 detik, durasi : 15 detik), tektonik lokal, (jumlah : 14, amplitudo : 45-52 mm, S-P : 5-6 detik, durasi : 20-45 detik), terasa (jumlah : 2, amplitudo : 52 mm, S-P : 5-21.5 detik, durasi : 45-65 detik, skala : I-III MMI), tektonik jauh, (jumlah : 2, amplitudo : 35-52 mm, S-P : 21.5-30 detik, durasi : 65-115 detik), tremor menerus (microtremor) terekam dengan amplitudo 0.25 mm (dominan 0.25 mm)," jelas Didi Wahyudi P Bina, petugas pengamatan gunung api Karangetang.
Sementara untuk meteorologi cuaca cerah dan berawan. Angin bertiup lemah ke arah timur. Suhu udara 25-31 °C. Sedangkan untuk tingkat aktivitas gunung karangetang Level II (Waspada).
Olehnya direkomendasikan masyarakat di sekitar gunung karangetang dan pengunjung, wisatawan tidak diperbolehkan mendaki dan beraktivitas pada radius 1,5 km dari kawah aktif dan perluasan ke sektor Selatan, Tenggara, Barat dan Baratdaya sejauh 2,5 km.
"Mewaspadai guguran lava dan awan panas guguran yang dapat terjadi sewaktu-waktu dari material hasil erupsi 2015 karena kondisinya belum stabil dan mudah runtuh, terutama ke sektor Selatan, Tenggara, Barat dan Baratdaya," lanjutnya.
Masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai yang berhulu dari puncak gunung karangetang selama musim hujan agar meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman lahar hujan dan banjir bandang, terutama di sepanjang bantaran kali Batuawang hingga ke pantai.